Mohon tunggu...
Jennifer Alexis
Jennifer Alexis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Kristen Petra

Mahasiswa Desain Interior

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengenal Upcycling, Cara Mempercantik Interior yang Ramah Lingkungan

21 November 2022   00:39 Diperbarui: 21 November 2022   00:40 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: http://dornob.com/transforming-dumpster-home-for-camouflaged-urban-living/

Ingin mengubah suasana interior ruangan tanpa mengeluarkan biaya yang terlalu besar? Kamu bisa mencoba dengan cara upcycling!

Upcycling adalah proses mengolah kembali benda-benda yang sudah tidak diperlukan dan mengubahnya menjadi sesuatu yang baru serta bernilai. Kamu bisa menggunakan benda apapun sebagai bahan untuk melakukan upcycling. Contohnya, kain bekas, perabot lama yang tidak sudah tidak digunakan, botol kaca bekas, kaleng, kayu bekas, plat metal, ban mobil, dan masih banyak lagi.

Kamu pasti juga sudah pernah mendengar istilah recycling. Apa sih bedanya recycling dengan upcycling?

Recycling juga merupakan proses pengolahan benda-benda yang tidak digunakan lagi, tetapi dengan cara menghancurkan benda-benda tersebut secara total, sehingga segala karakteristik yang dimiliki benda tersebut sudah tidak nampak lagi. Dalam upcycling, karakteristik lama yang dimiliki benda masih bisa dilihat karena benda tersebut tidak perlu dihancurkan secara total. Namun, baik upcycling maupun recycling, keduanya merupakan cara yang baik untuk memanfaatkan kembali bahan bekas untuk mengurangi sampah dan limbah di lingkungan.

Kenapa sih upcycling ini penting?

Yang pertama, seperti yang sudah tertulis sebelumnya, upcycling merupakan cara yang paling mudah dalam mengurangi penumpukan limbah di lingkungan. Contohnya, limbah pabrik serta limbah rumah tangga.

Yang kedua, dapat mengurangi penggunaan raw material. Raw material merupakan sumber daya alam yang biasa digunakan sebagai bahan dasar produksi. Contohnya, kayu dan besi. Dengan mengurangi penggunaan material alami ini, berarti juga mengurangi jumlah pohon yang perlu ditebang, serta jumlah bukit yang perlu digali, sehingga energi yang perlu dikonsumsi pun lebih sedikit.

Yang ketiga, upcycling merupakan suatu cara kreatif dalam membantu bumi. Keindahan dari pendekatan ini adalah daripada dibuang, nilai sentimental beserta karakteristik unik dari produk bekas tersebut masih dapat dipertahankan, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang baru dengan nilai estetika lebih serta menarik. Limbah yang dulunya diabaikan dan ditelantarkan jadi memiliki sebuah nilai dan dapat diolah menjadi sesuatu yang lebih baik. Selain itu, upcycling secara tidak langsung dapat meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya merawat lingkungan hidup.

Berikut merupakan beberapa contoh karya beberapa desainer yang dapat memanfaatkan bahan bekas secara kreatif.

 1. Gregory Kloehn

Desainer ini mentransformasikan sebuah tong sampah menjadi sebuah rumah kecil. Rumah ini memiliki dapur, toilet, tempat penyimpanan, dan area tempat tidur di dalamnya. Sedangkan untuk di luar, Gregory menciptakan sebuah rooftop deck yang dilengkapi dengan dancing pole, outdoor shower, grill, bar, dan lain-lain.

2. Ariele Alasko

Source: http://www.arielealasko.com/current-work-2
Source: http://www.arielealasko.com/current-work-2

Ariele Alasko merupakan seorang desainer dan woodworker. Ia memanfaatkan perabot yang sudah tidak lagi diinginkan ataupun digunakan untuk diubah menjadi perabot baru. Sumbernya ia dapatkan dari sekitar lingkungan tempat tinggalnya sendiri. Furniture yang ia buat ini juga ditambahkan dengan pola-pola yang ia desain sendiri.

Nah, sebelum memulai upcycling, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Tipe material

Pahami material yang akan digunakan: cara perawatannya, cara agar material ini dapat menyatu dengan area sekitarnya (baik indoor maupun outdoor), dan lain-lain. Tiap tipe material memiliki pendekatan yang berbeda.

  1. Preservasi

Beberapa waste material membutuhkan perlakuan khusus pada permukaannya untuk mencegah serangga atau hal lainnya yang dapat merusak material tersebut.

  1. Fungsionalitas

Akan selalu lebih baik jika produk yang diciptakan juga merupakan produk yang fungsional, sehingga produk yang baru ini memiliki tujuan yang jelas.

  1. Nilai estetika

Dengan menggunakan kreativitas saat mengolah material, maka produk hasil akhir akan tetap memiliki nilai estetika. Bahkan produk tersebut dapat memiliki nilai uniknya tersendiri saat diletakkan di area yang tepat.

Referensi:

Ali, N. S., Khairuddin, N. F., & Zainal Abidin, S. (2013). Upcycling: Re-use and recreate functional interior space using waste materials. In DS 76: Proceedings of E&PDE 2013, the 15th International Conference on Engineering and Product Design Education, Dublin, Ireland, 05-06.09. 2013 (pp. 798-803).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun