Mohon tunggu...
Jen Kelana
Jen Kelana Mohon Tunggu... Mengajar -

Pejalan yang ingin terus berjalan. http://bolehsaja.net

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gelisah Mencumbu Sunyi

5 Juli 2016   09:04 Diperbarui: 5 Juli 2016   09:13 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelisah mencumbu sunyi
dalam dekap gerimis luka
waktu gigil berselimut kabut
subuh melayari perkampungan
langit melukis airmata
luruh

Bulan telah pula mengujung
sungai-sungai mengalir mata air madu  
menjadi kekal yang damai
wangi firdaus-Mu mengendus
langit menggambari hasrat
surga

Ketika kemarau karib menyelubungi
sesak memintal hati yang resah
juang gigih yang maha perih
sebab lapar nafsu mendahaga
terserak di tiap-tiap sudut
Masih adakah kabar langit
sementara kalbu tak pernah terbersit
terdengar telinga juga netra?

Hari-hari mengelupas
meninggalkan Ramadhan
dan Jannah tak pula terjamah

Imaji, 4 Juli 2016. 15:08

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun