Mohon tunggu...
Jennifer
Jennifer Mohon Tunggu... Jurnalis - FISIP 2019 Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Writing. Reading. Detective Conan addict.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengusut Jurnalisme Warga: Sejarawan Momen Berharga

11 Oktober 2021   12:05 Diperbarui: 11 Oktober 2021   12:41 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil foto Abraham Zapruder ketika terjadi pembunuhan Presiden John F. Kennedy di Dallas, sumber: tate.org.uk

Saat ini, kita semua adalah sumber informasi.

Munculnya internet, teknologi baru, atau media sosial, telah menandai perubahan signifikan dalam mengumpulkan, menyebarkan, dan berbagi informasi. Jurnalisme warga dapat dianggap sebagai bentuk nyata dari perubahan ini. 

Jurnalisme warga dapat diartikan sebagai sebuah bentuk alternatif pengumpulan dan pelaporan berita, yang terjadi di luar struktur media tradisional dan dapat melibatkan siapa saja. 

Kita hidup di zaman konsumsi gambar dan penyerapan data. Setiap hari, gelombang informasi baru mencapai komputer dan layar ponsel kita, tetapi kini kita bukan hanya penerima, melainkan juga penciptanya. Liberalisasi informasi memungkinkan siapa saja untuk berbagi dan menyebarkan pengalaman pribadi mereka tentang suatu peristiwa, secara real time. 

Peristiwa Jurnalisme Warga

Kelahiran jurnalisme warga sering dikaitkan dengan Korea Selatan di mana platform pertama dari informasi yang dihasilkan amatir bernama "OhMyNews" dibuat. Prinsipnya sederhana: siapa pun dapat mengambil bagian dalam proses penciptaan informasi. Dari pembaca menjadi peserta, warga kini telah mengubah statusnya dari sekadar penerima menjadi penyedia informasi.

Namun sebenarnya bisa jadi jurnalisme warga bukanlah fenomena baru. Salah satu contoh penerapan jurnalisme warga yang sempat terjadi pada tahun 1963 yaitu ketika warga biasa bernama Abraham Zapruder pergi dan merekam rapat umum John F. Kennedy di Dallas dan tidak sengaja menangkap gambar pembunuhan yang terjadi. Hal ini dapat disebut sebagai fotojurnalisme warga. Tentu saja hasil foto tersebut berguna untuk membantu penyelidikan. 

Hasil foto Abraham Zapruder ketika terjadi pembunuhan Presiden John F. Kennedy di Dallas, sumber: tate.org.uk
Hasil foto Abraham Zapruder ketika terjadi pembunuhan Presiden John F. Kennedy di Dallas, sumber: tate.org.uk

Dengan terlibat dalam proses menciptakan informasi, menyebarkan dan mengkonsumsinya, kita juga dapat berargumen bahwa era informasi telah mendorong warga negara tidak hanya menjadi reporter tetapi juga sebagai sejarawan pemula - membuat momen menjadi penting.

Sarana dan Kelemahan Jurnalisme Warga

Saat ini banyak media yang bisa menyalurkan dan mewadahi berbagai informasi yang dimiliki warga. Contohnya seperti blog, media sosial, bahkan portal berita tradisional pun menyediakan sarana jurnalisme warga seperti "Kompas" yang membuat "Kompasiana" untuk mewadahi informasi dari jurnalis amatir. 

Dalam kasus media sosial, setiap tulisan yang diunggah warga berpotensi menyebar luas secara cepat. Hal ini memungkinkan sesuatu menjadi viral, bahkan ketika media tradisional belum sempat meliputnya. 

Akan tetapi, dalam kasus ini kemudian menjadi polemik tersendiri terkait keakuratan informasi yang dihasilkan. Setiap orang dapat bebas menuliskan suatu peristiwa, bahkan menggunakan opini pribadi mereka. 

ilustrasi penyebaran berita bohong, sumber: medium.com
ilustrasi penyebaran berita bohong, sumber: medium.com

Jika dikaitkan dengan prinsip maupun kode etik jurnalistik, tentu saja hal ini bertentangan karena jurnalis tidak diperkenankan untuk berprasangka terhadap suatu objek tertentu. Ditambah lagi dengan kecepatan informasi dalam jurnalisme warga, maka 'berita' tersebut akan langsung dikonsumsi masyarakat luas tanpa penyaringan terlebih dahulu. 

Kesimpulan

Jurnalisme warga dapat menjadi pisau bermata dua, memiliki dampak positif dan negatif tersendiri. 

Setiap orang akhirnya memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapat dan melaporkan peristiwa tertentu yang terjadi di sekitarnya. Dalam hal ini, sesuatu yang mendesak dapat langsung disampaikan tanpa menunggu media tradisional datang dan meliput. 

Namun, hal yang harus diperhatikan adalah prinsip yang dimiliki jurnalis warga dalam menyebarkan informasi tersebut. Apakah informasi tersebut valid? Apakah bahasa yang digunakan berpotensi menimbulkan misinformasi? Beberapa poin tersebut patut dipertanyakan lebih lanjut dalam membuat maupun menyebarkan informasi.

Selanjutnya para pembaca pun harus lebih selektif dan kritis dalam mendapatkan informasi yang ada. Cari tahu dan teliti lebih lanjut mengenai topik yang muncul. Maka hal tersebut juga akan mengurangi dampak negatif dari adanya jurnalisme warga.

Click Podcast Mengusut Jurnalisme Warga: Sejarawan Momen Berharga di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun