Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tiga Pertanyaanku Mengenai Kematian dan Cara Mengatasi Duka

13 Agustus 2021   18:34 Diperbarui: 13 Agustus 2021   18:42 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap malam saya ajak ketakutan itu bertarung. Hadapi ketakutanmu, kata orang. Berbagai skenario berputar-putar di otak saya, jika begini saya harus bagaimana? Jika begitu saya harus apa?

Kadang saya menang melawannya, "kematian adalah hal yang pasti tidak perlu ditakutkan", dan kadang kala saya kalah, "saya tidak mungkin bisa hidup tanpa orang tua saya".

Ketika hari itu datang, bekal dan latihan saya menghadapi ketakutan itu hilang entah kemana. Logika kalah telak melawan perasaan. Kekhawatiran, cinta, ketakutan, rindu, dan kasih sayang bercampur aduk bagaikan pasir isap yang menelan manusia hidup-hidup. 

Seberapa keras kita berusaha untuk mempersiapkan diri akan kehilangan, kita tidak akan siap sepenuhnya. Ketika waktunya tiba, "dunia terasa runtuh" atau "hati yang hilang sebelah" menurut saya sangat mengambarkan apa yang saya alami.

Adakah cara mengatasi duka cita yang baik dan benar? 

Jika Anda mengenal seorang anak perempuan pertama yang baru beranjak dewasa kehilangan ayahnya, apa yang akan Anda ucapkan? "Jangan menangis" atau "kamu harus kuat karena sekarang menanggung beban sebagai kepala keluarga"?

Apa Anda pernah merasakan ketika Anda terjatuh, Anda kembali didorong dan mengenai luka yang masih baru? 

Adakah cara mengatasi duka cita yang baik dan benar menjadi pertanyaan yang terus saya pertanyakan untuk waktu yang cukup lama. Apakah menangis sebuah hal yang buruk dan salah? 

Five Stages of Grief atau lima tahapan berduka yang ditemukan oleh Elisabeth Kbler-Ross menjadi acuan terkenal ketika seseorang menghadapi kedukaan. Denial (penyangkalan), anger (marah), bargaining (menawar), depression (depresi), dan acceptance (menerima). 

Tidak banyak yang tahu, penelitian Kbler-Ross didasari oleh bagaimana tahapan orang yang menghadapi penyakit yang mematikan dan sedang sekarat, bukan meneliti bagaimana tahapan orang yang sedang berduka. Penelitian tersebut dianggap ketinggalan zaman, tidak akurat, dan tidak membantu dalam proses berduka. 

Tidak ada cara mengatasi duka cita yang baik dan benar. Tidak ada buku yang berisi kunci jawaban bagaimana rasa duka akan hilang dalam sekejap. Semua orang memiliki cara untuk mengekpresikan kedukaannya yang berbeda-beda. 

Sama seperti jatuh cinta, tidak ada orang yang mengalami kedukaan dengan cara yang sama. Memaksakan cara berduka yang baik dan benar menurut Anda kepada orang lain bukan saja salah, namun juga memperburuk rasa duka itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun