Untuk menambah keindahan dari kebaya tersebut, perempuan keturunan Tionghoa juga menambah motif jahitan dari objek yang dianggap membawa keberuntungan. Motif tersebut antara lain, seperti burung merak (kebahagiaan), burung phoenix (kesejahteraan), kura-kura (panjang umur), bunga plum blossom atau mei hua (sebuah harapan baru), dan bunga anyelir (pesona dan cinta).
Tidak ditemukan di keturunan Tionghoa Totok
Saat itu, keturunan Tionghoa Peranakan banyak ditemukan di Batavia (sekarang Jakarta) sehingga kebaya encim ini populer disana. Jika dibandingkan dengan keturunan Tionghoa Totok di Pontianak atau Singkawang, kebaya encim tidak digunakan bahkan tidak dikenal oleh perempuan keturunan Tionghoa.
Keturunan Tionghoa Totok diambil dari bahasa Jawa "totok" yang berarti murni. Istilah orang totok bukan hanya digunakan untuk menyebut keturunan Tionghoa, tetapi juga keturunan Arab atau Eropa yang bermigrasi ke Indonesia. Berbeda dengan Keturunan Tionghoa Peranakan yang berasimilasi dengan budaya setempat, keturunan Tionghoa Totok lebih memilih melestarikan budaya dan bahasa dari leluhurnya. Mungkin karena itulah kebaya encim tidak populer di lingkungan perempuan Tionghoa Totok.
Banyak peninggalan keturunan Peranakan Tionghoa yang sekarang menjadi sejarah atau sudah jarang dijalankan oleh keturunannya, dikarenakan budaya Peranakan yang banyak terasimilasi dengan budaya setempat. Sekarang, tersisa 3 komunitas Peranakan yang masih menjaga budayanya yaitu Peranakan Makassar, Peranakan Padang, dan Tionghoa Benteng di Tangerang.
Menjadi Warisan Budaya Takbenda DKI Jakarta
Tidak populer di keturunan Tionghoa Totok, kebaya encim justru sangat populer, diminati, bahkan menjadi salah satu ikon perempuan Betawi yang berasal dari Jakarta. Pengaruh budaya encim yang digunakan oleh perempuan keturunan Peranakan Tionghoa ini ternyata dikenalkan kepada perempuan setempat.
Oleh Persatuan Wanita Betawi, nama kebaya encim ini diubah menjadi kebaya kerancang yang dikenal hingga sekarang. “Kerancang” sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti berlubang. Kebaya kerancang menjadi salah satu Warisan Budaya Takbenda yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017. Kebaya model ini sekarang kerap digunakan oleh Duta Pariwisata DKI Jakarta, yaitu Abang None Jakarta.
Sekarang kebaya kerancang, atau dulu dikenal sebagai kebaya encim, mulai berkembang dan dimodifikasi oleh masyarakat sehingga dapat dikenakan oleh perempuan Indonesia dari berbagai macam usia dan suku. Kebaya ini pun bukan hanya dapat digunakan pada acara formal, modifikasi kebaya modern bahkan bisa saja dipadukan dengan celana jeans ataupun sepatu sneakers.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H