Penolakan ini dianggap sangat berpengaruh kepada reputasi seseorang, sebagaimana ketika persembahan mereka ditolak maka mereka tidak mendapatkan pahala sesuai dengan ajaran Buddha di Myanmar.Â
Menurut tradisi agama Buddha khususnya ajaran Theravada, umat yang memberikan persembahan kepada biksu akan mendapatkan karma baik yang melimpah agar di kehidupan selanjutnya dapat terlahir di alam bahagia.Â
Penolakan ini dipandang sebagai gerakan simbolis paling kuat di Myanmar yang adalah negara yang sangat religius.
Sebuah keretakan hubungan
Dikutip dari Reuters (17/03/21), hari ini sebuah kelompok biksu Buddha paling kuat dan berpengaruh di Myanmar, The State Sangha Maha Nayaka Committee (Mahana), meminta militer Myanmar untuk berhenti melakukan kekerasan kepada para demonstran.Â
Permintaan ini dirilis melalui draft pernyataan sikap Mahana. Mahana adalah salah satu dari beberapa kelompok biksu yang berada di garis terdepan dalam Revolusi Saffron.
Selain Mahana, Skwekyin Nikaya yang merupakan kelompok biksu Buddha terbesar ke-2 di Myanmar juga mendesak untuk segera menghentikan serangan terhadap warga sipil yang tidak bersenjata. Mereka juga meminta para militer untuk menahan diri untuk tidak merusak properti masyarakat.
Pernyataan sikap yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut disebut sebagai tanda keretakan yang signifikan antara pemerintah dan kelompok biksu yang biasanya memiliki hubungan yang baik setelah Revolusi Saffron.
Perlu ditegaskan, Mahana beserta Skwekyin Nikaya adalah 2 dari 9 kelompok biksu yang disetujui pembentukkannya oleh pemerintah Myanmar berdasarkan Law Relating to the Sangha Organization yang dibuat pada Oktober 1990.
Sebuah kelompok bernama Saffron Sangha Network mengeluarkan sebuah surat yang mengancam militer untuk melakukan patam nikkujjana kamma jika militer memasuki biara dan tempat suci agama lainnya dan mengancam para rohaniawan, maka para biksu seluruh Myanmar akan membalikkan mangkuk mereka. Â
*