Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Dua Manfaat yang Hanya Ditemukan dari Buku Genre Fiksi Sejarah yang Istimewa

4 Juni 2021   16:35 Diperbarui: 4 Juni 2021   19:33 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Kamisan yang diikuti oleh keluarga korban yang belum pulang dan aktivis HAM | Foto diambil dari Kompas

Buku ini menceritakan sekelompok mahasiswa yang aktif mengkritisi pemerintah Indonesia pada masa Orde Baru, tepatnya sekitar tahun 1990 hingga 1998. 

Chudori juga menceritakan pameran utama yang bernama Biru Laut ditangkap oleh Pasukan Elang, disiksa dan dipenjara sampai akhirnya dibunuh.

Selain itu, Chudori juga menceritakan tentang keluarga yang ditinggalkan oleh para mahasiswa yang bertahun-tahun tidak ditemukan. 

Bagaimana keluarga mereka terus melakukan demontrasi di depan kantor presiden setiap hari Kamis, menuntut pertanggung jawaban pemerintah.

Terdengar sangat familiar, yah? Karena memang "Laut Bercerita" di-setting pada periode akhir masa Orde Baru yang nyata terjadi di Indonesia. Bagaimana para mahasiswa yang sekaligus menjadi aktivis berdiskusi, menyelenggarakan demonstrasi, hingga kabur dan ditangkap oleh aparat keamanan memang dialami oleh sekelompok masyarakat kita.

Inilah adalah salah satu manfaat dari buku fiksi sejarah. Pembacanya dapat mengetahui, memahami, dan mempelajari kejadian sejarah yang benar-benar terjadi namun pada saat yang bersamaan juga terhibur dengan fiksi karangan penulis. Hal ini tentu sangat bermanfaat, bagaimana mempelajari sejarah sama seperti mempelajari agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Aksi Kamisan yang diikuti oleh keluarga korban yang belum pulang dan aktivis HAM | Foto diambil dari Kompas
Aksi Kamisan yang diikuti oleh keluarga korban yang belum pulang dan aktivis HAM | Foto diambil dari Kompas

Sosok Laut Biru yang diceritakan di buku "Laut Bercerita" karya Leila S. Chudori terinspirasi dari Bapak Nezar Patria, seorang wartawan, aktivis, sekaligus penyair yang merupakan salah satu dari 23 korban penculikan aktivis pada masa Orde Baru.

Cerita Laut Biru terasa nyata, karena memang apa yang Laut Biru dialami berdasarkan pengalaman Bapak Nezar Patria dan teman-temannya. Bagaimana mereka mengalami penyiksaan dari hari ke hari karena gugatannya.

Jika Bapak Nezar Patria akhirnya dibebaskan, Laut Biru memiliki akhir yang berbeda guna mewakilkan cerita 13 orang aktivis yang hingga sekarang belum pulang.

Salah satu titik penting dari buku "Laut Bercerita" adalah bagaimana keluarga yang ditinggalkan terus hidup dalam kegelapan dan ketidakpastian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun