Siang hari cerah 4 Desember nampaknya tidak membawa kecerahan bagi masyarakat sekitar Gunung Semeru. Tanpa aba aba dan peringatan, Gunung Semeru erupsi dan mengeluarkan asap tebal, awan panas dan banjir lahar dingin. Terlihat asap kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 500-1.000 meter di atas puncak kawah
Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman menambahkan 3 kemungkinan penyebab erupsi Gunung Semeru :
- Volume di dapur magmanya sudah penuh
- Ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma
- Ada longsoran di atas dapur magma
Dimana poin ke 3 merupakan penyebab meletusnya Gunung Semeru, dan peristiwa longsoran ini sebenearnya sudah sering terjadi di Gunung Semeru. Ditambah ketika itu sedang hujan lebat dan abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban. Jadi meskipun isi dari dapur magma sedikit, Gunung Semeru tetap bisa erupsi karena tidak ada penahan untuk isi dapur magma.
Masyarakat nampaknya tidak siap dengan erupsi Gunung Semeru ini. Terlihat dari banyak nya korban jiwa sekitar 48 orang per 13 Desember 2021. Sementara itu, jumlah korban kumulatif yang dilakukan rawat jalan di puskesmas dan posko kesehatan berjumlah 2.004 jiwa.Â
Nampaknya juga disebabkan dari kurangnya manjemen risiko yang diterapkan oleh masyarakat dan pemerintah. Kurangnya kesiapan sebelum, saat dan setelah gunung meletus perlu ditingkatkan. Padahal sebenarnya jika dilihat dari riwayat frekuensi meletusnya Gunung Semeru, Gunung ini cukup aktif. Seharusnya penanganan dari pemerintah dan masyarakat makin membaikÂ
Sebelum terjadinya gunung meletus, hendaknya masyarakat tetap waspada apalagi ketika mendapat peringatan dari BMKG. Masyakarat sekitar gunung harus mengetahui persiapan dan langkah - langkah mitigasi serta mengetahui tingkatan - tingkatan status Gunung Merapi. Masyarakat hendaknya tahu kapan harus mengevakuasi diri.
Sebaliknya di sisi pemerintah juga harus membuat persiapan. Mulai dari membuat posko pengungsian, menghimbau masyarakat untuk waspada dan cepat mengevakuasi diri. Satu hal yang kerap kali kekurangan ketika terjadinya bencana alam apapun yaitu berbagai kebutuhan pokok pengungsi.Â
Kerap diberitakan bahwa kekurangan mulai dari pakaian hingga makanan. Jika pemerintah lebih cepat tanggap lagi, seharusnya kekurangan kebutuhan pengungsi berangsur angsur berkurang dan dapat teratasi
Setelah terjadi gunung meletus, seharusnya kawasan pemukiman penduduk direlokasi ke tempat yang lebih aman. Hal ini mau tidak mau dilakukan karena merupakan solusi terbaik bagi pemerintah dan masyarakat yang terdampak. Pemukiman seharusnya pindah ke lingkungan yang lebih aman dan tidak begitu terdampak oleh Gunung meletus ke depannya.
Baik pemerintah maupun masyarakat harus meningkatkan kesadaran pencegahan dan penanganan risiko. Bisa dimulai dari diri sendiri , karena jika tidak dari sekarang mau kapan lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H