Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bunga Kimilsungia, Bukti Mesranya Hubungan Antara Korea Utara dan Indonesia

15 April 2021   08:00 Diperbarui: 8 Maret 2022   13:13 2299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dendrobium Clara Bundt | Shutterstock

Tepat 56 tahun yang lalu, pada 13 April 1965, Presiden Korea Utara Kim Il-sung sedang menikmati koleksi tanaman di Kebun Raya Bogor. Setangkai bunga anggrek berwarna merah muda mencuri perhatiannya. Mungkin ia pun tidak menyangka, bunga tersebut akan menjadi hadiah ulang tahunnya sekaligus bunga nasional negaranya. 

Korea Utara adalah negara yang misterius, sunyi dan sekaligus membuat penasaran masyarakat internasional. Tidak heran, banyak turis yang rela merogoh kocek sekitar 40 juta rupiah untuk mengunjungi negara yang disebut Hermit Kingdom tersebut.

Hermit Kingdom, atau diterjemahkan ke Bahasa Indonesia adalah Kerajaan Pertapa, adalah istilah yang diberikan ke negara, organisasi atau masyarakat yang mengasingkan diri dari seluruh dunia dengan sengaja.

Bukan hanya tur wisata yang ke Korea Utara yang laris manis, berbagai konten di media sosial yang menunjukkan kehidupan di Korea Utara juga menarik masyarakat internasional, termasuk Indonesia.

Di tengah sanksi dan isolasi internasional akibat pelanggaran HAM dan program rudal nuklirnya, Indonesia adalah satu dari 23 negara yang membuka kedutaan besar di Korea Utara dan termasuk kedalam daftar friendly nations. BBC World Service Poll pernah melakukan survei pada tahun 2013 yang menujukkan 42% penduduk Indonesia memandang Korea Utara secara positif.

Pemerintah Indonesia pun cukup ramah dengan Korea Utara dibuktikan dengan kerjasama budaya dan ekonomi diantara kedua negara sekarang. Keramahan ini banyak dipengaruhi oleh hubungan sejarah yang mesra antara salah satu Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno, dengan Presiden Abadi Korea Utara Kim Il-sung.

Kunjungan balasan Kim Il-sung ke Indonesia pada 10-20 April 1965 | Foto diambil dari KBRI Korea Utara
Kunjungan balasan Kim Il-sung ke Indonesia pada 10-20 April 1965 | Foto diambil dari KBRI Korea Utara

Awal hubungan Indonesia dan Korea Utara 

Hubungan Indonesia dengan Korea Utara dimulai dengan dibukanya Kantor Urusan Konsuler (perwakilan administrasi publik sebuah negara) pada tahun 30 Desember 1961 di Pyongyang, Korea Utara. Kantor tersebut kemudian diubah menjadi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) pada Februari 1964.

Soekarno juga pernah berkunjung ke Pyongyang pada 1-4 November 1964 yang kemudian disusul dengan perubahan KJRI menjadi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Membalas kunjungan diplomatik Soekarno, Kim Il-sung kemudian mengunjungi Indonesia pada 10-20 April 1965 sekaligus untuk mengikuti peringatan 10 tahun Konferensi Asia Afrika. Kunjungan inilah yang melahirkan Bunga Kimilsungia.

Dendrobium Clara Bundt | Shutterstock
Dendrobium Clara Bundt | Shutterstock

Hadiah ulang tahun 

Di suatu siang yang panas di Bogor pada tanggal 13 April 1965, Soekarno mengajak Kim Il-sung untuk berjalan-jalan ke Kebun Raya Bogor. Mengenalkan keanekaragaman flora di Indonesia, ternyata Kim Il-sung tertarik dengan sebuah tanaman kultivar anggrek hibrida yang bernama Dendrobium Clara Bundt

Bunga tersebut adalah karya dari hasil penyilangan yang dilakukan oleh seorang breeder bunga Carl Ludwig. C. L. Bundt di sebuah laboratorium penyilangan bunga di Makassar. Keberadaan bunga ini sebenarnya bukanlah kejadian tidak sengaja. Bundt mengusulkan untuk memamerkan bunga yang dinamai nama anaknya, setelah Sudjana Kassan yang menjabat Direktur Kebun Raya Bogor meminta bantuannya dalam persiapan sambutan kunjungan bersejarah tersebut.

Melihat ketertarikan Kim Il-sung, Soekarno kemudian memberikan bunga tersebut sebagai hadiah ulang tahunnya. Awalnya hadiah tersebut ditolak, namun Soekarno berhasil meyakinkannya dan berjanji memberikan bantuan agar bunga ini dapat dibudidayakan di Korea Utara. Soekarno kemudian menamai bunga anggrek tersebut Kimilsungia, gabungan dari nama Kim Il-sung dengan Indonesia.

Sayangnya Soekarno tidak tahu bahwa bunga tersebut sebenarnya sudah diberi nama sehingga penamaan Kimilsungia tidak valid. Maka dari itu Kimilsungia menjadi sinonim dari Dendrobium Clara Bundt.

Stan KBRI Korea Utara yang memperoleh Penghargaan Terbaik Kedua pada Festival Kimilsungia pada tahun 2018 | Foto diambil dari KBRI Korea Utara
Stan KBRI Korea Utara yang memperoleh Penghargaan Terbaik Kedua pada Festival Kimilsungia pada tahun 2018 | Foto diambil dari KBRI Korea Utara
Keistimewaan Kimilsungia bagi Korea Utara

Kebahagiaan Kim Il-sung menerima bunga tersebut pun dicatat dalam buku penting Korea Utara yang berjudul “Korea pada Abad ke-20: 100 Kejadian Penting”, dimana tertulis:

Dia berhenti didepan sekuntum bunga tertentu, batangnya meregang lurus, daunnya membentang seimbang, memberikan tampilan yang cantik, dan warna merah mudanya pada saat mekar menunjukkan keanggunan dan martabatnya; dia berkata bahwa tumbuhan itu terlihat menawan hati, berbicara meluap-luap karena telah berhasil menemukannya. Soekarno berkata bahwa tumbuhan itu belum memiliki nama, dan dia akan menamainya menurut nama Kim Il-sung. Kim Il-sung menolak tawaran Soekarno, tetapi Soekarno tetap bersikeras bahwa menerakan nama Kim Il-sung bagi bunga itu adalah sebuah kehormatan besar, sebab Kim Il-sung telah menujukkan penggalian yang besar demi manfaat yang diraih umat manusia”.

Bukan hanya untuk Kim Il-sung, bunga Kimilsungia juga sangat istimewa bagi pemerintah dan masyarakat Korea Utara dengan digelarnya Festival Bunga Kimilsungia yang diselenggarakan pada April 1999 hingga sekarang. Bunga Kimilsungia juga dijadikan bunga nasional Korea Utara.

Bunga asal Indonesia ini diberi gelar sebagai immortal flower atau bunga abadi, melambangkan keabadian Mantan Presiden Kim Il-sung yang disebut sebagai Presiden Abadi. Pada tahun 2011, pemerintah Korea Utara meresmikan sebuah monumen peringatan sebagai bentuk apresiasi pada peringatan 46 tahun penyerahan bunga tersebut di Rumah Anggrek, Kebun Raya Bogor.

Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS) yang didirikan Rachmawati Soekarnoputri juga pernah menyerahkan Star of Soekarno kepada Kim Il-sung pada tahun 2001 dan kepada Kim Jong Un pada tahun 2015. Pemberian tersebut menjadi apresiasi YPS terhadap hubungan baik kedua negara yang dibina oleh Soekarno dan Kim Il-sung dulu.

**

Pandangan dunia yang buruk kepada Korea Utara tidak menjadi penghalang bagi Indonesia untuk menjalankan kebijakan luar negeri bebas aktif. 

Presiden Korea Utara sekarang, Kim Jong Un, pun sempat mengucapkan selamat kepada Presiden Joko Widodo dalam rangka HUT RI ke-75. “Kesempatan ini saya gunakan untuk mengutarakan keyakinan saya bahwa tradisi berharga tentang persahabatan dan kerjasama yang sangat baik antara kedua negara akan terus terkonsolidasi dan berkembang sesuai dengan tuntutan di era baru”, tertulis dalam ucapan tersebut.

Di suatu siang yang panas di Bogor, sebatang bunga anggreklah yang menjadi bukti kemesraan hubungan antara Indonesia dan Korea Utara.

Tulisan ini ditulis untuk memperingati hari kelahiran salah satu politisi penting di dunia yaitu Kim Il-sung yang jatuh pada hari ini, 15 April, sekaligus memperingati Hari Konferensi Asia Afrika (KAA) yang akan jatuh pada tanggal 18 April nanti.

Sumber: 1, 2, 3, 4, 5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun