Diplomasi lingkungan diartikan oleh Simone Borg sebagai keahlian dalam menangani persoalan-persoalan lingkungan hidup yang memiliki dampak dalam lingkup internasional.
Diplomasi lingkungan termasuk dalam jenis soft-diplomacy baru yang berangkat dari meningkatnya pengaruh persoalan lingkungan hidup terhadap persoalan politik internasional sekarang. Diplomasi lingkungan sangatlah penting, melihat bagaimana beberapa masalah lingkungan hidup harus diselesaikan lintas batas negara.
Diplomasi lingkungan juga marak dilakukan akhir-akhir ini seiringan dengan semakin mengancamnya perubahan iklim. Bagaikan sebuah perlombaan dimana negara-negara membangun reputasi internasional negaranya sebagai negara yang ramah lingkungan.
Salah satu contoh kasus akan pentingnya diplomasi lingkungan terjadi di Indonesia. Pada tahun 2006, 2013 dan 2015, kebakaran hutan di berbagai provinsi di Indonesia berkembang dan menyebabkan polusi kabut asap hingga ke luar negeri.Â
Disebut dengan Southeast Asian Haze, kabut asap yang berasal dari Indonesia ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan juga kesehatan masyarakat di Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei, Kamboja hingga Vietnam.
Kita dapat melihat, bagaimana permasalahan lingkungan nasional yang tidak terkendali berkembang menjadi permasalahan internasional. Disebabkan oleh rangkaian kejadian tersebut, Indonesia pun dikucilkan karena kegagalannya dalam mengatasi efek karhutla. Belajar dari pengalaman, Presiden Jokowi pun mulai menggalakan berbagai kebijakan agar kejadian serupa yang merugikan Indonesia di mata internasional ini terulang lagi.
Untuk kebaikan dan keselamatan BumiÂ
Walaupun Indonesia memiliki masa lalu yang buruk dalam mengatasi permasalahan lingkungan, kita sekarang dapat melihat kemajuan berkelanjutan Indonesia ditengah-tengah negara lain yang justru komitmennya terus merosot. Salah satunya adalah Brazil dimana angka deforestasi yang melonjak, tertinggi sejak tahun 2008 dengan 2,7 juta hektar dibawah kepemimpinan Presiden Brazil Jair Bolsonaro yang dikenal menoleransi deforestasi. Â
Pada tahun 2019-2020, Indonesia berhasil menurunkan deforestasi 75,03% dimana pada tahun sebelumnya deforestasi terjadi sebesar 462.460 hektar menjadi 115.459 hektar. Penurunan yang drastis, namun perjalanan Indonesia masih panjang melihat bagaimana 115 ribu hektar hutan tersebut berukuran hampir 2 kali Jakarta.
Keberhasilan Indonesia pun membuahkan hasil dengan menarik pendanaan dari luar negeri, dari The Green Climate Fund sebesar 1,511 trilliun rupiah, dari Bank Dunia sebanyak 1,598 trilliun rupiah dan dari Norwegia sebesar 813 milliar rupiah. Pengalaman dan visi Indonesia juga diharapkan menjadi contoh untuk negara lain. Â
Mantan Duta Besar Amerika Serikat Robert Blake membagikan opininya dalam sebuah artikel The Jakarta Post yang sangat menarik dengan judul "Indonesia leads the world on reducing deforestation". Ia menyatakan bagaimana upaya bantuan dari negara maju untuk mendukung perlindungan lingkungan Indonesia bukan hanya baik untuk Indonesia, namun juga untuk kebaikan dan keselamatan Bumi.
**