Saat ini banyak media yang bisa menyalurkan dan mewadahi berbagai informasi yang dimiliki warga. Contohnya seperti blog, media sosial, bahkan portal berita tradisional pun menyediakan sarana jurnalisme warga seperti "Kompas" yang membuat "Kompasiana" untuk mewadahi informasi dari jurnalis amatir.Â
Dalam kasus media sosial, setiap tulisan yang diunggah warga berpotensi menyebar luas secara cepat. Hal ini memungkinkan sesuatu menjadi viral, bahkan ketika media tradisional belum sempat meliputnya.Â
Akan tetapi, dalam kasus ini kemudian menjadi polemik tersendiri terkait keakuratan informasi yang dihasilkan. Setiap orang dapat bebas menuliskan suatu peristiwa, bahkan menggunakan opini pribadi mereka.Â
Jika dikaitkan dengan prinsip maupun kode etik jurnalistik, tentu saja hal ini bertentangan karena jurnalis tidak diperkenankan untuk berprasangka terhadap suatu objek tertentu. Ditambah lagi dengan kecepatan informasi dalam jurnalisme warga, maka 'berita' tersebut akan langsung dikonsumsi masyarakat luas tanpa penyaringan terlebih dahulu.Â
Kesimpulan
Jurnalisme warga dapat menjadi pisau bermata dua, memiliki dampak positif dan negatif tersendiri.Â
Setiap orang akhirnya memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapat dan melaporkan peristiwa tertentu yang terjadi di sekitarnya. Dalam hal ini, sesuatu yang mendesak dapat langsung disampaikan tanpa menunggu media tradisional datang dan meliput.Â
Namun, hal yang harus diperhatikan adalah prinsip yang dimiliki jurnalis warga dalam menyebarkan informasi tersebut. Apakah informasi tersebut valid? Apakah bahasa yang digunakan berpotensi menimbulkan misinformasi? Beberapa poin tersebut patut dipertanyakan lebih lanjut dalam membuat maupun menyebarkan informasi.
Selanjutnya para pembaca pun harus lebih selektif dan kritis dalam mendapatkan informasi yang ada. Cari tahu dan teliti lebih lanjut mengenai topik yang muncul. Maka hal tersebut juga akan mengurangi dampak negatif dari adanya jurnalisme warga.
Click Podcast Mengusut Jurnalisme Warga: Sejarawan Momen Berharga di sini