Resmi dibuka pada 12 Desember 1970, Tanamur memiliki ciri khas yaitu arsitekturnya yang unik. Pergabungan antara ornamen yang dapat ditemukan di gereja dengan lengkung atap yang dapat dijumpai di masjid, sukses besar menggaet hati masyarakat Jakarta.
Bukan hanya arsitekturnya yang unik, Fahmy juga menyediakan diskotek dengan suasana egaliter (dimana semua pengunjung diperlakukan sama tanpa melihat latar belakang) dimana saat itu banyak tempat hiburan yang justru menyediakan keesklusifan untuk kalangan tertentu. Â
Dikutip dari wawancara Historia dengan Firdaus al-Hadi selaku mantan manajer gudang Tanamur, saat itu terdapat istilah yaitu "Enggak ke Jakarta kalau enggak ke Tanamur".
Dibuka setiap hari, Tanamur selalu ramai khususnya di akhir pekan dengan berbagai acara seperti pesta Hallowen, pesta kostum, pesta busa, Ladies Night, hingga Beach Party. Tanamur yang memiliki kapasitas untuk 800-1000 orang saat itu bagaikan obat untuk masyarakat Jakarta yang sedang terjangkit demam disko. Â Â
Sebagaimana keinginan Fahmy untuk memperlakukan sama untuk seluruh pengunjung, Muhammad Ali, Chuck Norris, Ruud Gulit hingga Bee Gees pun berbaur bersama dengan pengunjung lainnya di Tanamur. Â
Menurut majalah Tempo yang dirilis pada 27 Maret 1971, dengan tiket masuk Rp 1.000 pada hari biasa dan Rp 1.200 di akhir pekan siapapun dapat menikmati suasana Tanamur.
Redupnya gemerlap Tanamur
Krisis moneter pada tahun 1997 hingga 1998 dan razia ekstasi yang dilakukan oleh pihak berwajib berhasil membuat beberapa saingan Tanamur gulung tikar. Tanamur tetap eksis tanpa berkurangnya pengunjung di masa-masa itu.
Akan tetapi situasi menjadi buruk setelah kejadian Bom Bali 2002 yang mempengaruhi pengunjung dari dalam ataupun luar negeri karena ketakutan akan terjadinya kejadian terorisme lainnya.Â
Hingga pada tahun 2005, Fahmy memutuskan untuk beristirahat. Lampu disko Tanamur yang tak pernah mati itu pun mulai meredup. Dua tahun setelah Tanamur ditutup, tepatnya pada 8 September 2007, Fahmy meninggal dunia.
Sekarang, Tanamur hanyalah tersisa kenangan akan masa keemasannya di memori pengunjungnya dulu. Siapa sangka ternyata sebuah gedung tua di daerah Gambir yang sekarang menjadi tempat parkir kendaran bermotor dan sebuah warung kecil, ternyata memiliki masa lalu yang gemerlap.