Selain menjadi tempat makan, hawker centre juga menjadi sebuah ‘ruang makan komunitas’ dimana masyarakat dengan berbagai latar belakang berkumpul dan makan bersama.
Jika Anda mengunjungi hawker centre di Singapura, Anda dapat menemukan bahwa pedagang kaki lima disana kebanyakan berusia sekitar 50-an tahun atau disebut dengan generasi pertama.Â
Generasi pertama adalah pedagang yang pertama membuka kios dan akan diteruskan kepada anaknya atau orang lain yang disebut dengan generasi kedua. Pedagang ini memiliki resep yang disempurnakan dengan pengalaman bertahun-tahun dan meneruskan resep, pengetahuan hingga keterampilan kepada penerusnya.
Konsep Hawker centre ini banyak diikuti oleh negara-negara Asia Tenggara yang juga memiliki pedagang kaki lima menyusul kesuksesan Singapura, seperti Thailand dan Malaysia.Â
Akan tetapi banyak pedagang yang menolak dengan alasan ketika pedagang kaki lima tidak dijual di tepi jalan akan menghilangkan budaya pedagang kaki lima itu sendiri. Bagaimana menurut Anda? Apakah hawker centre seperti di Singapura dapat diterapkan di Indonesia? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H