Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bolsonaro si Gergaji Mesin dan Pelajaran Deforestasi dari Brasil untuk Indonesia

22 November 2021   14:46 Diperbarui: 26 April 2022   04:53 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit Saõ Paulo yang menjadi gelap pada jam 15:50 karena asap kebakaran hutan Amazon pada tahun 2019 | Foto diambil dari Washington Post

Hutan Amazon yang dikenal sebagai "Paru-paru Dunia" beberapa tahun belakangan ini sedang di masa-masa kritisnya. 

Tidak sampai 1 tahun, hutan Amazon telah kehilangan 13.235 kilometer persegi hutan hujannya. Dengan luas kurang lebih seluas provinsi Sulawesi Utara, ini adalah deforestasi terbesar sejak 15 tahun yang lalu. 

Data yang mencengangkan ini dikeluarkan oleh Brazil's National Space Research Insitute (INPE) dua hari yang lalu, 18 November 2021.

Sama seperti Indonesia, deforestasi menjadi salah satu masalah lingkungan yang berhubungan langsung dengan kebijakan politik pemerintah di Brasil. Ketika laju deforestasi Indonesia terus menurun, laju di Brasil naik 22 persen melaju kencang bagaikan atlet yang menggunakan doping.

Beberapa penyebab utama meningkatnya deforestasi antara lain: pengunaan lahan untuk peternakan sapi, produksi kacang kedelai yang kerap menggunakan teknik tebas-bakar, penebangan ilegal, pertambangan bijih logam, batu bara, dan batu permata, dan juga dikarenakan pandemi Covid-19 yang menyebabkan aktivitas ilegal tidak terkendali.

Salah satu penyebab meningkatnya deforestasi adalah pengunaan lahan untuk peternakan sapi | Foto diambil dari Washington Post
Salah satu penyebab meningkatnya deforestasi adalah pengunaan lahan untuk peternakan sapi | Foto diambil dari Washington Post

Bolsonaro si Gergaji Mesin

Ialah Presien Brasil Jail Bolsonaro yang diminta bertanggung jawab atas meningkatnya deforestasi hutan Amazon. Sejak dipilih menjadi Presiden pada Januari 2019, Brasil mengalami peningkatan luas deforestasi yang tidak pernah terjadi setelah tahun 2006. 

Padahal, jauh sebelum Bolsonaro menjabat beberapa pihak khususnya aktivis lingkungan sudah menyatakan kekhawatiran yang mendalam dengan kemungkinan kebijakan yang ia ambil. 

Ia dikenal sebagai pendukung kuat agribisnis dan lebih mengutamakan keuntungan ekonomi daripada pelestarian hutan Amazon. 

Selain itu, ia juga dikenal sebagai politikus yang kerap melayangkan narasi yang seksis, misoginis, dan rasis. Salah satunya adalah pada tahun 2003 dimana Bolsonaro menyatakan "Aku tidak akan pernah memperkosamu karena kamu sangat jelek" kepada anggota kongres Brasil Maria do Rosário.

Walaupun begitu, Bolsonaro memenangkan pemilu dengan janji-janji kampanye untuk memulihkan keamanan nasional Brasil dan membasmi korupsi yang merajalela. 

Bukan hanya itu, Bolsonaro juga memberikan janji kampanye untuk mengembangkan hutan Amazon untuk kepentingan ekonomi dan melawan kecamanan global atas deforestasi dengan menarik diri dari Paris Agreement. 

Potret penambangan emas ilegal di jantung hutan Amazon | Foto diambil dari BBC
Potret penambangan emas ilegal di jantung hutan Amazon | Foto diambil dari BBC
Sejak ia menjabat, ia telah mengabsahkan kebijakan yang berorientasi bisnis yang terbukti dengan perubahan mandat dinas kehutanan Brasil yang awalnya dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dipindah ke Kementerian Pertanian. 

Sebagai presiden negara dengan hutan hujan terbesar di dunia, Bolsonaro juga menolak keikutsertaan beberapa organisasi nirlaba internasional seperti World Wildlife Fund (WWF). Ia menganggap keluhan dari dunia internasional mengenai hutan Amazon sebagai cara untuk menghadang pengembangan agribisnis Brasil. 

Pemerintahan Brasil juga membubarkan lembaga yang berfungsi untuk menjaga kelestarian hutan Amazon, seperti Komite Antar Menteri untuk Perubahan Iklim dan Komisi REDD+ Nasional. 

Berbagai kebijakan seperti Undang-undang lingkungan yang menyulitkan penebangan ilegal, pembukaan peternakan, dan penambangan baru di hutan Amazon juga mulai dilonggarkan. 

Kebijakan-kebijakan yang dibuat secara langsung memberikan izin kepada pelaku agribisnis untuk memanfaatkan Amazon atas nama ekonomi dan politik Brasil. 

Kebakaran hutan yang terjadi di
Kebakaran hutan yang terjadi di "Paru-paru Dunia" pada 25 Agustus 2019 | Foto diambil dari Kompas/Joao Laet

Bencana buatan manusia dan kemungkinan pandemi baru

Hutan Amazon sebagai hutan hujan terbesar di dunia diperkirakan dapat menyerap 25% dari emisi C02 global. Namun dikarenakan deforestasi, hutan Amazon yang harusnya bertugas untuk menyerap C02 justru mengalami kebalikannya.

Berdasarkan pemimpin penelitian INPE Luciana Gatti, pembakaran hutan karena teknik tebas-bakar untuk pemanfaatan lahan ataupun kebakaran hutan karena perubahan iklim yang terjadi di hutan Amazon justru menghasilkan tiga kali lebih banyak C02 daripada yang mampu diserap.

Dengan semakin sedikitnya pohon, maka semakin sedikit hujan dan semakin tinggi suhu di hutan yang menyebabkan kemarau semakin buruk dan rentan terjadinya kebakaran hutan. 

Dikutip dari Gatti, “Bayangkan jika kita bisa mengatasi kebakaran dan melarang deforestasi di Amazon, itu bisa menjadi penyerap karbon yang baik. Tapi kita melakukan sebaliknya – kita mempercepat perubahan iklim”.

Langit Saõ Paulo yang menjadi gelap pada jam 15:50 karena asap kebakaran hutan Amazon pada tahun 2019 | Foto diambil dari Washington Post
Langit Saõ Paulo yang menjadi gelap pada jam 15:50 karena asap kebakaran hutan Amazon pada tahun 2019 | Foto diambil dari Washington Post

Dibawah pemerintahan Bolsonaro, Brasil juga mencatat rekor kebakaran hutan tertinggi selama 10 tahun terakhir. Tahun 2019 menjadi tahun terburuk bagi Brasil ketika langit Kota Saõ Paulo menjadi gelap di siang hari, terimbas asap kebakaran hutan Amazon pada 21 Agustus 2019. 

Sebuah penelitian yang melibatkan Insitute for Health Policy Studies, Amazon Environmental Research Insitute, dan Human Rights Watch menemukan keterkaitan kebakaran hutan karena deforestasi terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar Amazon pada tahun 2019. 

Terdapat 2.195 kasus rawat inap karena penyakit pernafasan yang disebabkan oleh kebakaran hutan, di mana 21 persennya melibatkan bayi berusia 0-12 bulan, sebanyak 49 persen kasus terjadi pada masyarakat berusia di atas 60 tahun keatas.

Setahun menjabat, kebakaran hutan di Brasil meningkat 48,7 persen. Tahun kedua Bolsonaro pun tidak membaik, di mana terjadi peningkatan sebanyak 12,7 persen dibanding tahun sebelumnya. Telah terjadi 222.798 kebakaran di Amazon dan Pantanal (lahan basah air tawar terbesar di dunia) selama tahun 2020. 

Tindakan deforestasi ini bukan hanya memberikan implikasi yang mengerikan untuk masyarakat Brasil juga, tetapi juga untuk seluruh masyarakat dunia. Berdasarkan penelitian Profesor Alessandra Nava, hutan hujan seperti hutan Amazon merupakan tempat lahrnya banyak patogen baru yang berbahaya untuk manusia. 

Menebang hutan Amazon secara langsung mendekatkan manusia dengan lingkungan hutan hujan tersebut merupakan cara terbaik untuk menularkan virus zoonosis (yang ditularkan hewan ke manusia) baru tersebut ke manusia, dan mungkin menciptakan pandemi baru. Virus zoonis seperti Nipah, Flu Babi, Ebola, ataupun Covid-19 kemungkinan besar dipicu oleh eksploitasi habitat satwa liar.

***

Sebagai negara yang terpengaruh deforestasi, Indonesia perlu belajar banyak dari Brasil, bagaimana orientasi politik seorang pemimpin negara sangat berpengaruh dengan kebijakan yang melestarikan atau justru mengeksploitasi kelestarian alam negaranya. 

Apa yang terjadi di hutan Amazon juga bukan hanya akan berdampak kepada masyarakat Brasil saja, namun juga untuk seluruh masyarakat dunia termasuk di Indonesia. Tanpa hutan Amazon, konsentrasi C02 di atmosfer akan meningkat dan menyebabkan kenaikan suhu global yang memicu perubahan iklim. 

Sumber: Aljazeera | BBC | Science.org | Greenpeace | The Guardian | Human Rights Watch

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun