Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nasib Pengungsi yang Terombang-ambing di Tengah Lautan

8 Juni 2021   15:00 Diperbarui: 8 Juni 2021   15:22 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenazah 74 pengungsi yang menuju Italia melewati Laut Mediterania terdampar di pantai Libya (21/2/17) | Foto diambil dari Independent/IRFC (https://www.independent.co.uk/)

Daratan adalah rumah kita, dan lautan adalah rahasia.” – W.S. Rendra

Laut Mediterania dikenal sebagai lintas perbatasan yang paling mematikan. Sejak 1993, sekitar 34.000 orang dengan harapan meraih kehidupan baru di daratan Eropa meninggal ketika menyeberangi laut yang berbahaya ini. 

Kebanyakan dari mereka adalah pengungsi yang melarikan diri dari konflik peperangan dan penganiayaan di negaranya, dari Suriah, Afghanistan, Irak hingga Eritrea. 

Mereka meninggalkan kampung halamannya, bermodal baju yang dipakai dengan segenggam harapan, menyeberangi amukan ombak dengan harapan mendapatkan pekerjaan, pendidikan, atau hidup yang aman di Yunani dan Italia.

Tidak ada lagi pilihan lain, mempertaruhkan nyawa di lautan lebih baik daripada bertahan di negara yang penuh dengan konflik dan kekerasan. Warshan Shire, seorang penulis dari Inggris, menuliskan dalam salah satu puisinya:

"Anda harus mengerti, tidak ada yang menempatkan anak-anaknya di atas kapal kecuali lautan menjadi lebih aman daripada daratan." 

Namun banyak dari mereka tersesat, kelaparan, dan terombang-ambing di tengah lautan menunggu datangnya bantuan. Dengan kapal seadanya tanpa pelampung pengaman, banyak dari mereka yang tenggelam.

Pada April 2015, lima kapal yang membawa sekitar 2.000 pengungsi ke Eropa tenggelam di Laut Mediteriania. Tidak lebih dari 500 orang yang selamat dari peristiwa ini.

Laut Mediterania menjadi saksi akan harapan dan kematian mereka, memegang rahasia kehidupan para pengungsi tersebut. Hal yang sama juga terjadi di perairan Selat Malaka dan Laut Andaman yang menjadi rute lintasan para pengungsi Rohingya dari Myanmar menuju Asia Tenggara.

94 orang pengungsi dari Myamar di perairan Aceh, 15 dari rombongan meninggal di perjalanan | Foto diambil dari Kompas/Rahmad (https://foto.kompas.com/)
94 orang pengungsi dari Myamar di perairan Aceh, 15 dari rombongan meninggal di perjalanan | Foto diambil dari Kompas/Rahmad (https://foto.kompas.com/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun