Penulis : Jennifer Dinata
NIM: Â 115190007Â
Secara umum, COVID-19 telah menimbulkan dampak yang luar biasa terhadap krisis ekonomi global bagi masyarakat setempat di berbagai sektor belahan dunia khususnya negara Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa situasi yang tidak menguntungkan sekarang ini menjadi salah satu peluang bagi perusahaan untuk terus melakukan inovasi, kreativitas, dan adaptasi serta bertransformasi ke arah yang lebih berkembang. Dengan kata lain, sebuah perusahaan harus mampu melihat dan menciptakan peluang, perlu adanya pertimbangan serta membuat keputusan yang cepat dalam kondisi yang tidak pasti
Dikutip berasal dari Tempo.Co, menurut Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, mengemukakan bahwa kunci utama untuk memenangkan kompetisi dan survive dan krisis sebagai dampak revolusi industri 4.0 dan pandemi COVID-19 yaitu adaptasi, kreasi, dan inovasi yang artinya seseorang harus mampu untuk beradaptasi dengan berbagai suasana yang ada dan memaksa seseorang untuk terus berkreasi dan kreativitas yang terus dipacu untuk melahirkan inovasi-inovasi baru.
Meskipun krisis ekonomi terhadap COVID-19 tidak mempengaruhi seluruh sektor atau geografis secara merata, tetapi dengan adanya inovasi melalui krisis yang berfokus menghasilkan pertumbuhan baru diharapkan dapat mengatasi badai akibat krisis tersebut, dan berkinerja lebih baik secara signifikan dari waktu ke waktu. Krisis juga berpotensi melahirkan pendatang baru untuk memenuhi kebutuhan baru dengan solusi inovatif (Archibugi et al., 2013).
Mengingat bahwa krisis ekonomi akibat COVID-19 yang disertai dengan banyak tantangan yang begitu mendesak, menelaah seberapa cepat organisasi dapat bereaksi terhadap tantangan menjadi hal yang paling penting, dikarenakan tantangan baru membutuhkan solusi baru, seberapa cepat organisasi dapat memperkenalkan inovasi sama pentingnya dengan manajerial lainnya serta langkah-langkah yang perlu diambil selama masa krisis. Secara umum, waktu adalah karakteristik penting dari semua aktivitas manusia. Potensi tinggi kecepatan inovasi menyertai waktu respons inovasi yang cepat.
Waktu respons inovasi merupakan sebuah karakteristik utama bagi kebutuhan baru sebagai lahirnya suatu inovasi. Krisis ekonomi COVID-19 juga mengakibatkan, ketidakpastian bagi pelaku ekonomi di mana suatu organisasi dengan orientasi waktu sepertinya tidak dilengkapi untuk berinovasi pada tingkat tinggi kecepatan dalam hal inovasi. Hal ini dilakukan agar dapat membuat dan mengambil keputusan secara hati-hati, teliti dengan pola pikir yang matang.
Beberapa dampak akibat krisis ekonomi COVID-19 juga diakibatkan masuknya investasi dalam inovasi jangka panjang. Hal tersebut dapat terjadi dan menggambarkan bagaimana krisis keuangan dalam ekonomi pada tahun 2009 membuat peluang bisnis tidak pasti, menghambat munculnya dominasi baru desain mengikuti inovasi, kurang bersedia dalam berinvestasi dalam kegiatan jangka panjang terkait dalam pengambilan risiko. (Brem, Nylund, dan Viardot 2020). Sehingga sebagian besar perusahaan mulai bereaksi terhadap lingkungan makroekonomi dalam jangka pendek atau menengah yang merugikan dengan menyeimbangi dan mengurangi pengeluaran, termasuk pengeluaran untuk investasi dan inovasi. Berikut adalah data perbandingan pertumbuhan ekonomi 2009 dengan tahun 2020
Dari contoh gambar tersebut diatas dapat dilihat bahwa data perbandingan antara dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19 pada tahun 2020 mengalami krisis lebih besar dibandingkan dengan tahun 2009. Krisis tersebut mengalami resesi di sejumlah negara baik di Amerika Serikat maupun di Eropa.Â
Inovasi juga disebut sebagai Inovator. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Inovator diartikan sebagai seseorang yang memperkenalkan gagasan, metode, dan ide yang baru. Sebagai inovator yang berani, pilihan yang wajib perlu didukung menggunakan komitmen. Oleh karena itu, untuk menempatkan organisasi pada lintasan pertumbuhan baru memerlukan tiga tindakan, yaitu mengalokasikan kembali ke masa depan, artinya menempatkan risiko yang didukung oleh dana serta orang yang cukup, dan adanya keuntungan dengan menilai kembali keputusan yang sudah lama. Menanamkan fleksibilitas, artinya mengatur ulang cara kerja baru yang terinspirasi berasal dari adanya krisis. Proses peretasan, artinya lebih baik berfokus pada hasil daripada aktivitas yang digunakan untuk meningkatkan kecepatan (terburu-buru membuat keputusan).
Krisis juga mengakibatkan produksi menurun, barang bahan langka, dan harga yang terus meningkat sehingga menimbulkan inflasi terhadap dampak sektor perdagangan khususnya ekspor dan impor. Hal inilah yang dapat memicu daya beli masyarakat menurun. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USA) juga melemah, yang diakibatkan banyaknya investor asing meninggalkan pasar keuangan Indonesia, pasar saham yang anjlok, dan mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Terjadi dikarenakan adanya kepanikan dalam pasar global akibat COVID-19.Â
Beberapa industri diperkirakan menjadi salah satu dampak krisis ekonomi akibat krisis keuangan global seperti industri baja, furniture, petrokimia, keramik, semen, ban, kaca lembaran, tekstil, produksi tekstil, alas kaki, dan elektronika. Salah satu industri yang mengalami penurunan penjualan terparah adalah industri baja. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga bahan baku. Â
Situasi krisis keuangan yang mengarah pada krisis ekonomi global saat ini merupakan momentum yang sangat berdedikasi baik untuk mengubah perilaku masyarakat dalam menggunakan berbagai produk buatan dalam negeri. Suatu krisis keuangan global sendiri tidak hanya menjadi sebuah tantangan yang perlu diatasi tetapi sebaliknya juga menjadi suatu peluang bagi seluruh elemen bangsa untuk memperkuat nasionalisme khususnya dalam bidang ekonomi.Â
Risiko terhadap kesehatan semakin tinggi karena adanya infeksi COVID-19 juga merupakan bagian yang mempengaruhi tingkat produktivitas manusia. Infeksi praktik pengendalian yang diambil oleh banyak pemerintah di seluruh dunia untuk mengelola krisis kesehatan telah menyebabkan krisis ekonomi (Verma & Gustafsson, 2020). Tetapi hal tersebut juga mendorong berkembangnya inovasi teknologi di berbagai bidang salah satunya di dunia kesehatan berupa layanan kesehatan berbasis digital untuk memudahkan akses layanan kesehatan masyarakat. Misalnya obat-obatan, vaksin, hand sanitizer, dan masker.
Dari contoh gambar tersebut dapat dilihat bahwa BPS Provinsi Maluku, Indonesia membuat suatu inovasi dalam rangka krisis akibat pandemi COVID-19 dengan membuat inovasi baik sistem pendeteksi pengguna masker maupun yang tidak, sistem pendeteksi suhu tubuh, dan hand sanitizer otomatis. Hal ini dilakukan dan diharapkan bahwa ketiga inovasi tersebut dapat membuat perubahan kepada masyarakat terkait pentingnya menjaga protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan tingkat ke atas.
Selain berdampak dalam bidang investasi, pangan maupun kesehatan dan bidang lainnya. Banyaknya sejumlah industri yang harus mengantisipasi dan terpaksa tutup serta memberikan PHK dan merumahkan para karyawan atau para pekerja. Disisi lain masa pandemi juga memunculkan peluang-peluang usaha atau jenis pekerjaan baru, sehingga dapat dikatakan bahwa inovasi mampu memunculkan peluang-peluang yang ada selama masa pandemi COVID-19. Peluang-peluang tersebut mendorong adanya potensi dalam melakukan baik suatu usaha inovasi maupun mengembangkan diri yang tidak kalah penting dalam menerapkan strategi di tengah masa pandemi COVID-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H