Di era digital, media sosial merupakan platform berbasis teknologi internet yang memungkinkan individu, kelompok, organisasi berinteraksi, berbagi informasi, dan membuat konten secara dinamis dan interaktif. Media sosial merupakan salah satu transformasi digital yang telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi, bekerja, dan menjalani kehidupan sehari - hari. Platform ini memanfaatkan konektivitas jaringan global untuk menyediakan ruang bagi para pengguna berinteraksi secara instan, tanpa memandang waktu atau lokasi geografis.Â
Media sosial tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai ruang virtual kehidupan, seperti bisnis, pendidikan, hiburan, budaya, dan politik. Media sosial memungkinkan pengguna untuk membuat profil pribadi atau profesional, berbagi konten dalam bentuk teks, gambar, video, atau audio, dan berpartisipasi dalam diskusi dan komunitas online. Keunggulan utama media sosial saat ini adalah kecepatan penyebaran informasi dan kemampuan menghubungkan orang - orang yang memiliki minat dan tujuan yang sama.Â
Dalam hal kesehatan mental, platform media sosial menjadi salah satu faktor utama  yang dapat menyebabkan masalah bagi anak-anak dan remaja. Fenomena ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Misalnya, banyak remaja yang merasakan tekanan atau kurang percaya diri akibat sering membandingkan diri mereka dengan orang lain di media sosial. Mereka melihat gambar hidup yang tampak ideal di layar tanpa menyadari bahwa banyak dari itu sebenarnya hanyalah hasil penyuntingan atau manipulasi. Hal ini dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan terhadap diri sendiri, perasaan rendah diri, bahkan hingga depresi.
Jika dilihat lebih jauh lagi, media sosial juga merupakan tempat di mana perundungan digital (cyberbullying)Â sering berlangsung. Anak-anak dan remaja yang menjadi sasaran perundungan di platform ini bisa mengalami kecemasan, rasa terasing, dan bahkan memiliki pikiran untuk menyakiti diri mereka sendiri (self-harm). Tekanan untuk selalu terhubung dan terlihat "baik-baik saja " di media sosial dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan. Di samping itu, durasi penggunaan media sosial sering kali mengurangi interaksi langsung dengan keluarga dan teman - teman, yang sebenarnya sangat penting untuk kesejahteraan mental. Pola tidur juga dapat terganggu karena kebiasaan browsing media sosial hingga larut malam, yang akhirnya berdampak pada stabilitas emosional mereka.Â
Namun di sisi lain, media sosial juga bisa memberikan keuntungan jika dimanfaatkan dengan baik. Platform ini bisa menjadi sarana untuk mendapatkan dukungan emosional, berbagi pengalaman, dan mencari informai seputar kesehatan mental. Oleh sebab itu, sangat penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk mendidik anak-anak dan remaja mengenai cara penggunaan media sosial yang sehat dan bijaksana, serta mendorong  mereka untuk bijaksana dan mendorong mereka untuk lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan orang-orang di sekitar mereka.
Dalam perkembangan di era digital sekarang, kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan serta mampu memberikan konstribusi kepada komunitasnya. Dalam periode ini, kemajuan di bidang informasi, seperti platform media sosial, aplikasi, dan internet, telah mengubah cara orang berinteraksi, bekerja, dan menjalani kehidupan sehari-hari. Perubahan ini memberikan dampak yang posistif namun juga tantangan berat bagi kesehatan mental.
Dari aspek yang positif, zaman digital memungkinkan akses yang lebih mudah terhadap informasi,layanan kesehatan mental, dan dukungan sosial. Sebagai contoh, kehadiran aplikasi kesehatan mental seperti ( BetterHelp, BrightSide, Talkspace, Headspace) dan masih banyak yang lainya, konsultasi psikologi secara online seperti ( riliv, MoodTools, Kalm, Halodoc) dan yang lainya dan komunitas virtual memberikan peluang bagi anak-anak dan remaja ataupun masyarakat untuk menerima bantuan dan informasi secara cepat tepat tanpa terkendala oleh lokasi. Namun demikian, kemajuan ini juga bisa menjadi pemicu berbagai persoalan kesehatan mental, seperti stres, kecemasan, depresi, serta gangguan tidur.
Salah satu tantangan utama yang terkait dengan kesehatan mental di era digital adalah "tekanan digital" yang muncul karena paparan berlebihan terhadap teknologi. Fenomena seperti kecanduan media sosial, dan rasa takut ketinggalan (FOMO) sering terjadi. Media sosial, meskipun membantu dalam berkomunikasi, sering kali memunculkan citra ideal yang tidak realistis, yang bisa berpengaruh pada rasa percaya diri dan harga diri individu. Di samping itu, akses informasi yang tiada henti bisa memicu kelelahan digital, yang berdampak pada kesehatan emosional. Platform media sosial juga menghadirkan tantangan baru dalam masyarakat, terutama generasi muda dan remaja. Keinginan yang terus menerus untuk tetap terhubung secara daring dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan, menggangu keseimbangan antara aspek pribadi, sosial, dan pendidikan, serta meningkatkan kemungkinan terjadinya kelelahan emosional. Beban yang selalu ada untuk terlihat sempurna di media sosial juga dapat memperburuk kondisi mental, dengan merangsang perasaan cemas, rendah diri, dan keterasingan sosial.
Untuk menjaga kesehatan mental di era digital diperlukan pendekatan menyeluruh yang melibatkan kesadaran anak-anak dan remaja serta intervensi yang lebih besar dari masyrakat. Anak-anak dan remaja disarankan untuk cerdas dalam mengatur waktu penggunaan teknologi, menetapkan batasan digital, dan terlibat dalam aktivitas offline yang mendukung kesehatan mental, seperti meditasi, berolahraga, atau menekuni hobi. Pemerintah, penyedia layanan teknologi, dan komunitas juga memiliki peran penting dalam membangun ekosistem digital yang ramah terhdapat kesehatan mental, misalnya dengan membuat regulasi yang melindungi pengguna dari konten berbahaya dan memberikan edukasi tentang literasi digital.
dengan memahami dan mengelola pengaruh era digital terhadap kesehatan mental, anak - anak dan remaja serta masyarakat dapat menggunakan teknologi secara efektif tanpa mengorbankan kesejahteraan psikologis mereka. Menyelaraskan pemanfaatan teknologi dengan menjaga kesehatan mental adalah kunci utama untuk menjalani era digital dengan cara yang dehat dan produktif.
Adapun Peluang Media Sosial dalam Mendukung Kesehatan Mental
1. Akses Informasi dan EduksiÂ
- Media sosial memberikan akses yang luas terhadap beragam informasi, termasuk tentang kesehatan mental. Banyak akun dan komunitas  yang aktif membagikan konten edukatif mengenai manajemen stress, pengenalan tanda-tanda gangguan mental, dan panduan untuk mencari bantuan profesional, Platform seperti BetterHelp, TalkSpace, serta aplikasi lokal seperti Riliv dan Halodoc pun menawarkan layanan konsultasi psikologi online, memudahkan pengguna untuk mendapatkan dukungan tanpa batasan geografis.
2. Komunitas dan Dukungan Sosial
- Platform media sosial dapat menjadi ruang bagi individu untuk menemukan komunitas yang mendukung. Misalnya, seseorang yang berjuang melawan depresi dapat bergabung dalam grup diskusi yang berbagi pengalaman serupa. Dukungan emosional dari komunitas ini dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan meningkatkan kepercayaan diri.
3. Media Ekspresi Diri
- Bagi banyak orang, media sosial adalah ladang untuk mengekspresikan diri, baik melalui tulisan, gambar, maupun video. Ekspresi kreatif semacam ini dapat berfungsi sebagai saluran yang sehat untuk melepaskan emosi negatif dan menemukan jati diri.
4. Kampanye Kesadaran
- Media sosial juga telah dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental melalui kampanye global seperti, #MentalHealthAwarness #EndTheStigma. Inisiatif ini berperan dalam mengurangi stigma terkait gangguan mental dan mendorong lebih banyak orang untuk mencari bantuan tanpa rasa malu.
Adapun Ancaman Media Sosial terhadap Kesehatan Mental
1. Ketidakpuasan Diri dan Perbandingan SosialÂ
- Media sosial sering kali dipenuhi dengan gambar dan cerita yang menggambarkan kehidupan "sempurna". Banyak pengguna terutama remaja, merasa tekanan untuk tampil ideal seperti yang mereka lihat di layar. Hal ini dapat memicu perbandingan sosial yang tidak sehat, menghasilkan rasa tidak puas terhadap diri sendiri, rendah diri, dan bahkan depresi.
2. CyberBullying
- Perundungan di dunia maya, atau cyberbullying, merupakan ancaman serius yang terutama menghantui anak-anak dan remaja, Komentar negatif, penghinaan, atau penyebaran rumor di platform media sosial dapat menimbulkan trauma psikologis, kesemasan, dan bahkan mendorong korban untuk menyakiti diri sendiri.
3. Ketergantungan dan FOMO
- Ketergantungan pada media sosial sering dikaitkan dengan fenomena Fear Of Missing Out (FOMO), yaitu ketakutan akan ketinggalan informasi atau momen penting. FOMOÂ mendorong pengguna untuk terus memantau media sosial, yang berpotensi menyebabkan kecemasan, stres, dan gangguan tidur.
4. Kelelahan Digital
- Paparan informasi yang tiada henti di media sosial dapat menyebabkan kelelahan digital. Pengguna sering merasa terbebani oleh arus informasi yang terus mengalir, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kesehatan emosional dan produktivitas.
5. Gangguan Pola Tidur
- Pengguna media sosial hingga larut malam dapat menggangu pola tidur pada anak-anak dan remaja. Cahaya biru yang terpapar langsung dari layar perangkat dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang mendukung tidur, sehingga menyebabkan insomnia dan kelelahan.
Adapun Beberapa Strategi Pengaruh Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental
1. Meningkatkan Literasi Digital
- Penting untuk memulai mengajarkan pemahaman tentang pemakaian media sosial yang bijak dari usia muda. Anak - anak dan remaja harus diberi pengetahuan mengenai efek negatif dari media sosial serta bagaimana cara untuk menghindarinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mamasukkan pendidikan digital ke dalam kurikulum. Ini berarti Institusi pendidikan seperti sekolah atau universitas dapat menambahkan materi mengenai teknologi digital, keamanan online, dan etika di dunia maya ke dalam program mereka. Selain itu, pembelajaran secara mandiri juga merupakan solusi yang efektif. Sumber yang tersedia di internet, seperti kursus daring, video penjelasan (tutorial), dan buku elektronik (E-book), memberikan peluang bagi siapa pun untuk belajar secara mandiri. Dengan ketersediaan internet, pembelajaran ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, sehingga memperlancar proses pengembangan diri.
2. Mengatur Batasan Waktu Penggunaan Media Sosial
- Perhatikan Aktivitas Anak di Media Sosial
Ajak anak untuk menunjukkan apa yang mereka lakukan di platform sosial. Apabila ada postingan, gambar, atau video yang tidak sesuai, sarankan mereka untuk melaporkan hal itu kepada penyedia platform serta kepada Anda sebagai orang tua. Namun, kenyataannya banyak anak dan remaja masih ragu untuk melaporkan tindakan perundungan kepada orang tua. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa lebih dari setengah anak dan remaja pernah mengalami bentuk pelecehan di media sosial atau aplikasi digital lainnya.Batasi Waktu Mengakses Ponsel dan Atur Penempatan Komputer
Tidak hanya waktu menonton TV atau bermain game yang harus dibatasi, tetapi juga perlu memperhatikan waktu internet yang dihabiskan di ponsel. Tetapkan kebijakan penggunaan media sosial, seperti 1 hingga 2 jam setelah anak menyelesaikan tugasnya. Jika mereka menggunakan komputer untuk media sosial, pasanglah perangkat tersebut di tempat yang mudah dipantau, seperti ruang keluarga, agar aktivitas anak tetap terjaga.Berikan Contoh yang Baik
Anak-anak dan remaja umumnya lebih cepat menguasai teknologi dibandingkan dengan orang tua mereka. Meskipun demikian, orang tua sebaiknya tetap berusaha memahami dan mencoba aktivitas yang dilakukan anak di media sosial. Jika orang tua aktif menggunakan platform tersebut, tunjukkan sikap yang baik. Jauhi diri dari membagikan konten yang tidak pantas, agar anak bisa belajar etika bermedia sosial melalui teladan yang ditunjukkan.
3. Memiliki Konten yang Positif
- Pilihlah untuk mengikuti akun yang menawarkan konten yang memotivasi, memberikan informasi, bersifat edukasi, dan menghadirkan energi yang baik. Tipe konten seperti ini dapat berkontribusi pada peningkatan pemahaman, semangat, dan suasana hati Anda setiap hari. Hindarilah akun atau konten yang dapat menyebabkan perasaan negatif, kurangnya rasa percaya diri, atau memberikan harapan yang tidak realistis. Sebagai ilustrasi, Anda bisa mengikuti akun yang membagikan cerita pribadi yang memotivasi, kutipan positif yang membangkitkan semangat, atau gambar-gambar yang menunjukkan keindahan, keberhasilan, atau kebahagiaan yang sederhana namun berarti. Dengan demikian, feed Anda akan dipenuhi dengan hal-hal yang mendukung pengembangan diri dan kesehatan mental Anda.
4. Melibatkan Aktivitas Tanpa Koneksi Internet (Offline)
- Mengurangi durasi yang dihabiskan di internet dengan terlibat dalam kegiatan tanpa koneksi merupakan langkah krusial untuk mempertahankan keseimbangan antara kehidupan daring dan kehidupan sehari-hari. Cara yang efektif adalah dengan merencanakan aktivitas yang memberikan dampak baik bagi kesehatan mental, fisik, dan emosional Anda. Sebagai contoh, luangkan waktu untuk berkumpul dengan orang-orang terkasih, seperti keluarga dan sahabat. Interaksi sosial yang penuh kehangatan dapat memperkuat ikatan emosional, memberikan rasa dukungan, dan meningkatkan kebahagiaan. Selain itu, mengejar hobi seperti membaca, berkebun, memasak, atau melukis juga dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk melepaskan ketegangan dan mengekspresikan kreativitas. Kegiatan fisik seperti berolahraga secara teratur, berjalan di alam, atau mencoba aktivitas baru seperti yoga dan pilates dapat membantu meningkatkan kesehatan dan mengurangi stres. Selain itu, praktik kesadaran melalui meditasi atau latihan pernapasan dapat memberikan ketenangan pikiran dan membantu Anda lebih fokus pada pengalaman sehari-hari. Untuk menunjang upaya ini, pertimbangkan untuk membuat jadwal rutin yang mencakup waktu khusus untuk kegiatan tanpa internet. Usahakan untuk tidak membawa perangkat digital saat beristirahat, makan bersama, atau saat bersantai dengan keluarga. Dengan cara ini, Anda dapat menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan daring dan kehidupan nyata, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
5. Kampanye Digital yang Mendukung Kesehatan Mental
- Pemerintah serta penyedia layanan teknologi memiliki tanggung jawab besar untuk membangun ekosistem digital yang aman dan sehat. Salah satu tindakan penting adalah menerapkan regulasi yang tepat untuk melindungi pengguna dari paparan konten berbahaya, seperti ujaran kebencian, intimidasi daring, berita palsu, atau konten yang dapat menyebabkan masalah mental.
Di samping itu, pemerintah dan platform digital dapat mengambil peran aktif dalam memulai dan mendukung kampanye digital yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mental. Kampanye ini bisa berupa penyebaran informasi yang mendidik tentang pentingnya menjaga kesehatan mental, memberikan akses pada layanan konseling secara online, atau melibatkan figur publik dan influencer untuk menekankan betapa pentingnya dukungan emosional dan sosial. Lebih lanjut, kerjasama dengan lembaga kesehatan, organisasi non-pemerintah, dan komunitas juga diperlukan untuk merancang program yang berpengaruh luas. Contohnya, menyediakan forum diskusi daring yang aman, pelatihan manajemen stres berbasis teknologi, serta menciptakan konten kreatif seperti video singkat, webinar, atau aplikasi yang mendukung mindfulness.Dengan pendekatan yang menyeluruh, kampanye digital dapat menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan kesadaran, mendorong empati, dan memperkuat solidaritas masyarakat dalam menjaga kesehatan mental bersama.
Sumber: Kesehatan Mental https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jakarta/baca-artikel/16227/Mengenal-Pentingnya-Kesehatan-Mental.html#:~:text=Kesehatan%20mental%20merupakan%20kondisi%20dimana,menghasilkan%2C%20serta%20mampu%20memberikan%20kontribusi
Sumber: Pemanduan Media Sosial https://rsupsoeradji.id/panduan-aman-pemakaian-media-sosial-pada-anak-dan-remaja/
Penulis: Jennie Danella Vallentina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H