Walaupun begitu, Bolsonaro memenangkan pemilu dengan janji-janji kampanye untuk memulihkan keamanan nasional Brasil dan membasmi korupsi yang merajalela.Â
Bukan hanya itu, Bolsonaro juga memberikan janji kampanye untuk mengembangkan hutan Amazon untuk kepentingan ekonomi dan melawan kecamanan global atas deforestasi dengan menarik diri dari Paris Agreement.Â
Sebagai presiden negara dengan hutan hujan terbesar di dunia, Bolsonaro juga menolak keikutsertaan beberapa organisasi nirlaba internasional seperti World Wildlife Fund (WWF). Ia menganggap keluhan dari dunia internasional mengenai hutan Amazon sebagai cara untuk menghadang pengembangan agribisnis Brasil.Â
Pemerintahan Brasil juga membubarkan lembaga yang berfungsi untuk menjaga kelestarian hutan Amazon, seperti Komite Antar Menteri untuk Perubahan Iklim dan Komisi REDD+ Nasional.Â
Berbagai kebijakan seperti Undang-undang lingkungan yang menyulitkan penebangan ilegal, pembukaan peternakan, dan penambangan baru di hutan Amazon juga mulai dilonggarkan.Â
Kebijakan-kebijakan yang dibuat secara langsung memberikan izin kepada pelaku agribisnis untuk memanfaatkan Amazon atas nama ekonomi dan politik Brasil.Â
Bencana buatan manusia dan kemungkinan pandemi baru
Hutan Amazon sebagai hutan hujan terbesar di dunia diperkirakan dapat menyerap 25% dari emisi C02 global. Namun dikarenakan deforestasi, hutan Amazon yang harusnya bertugas untuk menyerap C02 justru mengalami kebalikannya.
Berdasarkan pemimpin penelitian INPE Luciana Gatti, pembakaran hutan karena teknik tebas-bakar untuk pemanfaatan lahan ataupun kebakaran hutan karena perubahan iklim yang terjadi di hutan Amazon justru menghasilkan tiga kali lebih banyak C02 daripada yang mampu diserap.
Dengan semakin sedikitnya pohon, maka semakin sedikit hujan dan semakin tinggi suhu di hutan yang menyebabkan kemarau semakin buruk dan rentan terjadinya kebakaran hutan.Â