Saat ini, kita semua adalah sumber informasi.
Munculnya internet, teknologi baru, atau media sosial, telah menandai perubahan signifikan dalam mengumpulkan, menyebarkan, dan berbagi informasi. Jurnalisme warga dapat dianggap sebagai bentuk nyata dari perubahan ini.Â
Jurnalisme warga dapat diartikan sebagai sebuah bentuk alternatif pengumpulan dan pelaporan berita, yang terjadi di luar struktur media tradisional dan dapat melibatkan siapa saja.Â
Kita hidup di zaman konsumsi gambar dan penyerapan data. Setiap hari, gelombang informasi baru mencapai komputer dan layar ponsel kita, tetapi kini kita bukan hanya penerima, melainkan juga penciptanya. Liberalisasi informasi memungkinkan siapa saja untuk berbagi dan menyebarkan pengalaman pribadi mereka tentang suatu peristiwa, secara real time.Â
Peristiwa Jurnalisme Warga
Kelahiran jurnalisme warga sering dikaitkan dengan Korea Selatan di mana platform pertama dari informasi yang dihasilkan amatir bernama "OhMyNews" dibuat. Prinsipnya sederhana: siapa pun dapat mengambil bagian dalam proses penciptaan informasi. Dari pembaca menjadi peserta, warga kini telah mengubah statusnya dari sekadar penerima menjadi penyedia informasi.
Namun sebenarnya bisa jadi jurnalisme warga bukanlah fenomena baru. Salah satu contoh penerapan jurnalisme warga yang sempat terjadi pada tahun 1963 yaitu ketika warga biasa bernama Abraham Zapruder pergi dan merekam rapat umum John F. Kennedy di Dallas dan tidak sengaja menangkap gambar pembunuhan yang terjadi. Hal ini dapat disebut sebagai fotojurnalisme warga. Tentu saja hasil foto tersebut berguna untuk membantu penyelidikan.Â
Dengan terlibat dalam proses menciptakan informasi, menyebarkan dan mengkonsumsinya, kita juga dapat berargumen bahwa era informasi telah mendorong warga negara tidak hanya menjadi reporter tetapi juga sebagai sejarawan pemula - membuat momen menjadi penting.
Sarana dan Kelemahan Jurnalisme Warga