Walaupun berbeda dengan diplomasi ping-pong, kesuksesan Indonesia dalam menyelenggarakan Asian Games 2018 juga termasuk dalam diplomasi olahraga.Â
Penyelenggaran pertandingan olahraga besar seperti Olimpiade dan Asia Games termasuk dalam diplomasi olahraga dengan tujuan menujukkan soft power dari negara yang menjadi tuan rumah sekaligus menaikkan prestise internasionalnya.Â
Penyelenggaraan ajang bergengsi yang diikuti oleh banyak negara juga menjadi ajang untuk mempromosikan budaya sekaligus pencapaian besar dalam bidang olahraga, sosial, ekonomi ataupun politik.
Walaupun terdapat dukungan dan kritik dalam penyelanggaraan Asia Games yang ke-18 di Jakarta dan Palembang, menurut penulis Indonesia sukses dalam membangun reputasi yang baik karena keberhasilannya dalam menyelenggarakan sebuah acara internasional.
Dikutip dari Republika (29/08/18), Yasuhiro Yamashita selaku Chef De Mission (CDM) Jepang menyatakan: "Saya cukup kagum sekali. Saya rasa ini bisa dijadikan contoh untuk kami yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade di tahun 2020".
Indonesia pun sukses menjadi tuan rumah untuk salah satu momen terpenting dalam hubungan Korea Selatan dan Korea Utara. Hal ini menaikan citra Indonesia sebagai negara yang ramah dan mendukung perdamaian dan stabilitas dunia.
Dengan nama "Korea", kedua negara berbaris bersama di bawah sebuah bendera kesatuan selama upacara pembukaan dan penutupan Asian Games 2018.
Mungkin terkesan sederhana oleh masyarakat Indonesia, Asian Games 2018 merupakan salah satu momen terpenting bagi masyarakat Korea Selatan dan Korea Utara yang mendukung unifikasi kedua negara saudara tersebut.Â
Diceritakan oleh teman penulis yang berkewarganegaraan Korea Selatan, ia menceritakan neneknya yang menangis terharu menonton upacara pembukaan yang diselenggarakan di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Momen penting ini juga ditambah dengan tayangan yang memperlihatkan Perdana Menteri Korea Selatan Lee Nak-yon yang bergandengan tangan dengan Wakil Perdana Menteri Korea Utara Ri Ryong-nam.Â