Pada awalnya, Fajar mengaku bahwa tidak mudah mencari aktor yang cocok untuk memerankan Dilan karena penggambaran karakteristik yang kuat dalam novel aslinya (Aditia, 2020).
Beberapa kali dilakukan casting, tetapi masih belum menemukan sosok yang tepat. Sampai akhirnya terbersit  untuk menawarkan pada Iqbaal Ramadhan, eks Coboy Junior.
Saat itu Iqbaal membaca novel yang diberikan dan menyetujui tawaran syuting tersebut, hingga akhirnya film Dilan 1990 (2018) bisa melejit dan terkenal.
Ketidakcocokan Cerita
Meskipun demikian, bagi para penggemar yang sudah membaca novel Dilan terlebih dahulu tentu mengetahui bahwa sosok Dilan digambarkan sebagai anak geng motor yang berandal. Hal ini membuat mereka kecewa, karena Iqbaal dirasa tidak cocok memerankan tokoh tersebut (Nurin, 2017).
Belum lagi alur cerita yang dianggap berbeda dengan novel membuat penonton yang sudah membaca sebelumnya terheran-heran, termasuk saya. Ketika saya menonton setelah membaca novel tersebut, saya menyadari bahwa ada beberapa bagian penting yang justru tidak dimasukkan ke dalam film.
Alur film pun berubah mendekati ending, berbeda dengan yang ada dalam novel aslinya.
Tentu hal ini bisa menjadi poin plus dan minus, tergantung dari segi mana Anda melihatnya.
Bagi saya yang sudah memiliki ekspektasi terhadap alur cerita dalam film, merasa sedikit kecewa dengan ending yang ditampilkan. Tetapi mungkin bagi beberapa penonton lainnya, mereka akan merasa senang karena ada perspektif baru yang dibawa dalam film tersebut. Hal ini tentu akan membedakan dengan novel aslinya sehingga tidak monoton.
Representasi Film
Film sejatinya menjadi media yang dapat menyampaikan pesan kepada penontonnya melalui berbagai macam potongan-potongan adegan yang ada.