Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perdagangan Perempuan di Balik Pengantin Pesanan "Amoy" di Kalimantan Barat

24 April 2021   16:47 Diperbarui: 9 April 2022   06:50 37360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perdagangan perempuan di balik pengantin pesanan amoy di Kalimantan Barat | Foto diambil dari Kompas

Mas kawin dan uang tunai yang disita kepolisian dari prosesi praktik pengantin pesanan di Mempawah, Kalimantan Barat | Foto diambil dari BBC
Mas kawin dan uang tunai yang disita kepolisian dari prosesi praktik pengantin pesanan di Mempawah, Kalimantan Barat | Foto diambil dari BBC
Hasilnya adalah tingginya angka pria umur siap menikah yang harus berebut pengantin perempuan yang terbatas. Pria dalam kelompok sosial ekonomi yang rendah pun ditinggal karena pria dengan sosial ekonomi yang tinggi lebih diminati.

Pria tanpa istri tersebut pun terpinggirkan karena tidak diterima secara sosial dalam budaya Tionghoa. Permintaan pengantin perempuan yang tinggi di China ini pun dimanfaatkan oleh para biro jodoh pengantin pesanan.

Di sisi lain, orang tua perempuan di Singkawang memiliki pola pikir tidak diperlukannya pendidikan tinggi karena tugas perempuan adalah memasak dan mengurus anak dan suami. Pendidikan yang mahal juga menjadi alasan rendahnya tingkat pendidikan perempuan di sini.

Perempuan yang terjebak dalam kemiskinan menjadi sasaran empuk jaringan para biro jodoh pengantin pesanan.

Salah satu jurus andalan para biro jodoh yang sering penulis temukan adalah menceritakan nasib baik korban lain, tanpa membahas mereka yang bernasib buruk. “Kamu ga mau kirim duit buat angpao ke orang tua dan sepupumu? Itu tetangga kamu saja anaknya kirim duit untuk perbaiki rumah orang tuanya”.    

Dengan iming-iming mas kawin dan uang tunai dan perjanjian dinikahkan dengan pria asal China atau Taiwan yang tampan dan mapan, perempuan tersebut pun menjadi korban perdagangan manusia.

Korban pengantin pesanan Monika Normiati dari Kalimantan Barat mengalami KDRT hingga pelecehan berhasil dipulangkan | Foto diambil dari BBC
Korban pengantin pesanan Monika Normiati dari Kalimantan Barat mengalami KDRT hingga pelecehan berhasil dipulangkan | Foto diambil dari BBC

Termasuk ke dalam perdagangan manusia

Entah sejak kapan pengantin pesanan ini dimulai, pastinya orang tua penulis memberi tahu memang sudah lama praktik ini dilakukan. Dengan tujuan memperbaiki nasib, para perempuan tersebut justru ditipu, sengsara dan mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Mereka yang beruntung bisa saja kabur dari suaminya, melarikan diri ke Kedutaan Besar Rakyat Indonesia (KBRI) untuk dipulangkan. Ketika magang di Kementerian Perempuan, penulis kerap dihadapkan dengan berkas-berkas pemulangan perempuan korban pengantin pesanan yang mengalami KDRT asal Kalimantan Barat dari China dan Taiwan.

Pada tahun 2019 KBRI Beijing berhasil memulangkan 36 orang perempuan korban pernikahan pesanan. Sayangnya mereka yang tidak beruntung masih ‘terjebak’ dan harus menahan rasa sakit hingga akhir hayatnya.

Praktik pengantin pesanan yang dilakukan oleh para biro jodoh termasuk ke dalam perdagangan manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun