Demonstrasi yang awalnya berlangsung damai kemudian berujung ricuh di kota Cali dan Kota Bogota. Vandalisme di fasilitas umum dan juga penjarahan juga terjadi di kedua kota tersebut. Video anggota polisi anti huru-hara yang menggunakan gas air mata dan pentungan viral di media sosial.Â
Tujuan dari demonstrasi pun berubah, dimana awalnya untuk memprotes reformasi pajak berubah menjadi desakan penyelidikan akan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh aparat. Masyarakat juga mendesak pemerintah untuk mengatasi kemiskinan yang semakin meningkat dan kesenjangan ekonomi.
Dikutip dari New York Times, seorang guru sekolah bernama Mayra Lemus menyatakan bahwa: "Ini bukan hanya tentang reformasi pajak. Ini tentang korupsi, ketimpangan dan kemiskinan. Kami semua, kaum muda, sudah bosan dengan semua itu".
Terus menelan nyawa
Laporan jumlah dari mereka yang tewas karena demonstrasi ini pun berbeda-beda. Namun dikutip dari CNN, dilaporkan bahwa 25 orang meninggal dan ratusan lainnya terluka. Ombudsman Kolombia, Defensoria del Pueblo, menyatakan bahwa 89 orang hilang sejak demonstrasi berlangsung.
Desakan untuk menghentikan kekerasan yang menelan nyawa pun datang dari masyarakat internasional. Bintang pop kelahiran Kolombia, Shakira, ikut buka suara lewat sebuah unggahannya di Instagram. "Tidak dapat diterima bagi seorang ibu untuk kehilangan anak satu-satunya karena kebrutalan. Dan 18 orang lainnya harus kehilangan nyawa karena dalam demonstrasi damai. Peluru tidak akan pernah dapat membungkam suara orang yang menderita", tulis Shakira.
Dialog nasional ditolakÂ
Dengan semakin memanasnya keadaan di Kolombia, Presiden Ivan Duque menyatakan rencananya untuk membuka dialog nasional untuk mencari solusi atas masalah ekonomi di negaranya. Dialog nasional ini direncanakan akan melibatkan semua lembaga, partai, sektor swasta, gubernur, walikota, dan pemimpin masyarakat sipil.Â
Namun rencana dari presiden yang popularitasnya terus menurun ini ditolak oleh kelompok masyarakat sipil. Dialog nasional sebelumnya pernah dilakukan pada tahun 2019, sayangnya tidak membuahkan hasil yang signifikan untuk masyarakat Kolombia.
Dikutip dari Sandra Borda, seorang analisis politik di Kolumbia, juga ikut menyuarakan ketidaksetujuan akan rencana dialog nasional tersebut.
"Orang tidak dapat duduk berdialog dengan pemerintah yang malam hari membunuh demonstran dan pada siang hari mengulurkan tangan untuk berdialog", ucapnya.
Sebelum usulan reformasi pajak dari Presiden Ivan Duque, sebenarnya keadaan di Kolombia sudah diacak-acak oleh pandemi Covid-19 ini. Tepat ketika demonstran mulai turun ke jalan, Kolombia mencatat kasus positif tertinggi pada 28 April 2021 dengan 19.925 kasus positif dalam sehari.Â