Mohon tunggu...
Jennifer Kristal
Jennifer Kristal Mohon Tunggu... -

Just an ordinary person who loves writing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi-Ahok Jilid 2, Why Not? (New)

7 Mei 2014   07:39 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang menyedot perhatian pengunjung Bunderan Hotel Indonesia di Minggu pagi 4 Mei lalu. Kaos-kaos putih bertuliskan “Aku Tanpamu bagaikan Jokowi Tanpa Ahok" berkibaran di pinggir bunderan. Duh, romantisnya...siapa bilang Nia Daniaty aja yang bisa melow?

Lepas dari maksud penjualan kaos itu, ternyata peminat si kaos putih bergambar pasangan Jokowi-Ahok itu cukup banyak. Ini bukti kalau "Jokohok" masih digandrungi masyarakat, khususnya DKI.

Seperti kita tahu, Ahok pernah digadang-gadang beberapa waktu lalu untuk disandingkan menjadi bakal cawapres Jokowi. Meski saat ini nama Ahok sudah "dicoret" dari list kandidat mempelai Jokowi, (baca Liputan6.com, 12 April: “Tidak ada nama Ahok dalam daftar cawapres Jokowi”), ternyata masih banyak pendukung Jokowi-Ahok di DKI ini yang belum rela melihat mereka "bercerai".

Sebenarnya kalau mau "usil" sedikit,(inilah enaknya jadi penulis, bisa berimajinasi liar) sepertinya kita bisa menangkap kesedihan Ahok saat Jokowi memutuskan tidak ada lagi namanya di hati, eh kantong Jokowi. Waktu itu hari Jumat (12 April) saat Jokowi menyatakan hal tersebut, senin berikutnya Ahok jatuh sakit dan tidak masuk kantor selama seminggu. Hmm...apakah sakitnya Ahok inidisebabkan "patah hati" karena akan berpisah dengan Jokowi? Ssst! Ini cuma imajinasi penulis aja, lho!

Lepas dari kemungkinan yang sangat tipis atau bisa dikatakan "mission impossible" Jokowi-Ahok jilid 2 itu bisa terwujud, dikarenakan bla bla bla banyak hal yang kita sudah ketahui bersama, (terutama, tidak adanya restu dari Bapak Gerindra), saya cuma ingin melongok hal ini dari sisi lain yang lebih nyantai.

Fenomena Jokowi-Ahok menurut saya sangat menarik, bukan hanya saat pencalonan Pilkada dulu saja, tapi setelah mereka jadi Gubernur -Wagub pun, keduanya tak lepas dari sorotan media massa.

Tengok saja di Google, berapa sering kita baca pemberitaan Jokowi dan Ahok? Baik yang serius seputar "job" mereka, maupun sekedar candaan yang dilontarkan keduanya. Ibaratnya, Jokowi atau Ahok bersin pun jadi berita. Wow!

Beberapa waktu lalu, sebelum pileg 2014, pernah beredar isu munculnya Jokowi-Ahok Jilid 2. Entahlah, kebenarannya hanya Tuhan dan sekertarisnya saja yang tahu. Tapi kalau dilihat-lihat, lepas dari pro kontra pasangan Jokohok ini, rasanya sih pasangan ini oke-oke saja dimajukan.

Lho, kenapa?

Saya punya 2 alasan, yang satu dari kacamata serius, yang satunya lagi dari sisi "kesintingan" saya.

1.Alasan ciyus alias serius:

Keduanya merupakan pasangan yang punya chemistry dan saling melengkapi. Jokowi sendiri berulang kali curhat (kayaknya perasaan terpendam, nih!) ke media massa kalau pengin cawapresnya seperti Ahok yang jago memberesi administrasi, sedang dia sendiri lebih suka keluar memantau lokasi.  Duh pak Jokowi, kenapa nggak ngomong langsung ke pak Ahok, sih?

Selain itu, sepak terjang keduanya yangtegas dan kompak menegakkan konstitusi dan membenahi birokrasi patut diperhitungkan. Meski untuk itu seringkali dapat himpitan disana sini. Tapi uniknya, disitulah kekompakan mereka teruji.

Contoh: Ahok ditegur keras Mendagri, Jokowi bela Ahok mati-matian

Waktu Ahok diprotes karena galak, Jokowi malah memuji,"Ya bagus, ya memang orangnya seperti itu. Tiap orang punya gaya sendiri-sendiri, ya itu gaya pak wakil gubernur," kata Jokowi di Balaikota DKI, Rabu (10/8).

Jokowi dituduh nggak fokus ngurus Jakarta gara-gara nyapres, giliran Ahok yang bela, Kata Ahok: “Jokowi fokus urus ibukota, meski nyapres”

Waktu Jokowi dituduh penipu oleh Gerindra, Ahok malah membela. “Termasuk saya, dong?”

2.Alasan “ngalor ngidul’ tapi betul

Diakui atau tidak, Jokowi-Ahok adalah pasangan yang paling menyita perhatian penonton, baik pro maupun kontra. Percaya nggak percaya, jika mereka berdua dipasangkan lagi, para pemirsa akan memelototi televisi sepanjang masa kampanye Pilpres, entah buat mendukung atau cuma mencela saja.

Saya nggak tertarik dengan dunia sepak bola. (lho kok bola?) Tapi waktu piala dunia beberapa tahun lalu, gara-gara ada keeper (penjaga gawang) yang suka lari-lari ke gawang lawan, saya kok jadi tertarik mengikuti piala dunia sampai babak final, pake begadang segala. Demikian juga sama yang namanya politik. Alergi banget!Mending nonton OVJ deh dari pagi sampai malam, bisa ngakak terus.

Namun, saat melihat pencalonan Jokowi-Ahok di Pilkada DKIlalu, rasanya kok ada yang beda, ya? Pasalnya, pasangan ini lain daripada yang lain. Bedanya?

Pertama: jarang-jarang ada pasangan pemimpin yang sama-sama muda. Ya, kan? Jokohok seperti mewakili aspirasi kaum muda dengan sikap tegasnya yang melawan birokrasi.

Kedua: ini yang menarik. Merekapunya sifat bertolak belakang. Satunya super kalem, hobby mesem, sedang satunya lagi super galak dan ceplas ceplos.

Uniknya, berita tentang Jokowi seakan selalu ingin dihubungkan dengan Ahok.

Contoh, saat Jokowi berkunjung ke Yogya, malah ditanya begini sama siswa SD, "Pak Jokowi, pak Ahoknya mana?" (*Jiiaaah…kok nanyanya Ahok? Emang dikantongin terus?)

Jokowi nyapres, gimana komentar Ahok?

Ahok diisukan maju cawapres, apa kata Jokowi?

Ahok sakit, gimana komentar Jokowi?

Dll...Pokoknya, Jokowi selalu dikaitkan sama Ahok.

Kalau dinilai popularitasnya, Ahok pun tak kalah popular dibanding Jokowi. Karakternya yang "berani, galak dan ceplas-ceplos" menjadikannya manusia langka di tanah air dan membuatnya sering jadi sorotan wartawan.

Makanya kalau Jokowi bilang mau cari yang mirip Ahok mah susah. Sejuta belum tentu satu, apalagi kalau waktunya mepet begini.

Sebenarnya, disamping beda karakter, ada satu kesamaan yang jelas-jelas kelihatan diantara mereka. Keduanya sama-sama senang melucu, alias humoris. Coba saja lihat celetukan-celetukan mereka yang sering buat kita terbahak.

Contoh, Jokowi dengan jawaban khasnya, "Aku ora po po".

Atau celetukan polos Ahok yang sering membuat kita nyengir. Contoh: (18 okt 2013) Ahok: Saya dibilang galak, padahal saya sudah jinak.

Waduh!

Dengan sederet historis yang manis diantara keduanya, makanya nggak heran kalau survey dari Cyrus Network menyebutkan, pasangan Jokowi-Ahok (jika terwujud) punya elektabilitas tinggi.

Well, sebagai orang awam, alias penonton, saya cuma bisa memimpikan, heboh kali ye jika pasangan unik ini dicalonkan. Rasanya bakal jadi tontonan asyik yang mengalahkan film box office mana pun.

So, Jokowi-Ahok Jilid 2, Why Not?

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun