Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Makanan Menjadi Bagian dari Kebijakan Politik Luar Negeri

15 Desember 2020   15:43 Diperbarui: 22 Maret 2022   23:53 1480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Street food di Bangkok, Thailand. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Makanan adalah bagian dari budaya dan identitas nasional yang penting untuk sebuah negara. Dari makanan  Anda dapat mempelajari sejarah, tradisi, dan nilai-nilai dari negara ataupun daerah tersebut. 

Oleh sebab itu, makanan melalui Gastrodiplomacy dijadikan sebagai sebuah alat diplomasi budaya untuk memperkenalkan dan menciptakan pemahaman budaya sekaligus meningkatkan promosi national branding sebuah negara. 

Gastrodiplomacy atau diplomasi kuliner menjadi salah satu kebijakan politik luar negeri paling memberikan pengaruh, sebagaimana teori dari gastrodiplomacy sendiri adalah "cara termudah untuk memenangkan hati dan pikiran adalah melalui perut".

Kesuksesan Thailand sebagai pelopor gastrodiplomacy

Saking suksesnya kebijakan diplomasi kuliner yang dilakukan oleh negara Gajah Putih, gastrodiplomacy awalnya adalah istilah untuk menggambarkan upaya pemerintah dalam mempromosikan masakan Thailand di seluruh dunia. 

Di mulai pada tahun 2002, ketika globalisasi sedang bertumbuh pesat, Thailand meluncurkan program Global Thai Programme dengan tujuan menghadirkan restoran Thailand di seluruh dunia. Dengan ambisi tinggi, Thailand ingin mencap negaranya sebagai Dapur untuk Dunia dan Keranjang Makanan Asia.

Hingga sekarang, program diplomasi kuliner Thailand terus berubah tema tetapi terdapat satu cara yang tetap sama dan paling penting, yaitu: peran pemerintah dalam membuat konsep dan kegigihannya dalam menjalankan di luar negeri. 

Salah satu cara yang dilakukan Thailand adalah dengan dibuatnya penghargaan Thai Select, dimana pemenangnya dinilai dengan standar-standar tinggi. Pemenang dari Thai Select akan diberikan pendanaan dan pinjaman dana pemerintah. 

Melalui penghargaan ini, pemerintah Thailand meningkatkan semangat dari pemilik restoran Thailand di luar negeri untuk berkembang. Tidak kalah penting, melalui penghargaan ini juga Thailand dapat melakukan standarisasi dan konsistensi di seluruh restoran Thailand. Ini menghasilkan makanan Thailand di luar negeri tetap autentik dan orisinil sebagai identitas nasional negaranya.

Selain Thai Select, cara pemerintah Thailand dalam mempromosikan makanannya di luar negeri adalah dengan melatih koki asal Thailand untuk bekerja di luar negeri. 

Bukan hanya dilatih, mereka juga mendapatkan visa khusus untuk koki Thailand apabila bekerja di Selandia Baru. Dengan pelatihan dari pemerintah Thailand, koki-koki yang berpengalaman ini didorong untuk pergi ke luar negeri dan mempromosikan kuliner Thailand.

Hasilnya? Kebijakan pemerintah Thailand sukses besar. Di tahun 2002, hanya ada 5.500 restoran masakan Thailand di luar negeri dan di tahun 2018 jumlah restoran tersebut berlipat ganda hingga 15.500 restoran dan terus bertambah. 

Pad Thai dan Tom Yam Kung menjadi makanan yang sekarang dikenal hingga seluruh penjuru dunia. Selain semakin banyaknya restoran Thailand di luar negeri, hasil dari kebijakan diplomasi kuliner ini adalah Thailand menjadi pengekspor makanan terbesar di Asia Tenggara. Produk teratas yang dieskpor antara lain seperti beras, ayam olahan, makanan laut olahan, udang olahan dan bumbu khas Thailand.  

Negara lain yang juga membuat program diplomasi kuliner

Pad Thai, salah satu makanan nasional dari Thailand. | Foto diambil dari South China Morning Post
Pad Thai, salah satu makanan nasional dari Thailand. | Foto diambil dari South China Morning Post

Selain Thailand, negara lain yang juga membuat program yang mirip dengan Thailand adalah Korea Selatan. Program Global Hansik memiliki cara penerapan yang mirip yaitu dengan mengikutsertakan pemerintah dalam usaha diplomasi kuliner. 

Akan tetapi, Korea Selatan fokus dalam mempromosikan makanan Korea Selatan yang lebih sehat dengan makanan dari bahan dan resep alami, sayuran organik, ramah lingkungan dan rendah kalori. Malaysia juga memulai program The Malaysia Kitchen Program pada tahun 2006 dengan fokus memasarkan makanan halal dari Malaysia. 

Cara yang dilakukan oleh Malaysia adalah dengan membawa koki terkenal Malaysia ke acara makanan di luar negeri, investasi dari pemerintah untuk restoran Malaysia di luar negeri dan membuka pasar malam di kota-kota besar di luar Malaysia.

Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut penulis, Indonesia masih harus banyak belajar dari Thailand. Indonesia tidak memiliki program khusus untuk diplomasi kuliner seperti negara-negara disebutkan di atas sehingga diplomasi kuliner dari Indonesia belum memiliki fokus yang jelas. 

Hal ini tentu disayangkan dengan kenyataan Indonesia memiliki budaya yang beragam tercemin dengan makanannya.

Hingga sekarang, kuliner Indonesia masih berada dibawah program pariwisata Wonderful Indonesia yang dipegang oleh Kementerian Pariwisata. Gastrodiplomacy versi Indonesia yang disediakan Indonesia sekarang biasanya hanya dengan menyajikan makanan khas Indonesia kepada petinggi dari negara lain ketika mengunjungi Indonesia. 

Penulis juga menemukan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata bekerjasama dengan restoran Asia di luar negeri untuk menyajikan menu khas Indonesia, dengan harapan dapat menarik wisatawan. 

Selain itu, pemerintah Indonesia juga mengenalkan makanan Indonesia melalui Kedutaan Besar Indonesia di luar negara dengan membuka festival makanan.

Kita tentu tidak hanya dapat berbangga dengan Rendang, Nasi Goreng atau Bakso yang menjadi World's 50 Best Food dan disebut-sebut Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ketika kunjungannya ke Indonesia pada tahun 2010, karena penulis yakin Indonesia memiliki banyak makanan khas lainnya yang memiliki potensi untuk go international. 

Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah, menurut penulis masih belum cukup. Sudah seharusnya pemerintah belajar dari program yang diluncurkan Thailand guna memperkenalkan dan mempromosikan makanan dari Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun