Sinopsis
Ini sebuah kisah tentang petualangan seorang pejalan kota yang tanpa sengaja tersesat di lorong-lorong sejarah Kota Tangerang. Sosok itu menemukan dirinya terjebak antara sentuhan modernitas dan kekayaan tradisi yang tersembunyi. Ditemani oleh seorang pemandu lokal yang penuh cerita, mereka menjelajahi sudut-sudut kota yang jarang terlihat, mengungkap rahasia kuno yang tersembunyi di baliknya. Di tengah keseharian yang serba cepat, petualangan ini mengajak pembaca merenung tentang keindahan harmoni antara masa lalu dan masa kini di Kota Tangerang.
Seorang gadis memulai petualangannya di Kota Tangerang, sebuah kota yang penuh dengan tradisi dan cerita bersejarah. Dia membongkar seluruh rahasia kuno yang ada di sini. Saat berpetualang, dia mencoba untuk mendapatkan beberapa sejarah mengenai asal-usul kota Tangerang dan juga awal mula adanya tradisi-tradisi Tionghoa. Gadis ini mulai menyusuri jalan-jalan terpencil, lalu tanpa sadar dia mulai tersesat.
"Astaga, kok gue tersesat sih? Ini sekarang gue dimana?", keluh gadis itu.Â
Seorang warga tiba tiba saja menghampirinya, lalu berkata "Nak, kamu tersesat ya?"
"Ehh, iya nih pak hehehe", jawab gadis itu sambil tersentak kaget.
"Yaudah ayo kamu ikut bapak, bapak ajak kamu untuk berkunjung ke sebuah tempat.", kata seorang warga itu.
Gadis ini ditemani keluar dari jalan itu dan berkunjung ke sebuah museum yang ada di Pasar lama dengan seorang warga sekaligus pemandu yang tadi ia temui. Pemandu itu bercerita dengan antusias tentang banyak hal, mulai dari sejarah kota Tangerang, tradisi yang dulu ada, namun sekarang sudah tidak ada lagi, dan keunikan dari museum yang ia kunjungi. Gadis ini merasa senang karena petualangan dan pengalaman yang ia dapatkan di hari pertamanya berjalan dengan sangat baik dan menyenangkan bagi dirinya, walaupun ia sempat tersesat.Â
Keesokan harinya, saat di malam hari, sang gadis memulai petualangan dengan menjelajahi Pasar lama Tangerang. Dia mulai terkagum dengan aneka kuliner yang ada di Pasar Lama Tangerang. Dia mulai membeli satu persatu makanan dan minuman yang ada di sana.Â
"Mas cumi bakarnya satu ya!", tegas gadis itu.
"Oh iya, Mbak, tunggu sebentar ya.", kata seorang penjual di sebrang sana.
Lalu setelah itu, ia membeli satu buah minuman segar yang harganya tergolong cukup murah.Â
Gadis itu senang karena saat berpetualang sekaligus kulineran hari ini berjalan dengan sangat bai, seru, dan menyenangkan. Gadis itu berencana untuk melanjutkan petualangannya esok hari di kota ini. Keesokan harinya, gadis ini menemukan sebuah tempat yang ia dapatkan saat mencari rekomendasi tempat wisata di kota Tangerang. Ya! Tempat itu adalah Alun-alun kota Tangerang, tepatnya yang ada di jalan Ahmad Yani itu.Â
Gadis itu mulai menelusuri jalan yang ada di sana. Ia menemukan banyak orang yang lagi berolahraga, lalu ada juga yang jajan makanan kaki lima sekitar alun-alun. Ia juga melihat beberapa orang yang hanya bercanda ria sambil memakan jajanan bersama temannya. Ia mendapatkan sebuah keunikan dari tempat itu, yaitu ada sebuah tulisan "ALUN-ALUN KOTA TANGERANG" yang sangat besar dan anak menyala saat di malam hari. Di sana ia tak banyak mendapatkan suatu kenangan, menurut gadis itu Alun-alun kota Tangerang terlalu biasa, ga ada yang spesial.Â
Namun gadis ini merasa bahwa petualangan pertama dia ke kota Tangerang sudah berhasil dan berjalan dengan baik. Ia sangat menikmati perjalanan dia saat di kota Tangerang. Gadis ini memiliki banyak cerita dan kenangan indah saat di sini walaupun ia berpetualang hanya dalam beberapa hari saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H