Pada 13 Oktober 2017, sebuah kecelakaan maut terjadi di Jalan Ampera, Kota Pontianak pada pukul 11:30 WIB. Kecelakaan tersebut melibatkan dua orang pelajar yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, sama-sama menggunakan kendaraan bermotor roda dua dan tidak menggunakan helm.
Naas, satu dari korban kecelakaan tersebut meninggal dunia. Dikutip dari Tribun Pontianak (13/10/17), korban meninggal karena kempunan. Ia sebelumnya sempat memesan secangkir kopi di sekolah, namun ia tinggalkan dan tidak sempat ia minum. Â
Kejadian diatas bukanlah satu-satunya kejadian yang dipercayai terjadi karena kempunan. Kempunan sangat kuat dipercayai dan dilakukan oleh masyarakat Kota Pontianak dan juga yang berasal dari daerah lain.Â
Bagi mereka yang percaya, kempunan adalah hal yang "berbahaya" jika dilanggar. Jika tidak dilakukan, nyawa pun menjadi taruhannya.
Apa itu kempunan?Â
Sebelum merantau ke Jakarta, penulis awalnya mengira bahwa kempunan adalah kepercayaan yang dijalankan atau setidaknya diketahui seluruh Indonesia.Â
Ternyata kempunan hanyalah ditemukan di Kalimantan Barat, khususnya di Kota Pontianak dimana etnis Melayu menjadi mayoritas di sini. Penyebutannya pun beragam dari kemponan, kempunan atau kampunan.
Menurut KBBI Kemdikbud, kempunan adalah "mendapat celaka karena tidak menyantap hidangan yang sudah dihidangkan dalam kepercayaan masyarakat Melayu".Â
Kempunan dapat diartikan sebuah rasa takut, cemas atau tidak nyaman akan terjadi sebuah hal yang buruk karena menolak tawaran makanan atau minuman dari orang lain. Â
Kempunan juga dipercayai sebagai sebuah kondisi dimana seseorang menolak tawaran makanan atau minuman yang sebenarnya ia inginkan. Rasa ingin itu terus ia pikirkan hingga menganggu konsentrasinya ketika sedang beraktivitas.Â
Dipercayai bagi mereka yang melanggar kempunan akan mendapatkan musibah, seperti terluka ketika beraktivitas hingga kecelakaan yang mengancam nyawa seseorang.Â