Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Soul Food: Saksi Bisu Perbudakan Etnis Afrika-Amerika di Amerika Serikat

9 Januari 2021   15:38 Diperbarui: 10 Januari 2021   10:05 3431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika diperbudak, mereka bukan hanya kehilangan kebebasan untuk hidup tetapi juga kebebasan untuk memilih apa yang dapat mereka makan. Soul food menjadi sebuah simbol kreativitas etnis Afrika-Amerika untuk menyajikan makanan khas yang menarik walaupun memiliki bahan yang sangat terbatas."

Rasisme terhadap etnis Afrika-Amerika bukanlah hal baru di Amerika Serikat. Perilaku diskriminasi ini berakar dari budaya dan sejarah perbudakan masyarakat etnis Afrika-Amerika yang kebanyakan dilakukan oleh etnis Eropa-Amerika.

Sejarah perbudakan yang sangat rumit ini dimulai pada tahun 1619 ketika 19 orang didatangkan dari Afrika ke Amerika Serikat (yang dulunya masih jajahan Inggris) untuk dijadikan budak di perkebunan. 

Perbudakan ini juga dilindungi oleh hukum yang memungkinkan seseorang untuk diperbudak, diperlakukan sebagai property dan dapat dibeli, dijual, atau diberikan. 

Hingga pada 18 Desember 1865, melalui The 13th Amendment resmi menghapus perbudakan. Walaupun perbudakan sudah tidak dilakukan di Amerika Serikat, rasisme masih kerap terjadi.

Melalui soul food, Anda akan disediakan sepiring makanan penuh dengan cerita kesengsaraan dan usaha bertahan hidup dari perjalanan panjang perbudakan etnis Afrika-Amerika.

Apa itu soul food?

Soul food, atau dalam bahasa Indonesianya adalah ‘makanan untuk jiwa’, adalah masakan dari etnis Afrika-Amerika yang mengabungkan teknik memasak dari Afrika Barat, Eropa Barat, dan Amerika. 

Masakan ini berawal dari daerah Georgia, Mississippi, dan Alabama yang dulunya merupakan daerah-daerah yang paling banyak dilakukan perbudakan karena banyaknya perkebunan di sana.

Ketika perbudakan terjadi, para pemilik budak mengontrol jumlah makanan yang diterima oleh budaknya. Biasanya mereka diberikan jatah makanan dalam jumlah yang kecil terdiri dari makanan rendah gizi dan kualitas rendah. 

Dalam seminggu, setiap budak selalu diberikan setengah kilo karbohidrat seperti tepung jagung, beras atau ubi jalar, setengah kilo daging kering dan satu gelas molase (sisa dari produksi tebu menjadi gula).

Jatah makanan yang tidak cukup membuat para budak harus mencari cara untuk melengkapi makanan mereka. Mereka pun belajar untuk memancing, berburu, berkebun, dan memelihara ternak seadanya dengan pengetahuan yang terbatas. 

Jatah makanan yang tidak berubah menuntut kreativitas dari ibu-ibu etnis Afrika-Amerika untuk memasaknya menjadi menarik.

Soul food mulai terkenal pada tahun 1940an

Walaupun soul food sudah menjadi makanan khas etnis Afrika-Amerika sejak lama, tidak hingga tahun 1940an soul food mulai dikenal di masyarakat Amerika Serikat. 

Terkenalnya soul food seiringan dengan berkembangnya gerakan "Black Pride" yang merupakan gerakan yang mendorong etnis Afrika-Amerika untuk merayakan budaya mereka.

Kata “soul” selain digunakan dalam soul food juga digunakan untuk menyebut budaya dari etnis Afrika-Amerika, seperti soul food, soul music, hingga soul sister.

4 jenis hidangan yang pasti ada di soul food

Soul food hingga sekarang tidak memiliki ketentuan yang mengharuskan menu apa saja yang harus dihidangkan. Terdapat berbagai macam menu yang bervariasi dengan resep yang dimiliki oleh masing-masing keluarga etnis Afrika-Amerika. 

Dari keanekaragaman menu tersebut terdapat 4 jenis hidangan yang pasti ada di soul food, yaitu:

1. Roti dari tepung jagung dan beras

Jenis pertama yang selalu ada di soul food adalah roti atau hasil olahan dari beras. Salah satu yang paling banyak dikonsumsi adalah cornbread. Cornbread dibuat dari tepung jagung karena saat itu jagung mudah ditemukan dan mudah ditanam di sekitar perkebunan dibandingkan dengan gandum. Selain cornbread, nasi juga dihidangkan di masakan soul food, di mana salah satunya adalah dirty rice.

Cajun Dirty Rice | Foto diambil dari TheSpurceEats/Diana Rattray
Cajun Dirty Rice | Foto diambil dari TheSpurceEats/Diana Rattray

Dirty rice disebut "kotor" karena dimasak mengabungkan beras putih dengan cincangan halus dari produk sampingan hewan seperti hati ayam atau hati sapi. Selain itu karena warnanya yang kecoklatan membuat hidangan ini disebut dengan dirty rice.

2. Daging

Kebanyakan daging yang digunakan dalam masakan soul food adalah daging ayam, daging ikan, dan daging babi. Salah satu menu daging paling sering dikonsumsi adalah ayam goreng. 

Jika dinilai dari tampilannya, ayam goreng soul food mirip dengan ayam goreng yang dijual di salah satu restoran fast food yang berasal dari Kentucky, Amerika Serikat.

Daging babi juga sering digunakan karena mudah diawetkan dengan teknik pengasapan atau menggunakan garam. Potongan daging babi yang digunakan bukanlah bagian yang terbaik, melainkan bagian yang paling murah dan dibuang oleh para pemilik budak. 

Bagian tersebut antara lain seperti kepala, tulang rusuk, atau organ dalam yang diberikan dalam jatah makanan para budak. Untuk mengatasi rasa tidak enak dari bagian daging ini kerap digunakan kombinasi bumbu rempah-rempah.

3. Sayuran dan kacang-kacangan

Jenis hidangan lainnya yang tidak kalah penting adalah sayuran dan kacang-kacangan. Sayuran yang paling sering digunakan adalah okra yang biasanya digoreng tepung atau dimasak dengan produk sampingan hewan. 

Okra kerap ditemukan di hidang etnis Afrika-Amerika karena okra sendiri berasal dari Afrika dan dibawa untuk ditanam di Amerika.

Hoppin' John | Foto diambil dari ASpicyPerspective/Sommer Collier
Hoppin' John | Foto diambil dari ASpicyPerspective/Sommer Collier

Menu kacang-kacangan yang sering ditemukan di soul food adalah Hoppin’ John yang merupakan hidangan dari black-eyed peas atau kacang tunggak yang dimasak dengan nasi, bawang cincang, dan daging. 

Hoppin’ John selalu disajikan pada Hari Tahun Baru karena dianggap dapat membawa tahun penuh kemakmuran dan keberuntungan, dimana kacang tunggak digunakan sebagai simbol uang koin.

4. Makanan penutup

Jenis hidangan yang terakhir adalah makanan penutup. Pai ubi jalar adalah salah satu makanan penutup tradisional dari etnis Afrika-Amerika di Amerika Serikat dan sekarang sering disajikan ketika merayakan Thanksgiving atau hari natal. Pai ubi jalar dipengaruhi oleh resep pembuatan pai yang berasal dari Eropa dan menggunakan ubi jalar yang mudah ditemukan saat itu.

Berakar dari etnis Afrika-Amerika, masakan soul food sekarang dapat dinikmati oleh seluruh etnis di dunia. Di Indonesia sendiri penulis belum menemukan restoran yang menyediakan soul food dengan resep asli Afrika-Amerika.

Menurut penulis, soul food ini unik, berakar dari kesulitan sekaligus menjadi saksi bisu dari usaha untuk bertahan hidup etnis Afrika-Amerika yang diperbudak saat itu. 

Ketika diperbudak, mereka bukan hanya kehilangan kebebasan untuk hidup tetapi juga kebebasan untuk memilih apa yang dapat mereka makan. Soul food menjadi sebuah simbol kreativitas untuk menyajikan makanan khas yang menarik walaupun memiliki bahan yang sangat terbatas.

Baca juga: Budae-jjigae: Sejarah Kelam Di Balik Hidangan Terkenal dari Korea Selatan

Sumber 1, 2 dan 3 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun