Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Cerita di Balik Jarangnya Penggunaan Klakson di Thailand, dari Raja hingga Nyawa yang Terancam

24 Februari 2021   21:09 Diperbarui: 25 Februari 2021   03:06 2188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Yaowarat di Bangkok, Thailand | Foto diambil dari Indepedent

Pada tahun 2018, penulis berkesempatan mengunjungi Thailand dalam rangka studi banding dari kampus. Penulis ingat ketika melewati jalan raya di Bangkok, seorang pemandu wisata berkewarganegaraan Thailand mengatakan sesuatu dalam Bahasa Indonesia dengan logat Thailand.

"Saya sudah sangat sering mengunjungi Jakarta dan saya menemukan satu perbedaan yang mencolok, yaitu di Jakarta orang-orangnya sangat suka menggunakan klakson," katanya.

Sontak penulis sadar, betapa tenangnya jalanan di Bangkok tanpa bunyi klakson. Bukan karena di sana tidak ada kemacetan (di Bangkok kerap terjadi kemacetan di Jakarta) atau masyarakat Thailand memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, melainkan disebabkan oleh sebuah cerita tentang Mantan Raja Thailand Bhumibol Adelyadej yang turun temurun diceritakan masyarakat di sana.

Jika dibandingkan dengan Jakarta, penulis yang hanya mengunjungi Thailand selama satu minggu pun dapat merasakan perbedaan fenomena ini.

Klakson bagaikan sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat yang menggunakan jalan raya perkotaan. Dari klakson asli dari pabrik hingga klakson hasil modifikasi pun dapat dengan mudah ditemukan, salah satunya adalah tren singkat klakson "telolet" yang viral hingga ke luar negeri.

Kemacetan di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta | Foto diambil dari Kompas
Kemacetan di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta | Foto diambil dari Kompas
Keramahan Indonesia yang ikut tercermin ketika berkendara

Menurut penulis fenomena betapa seringnya menggunakan klakson bukan hanya terjadi di Jakarta, melainkan di kota-kota lain di Indonesia. Fenomena ini pun bukan hanya disebabkan oleh kemacetan di jalanan ataupun tingkat kesabaran masyarakat Indonesia, melainkan sudah menjadi sebuah budaya atau setidaknya cara bersosialisasi.

Betapa ramahnya masyarakat Indonesia, ketika mereka sedang mengendarai mobil atau motor pun keramahan tersebut tidak hilang.

Keramahan masyarakat Indonesia pun diakui lewat survei Ease of Settling in Index yang dirilis oleh InterNations pada tahun 2016 yang menunjukkan Indonesia sebagai negara ke-8 paling ramah antara 64 negara lainnya. Penulis menemukan bukan hanya untuk 'berkomunikasi' dalam keadaan darurat, klakson pun digunakan untuk menyapa sesama pengguna jalan.

Klakson satu kali ternyata diartikan sebagai sebuah sapaan, sedangkan dua kali diartikan sebagai meminta perhatian atau juga digunakan sebagai ucapan terima kasih ketika diberi kesempatan untuk menyalip. Klakson yang lama dan berulang-ulang digunakan untuk mengintimidasi pengguna jalan lain.

Ketika berada di jalan dengan tikungan jalan, penulis melihat bagaimana teman penulis harus membunyikan klakson sebagai sebuah 'sinyal'. Tersebut merupakan beberapa dari banyaknya etika menggunakan klakson di Indonesia.

Pada usia mudanya, mendiang Raja Bhumibol dikenal akan ketertarikannya dengan kendaraan bermotor | Foto diambil dari CNN
Pada usia mudanya, mendiang Raja Bhumibol dikenal akan ketertarikannya dengan kendaraan bermotor | Foto diambil dari CNN

Karena Raja Bhumibol

Raja Bhumibol Adulyadej (1946 -2016) atau dikenal sebagai Raja Rama IX bertakhta sebagai Raja Thailand selama 70 tahun dan 126 hari. Raja Bhumibol adalah seorang raja yang sangat dicintai dan dihormati oleh masyarakat Thailand.

Dikutip dari perkataan dari pemandu wisata yang sama, ia menyatakan "Seluruh masyarakat Thailand berhutang budi dengan Raja Bhumibol karena ia sudah memperbolehkan kami tinggal disini. Kalau ia mengusir kami, maka kami tidak berdaya".

Dari perkataan tersebut, mudah bagi penulis untuk menyimpulkan seberapa besar masyarakat di Thailand menghormati Raja Bhumibol.

Fenomena penggunaan klakson yang sangat jarang bahkan dianggap sebagai sebuah hal yang tabu dilakukan di Thailand pun dikarenakan oleh Raja Bhumibol.

Pemandu wisata pun memulai ceritanya ketika Raja Bhumibol mengemudi mobilnya sendiri tanpa didampingi pengawal (Raja Bhumibol kerap mengendarai mobilnya sendiri ketika ia muda). Sama seperti di Indonesia, di Thailand pun kerap terjadi kemacetan dan saat itu raja terjebak disana.

Tiba-tiba datang sebuah mobil milik seorang menteri Thailand yang dikawal dengan polisi bermotor. Raja yang berada di depan mobil tersebut tidak meminggirkan mobilnya walaupun sudah diklakson oleh para polisi bermotor.

Akhirnya polisi tersebut turun dari motor dan mengetuk pintu kaca mobil. Terkaget-kaget hingga pingsan, ternyata pria yang mengendarai mobil tersebut adalah Raja Bhumibol.

Setelah kejadian itu, Raja Bhumibol kemudian memanggil menteri tersebut ke istana dan menasehatinya. Raja menyatakan bahwa sebagai menteri tentu ia dihormati masyarakat, namun ia juga harus menghormati masyarakat juga.

Cerita ini tersebar ke seluruh masyarakat Thailand dan mereka pun tidak berani membunyikan klakson kecuali dalam keadaan yang darurat, takut jika yang mereka klakson adalah anggota kerajaan Thailand.

Walaupun tidak dicatat dalam sejarah dan tidak diketahui siapa menteri dalam cerita tersebut, cerita ini sepertinya sudah turun temurun diberitahu dalam masyarakat Thailand dan kerap diceritakan oleh pemandu wisata kepada para turis.

Sembarangan membunyikan klakson dapat mengancam nyawa

Selain cerita tersebut, si pemandu wisata pun menceritakan cerita lainnya. Bukan hanya menjadi sebuah tindakan yang tabu, klakson yang dibunyikan juga dianggap sangat menghina dan tidak sopan. 

Diceritakan bagaimana 2 pria yang berkelahi karena salah satu dari mereka membunyikan klakson. Dipenuhi dengan rasa amarah, pria yang diklakson sangat merasa terhina hingga ia kemudian menembakkan peluru panas dan menewaskan pria lainnya. Sekedar informasi, di Thailand masyarakatnya dapat memiliki senjata api secara legal.

Mirip dengan cerita yang diberikan oleh pemandu wisata tersebut, penulis pun menemukan sebuah artikel berita dari Bangkok Post yang dirilis pada 11 Agustus 2015.

Artikel tersebut menjelaskan ketika seorang wanita membunyikan klakson kepada taksi di depannya. Walaupun taksi tersebut salah karena telah memotong jalur tanpa memberikan tanda, pengemudi taksi tersebut merasa terhina dan mengancam nyawa wanita tersebut dengan pipa baja.

Di Indonesia, mungkin kita dapat dengan mudah menemukan pengguna jalan raya yang saling memaki hingga berkelahi karena penggunaan klakson yang agresif.

Berbeda dengan Thailand, membunyikan klakson hanya satu kali saja dapat menghina hingga mengancam nyawa.

Demonstran Red Shirt di Ratchaprasong Pada 19 September 2010 | Foto diambil dari Wikimedia
Demonstran Red Shirt di Ratchaprasong Pada 19 September 2010 | Foto diambil dari Wikimedia

Menurut penulis, tentunya tanpa membahas hukum apakah membunyikan klakson secara berlebihan itu benar atau tidak, penulis melihat perbedaan antara Indonesia dan Thailand memperlihatkan betapa uniknya budaya antar negara tetangga ini.

Hal yang sangat sederhana dan sudah menjadi makan sehari-hari di Indonesia seperti klakson ternyata jika tidak berhati-hati menggunakannya di Thailand bukanlah hal yang tidak mungkin dapat mengancam nyawa.

Selain klakson, hal sederhana seperti warna baju yang digunakan juga menjadi permasalahan di Thailand. Baju berwarna merah dan kuning biasanya direkomendasikan kepada turis untuk tidak digunakan ketika Thailand mengalami pergejolakan politik.

Hal ini dikarenakan baju berwarna merah diasosiasikan dengan demonstran pro-pemerintah Thailand dan baju kuning diasosiasikan dengan demonstran anti-pemerintah.

Sumber: 1 dan 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun