Ketika Amerika Serikat menduduki Jepang, pemerintah tetap menggunakan sistem penjatahan makanan seperti yang dilakukan pemerintah Jepang pada masa perang. Akan tetapi keadaan semakin memburuk karena produksi bahan pangan yang menurun di Jepang dan alokasi yang tidak merata. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, Amerika Serikat mulai memasok bahan makanan produksi dari negaranya ke Jepang. Â
Penemuan mi instan
Salah satu bahan makanan yang paling banyak dipasok oleh Amerika Serikat ke Jepang adalah tepung terigu dengan tujuan agar masyarakat Jepang dapat menggunakan tepung tersebut untuk membuat roti. Jepang kemudian berlimpah akan tepung terigu dan pemerintah juga mulai membuka perusahaan yang memproduksi roti.
Mi sebenarnya adalah salah satu makanan yang digemari dan memiliki posisi penting dalam sejarah kuliner Jepang. Dikutip dalam biografi Ando, pada suatu malam di musim dingin ia melewati sebuah antrian panjang dari warung yang menjual ramen. Ia melihat orang-orang yang sedang menikmati ramen hangat tampak senang, walaupun harus menghabiskan waktu mengantre di malam yang dingin. Dari pengalamannya ini ia sadar bahwa permintaan akan mi sangat besar di Jepang.
Selain pengalaman Ando pada malam tersebut, tepung terigu yang berlimpah membuat Ando bertanya dalam hatinya "Mengapa tepung terigu tersebut harus dijadikan roti, bukannya digunakan untuk membuat mi yang lebih familiar untuk masyarakat Jepang?". Â
Dari pertanyaan tersebut, Ando berambisi untuk memproduksi mi-nya sendiri berpegang dengan motonya yaitu "kedamaian akan datang ke dunia ketika setiap orang memiliki cukup makanan". Ando memulai idenya dengan lima kriteria makanan yang cocok pasca perang, yaitu lezat, tidak mudah rusak atau basi, siap disajikan dalam waktu kurang dari tiga menit, murah, dan aman dan sehat.
Kesulitan untuk mengawetkan mi
Ando tidak mengalami permasalahan ketika membuat mi, mengkukusnya, hingga meracik bumbu. Akan tetapi, untuk memenuhi lima kriteria diatas Ando harus menemukan cara untuk mengawetkan mi yang biasanya cepat basi jika tidak langsung dimasak. Ia menghabiskan waktu satu tahun untuk mencoba mengawetkan mi tetapi semua usahanya gagal.
Sepertinya kesempatan Ando untuk mengalami kegagalan sudah habis ketika ia mencoba melemparkan beberapa mi ke dalam minyak panas. Minyak panas ini sebenarnya disiapkan oleh istri Ando untuk menggoreng tempura untuk makan malam keluarganya . Ternyata mi yang digoreng di minyak panas sukses mengawetkan mi, sekaligus membuat mi lebih cepat dimasak nantinya. Teknik ini disebut dengan flash frying. Dari sinilah mi instan lahir. Â
Ando kemudian menjual mi instan temuannya ini dengan nama Chikin Ramen yang diproduksi oleh perusahaan Ando, Nissin, yang beredar pada tahun 1958. Tidak berhenti dengan penemuan mi instan dalam kemasan plastik, Ando juga menjadi penemu pertama yang menyajikan mi instan di kemasan gelas yang terbuat dari styrofoam dijual dengan nama Cup Noodle.
Mi instan menjadi salah satu makanan yang sangat penting selama Jepang melewati momen tergelapnya dalam sejarah Jepang, yaitu pasca Perang Dunia II. Mi instan dipilih oleh masyarakat Jepang karena mengenyangkan, tinggi kalori, dan rasanya yang nikmat jika dibandingkan dengan roti yang didukung produksinya oleh pemerintah Amerika Serikat.Â