Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ketika Makanan Menjadi Bagian dari Kebijakan Politik Luar Negeri

15 Desember 2020   15:43 Diperbarui: 22 Maret 2022   23:53 1480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Street food di Bangkok, Thailand. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Pad Thai dan Tom Yam Kung menjadi makanan yang sekarang dikenal hingga seluruh penjuru dunia. Selain semakin banyaknya restoran Thailand di luar negeri, hasil dari kebijakan diplomasi kuliner ini adalah Thailand menjadi pengekspor makanan terbesar di Asia Tenggara. Produk teratas yang dieskpor antara lain seperti beras, ayam olahan, makanan laut olahan, udang olahan dan bumbu khas Thailand.  

Negara lain yang juga membuat program diplomasi kuliner

Pad Thai, salah satu makanan nasional dari Thailand. | Foto diambil dari South China Morning Post
Pad Thai, salah satu makanan nasional dari Thailand. | Foto diambil dari South China Morning Post

Selain Thailand, negara lain yang juga membuat program yang mirip dengan Thailand adalah Korea Selatan. Program Global Hansik memiliki cara penerapan yang mirip yaitu dengan mengikutsertakan pemerintah dalam usaha diplomasi kuliner. 

Akan tetapi, Korea Selatan fokus dalam mempromosikan makanan Korea Selatan yang lebih sehat dengan makanan dari bahan dan resep alami, sayuran organik, ramah lingkungan dan rendah kalori. Malaysia juga memulai program The Malaysia Kitchen Program pada tahun 2006 dengan fokus memasarkan makanan halal dari Malaysia. 

Cara yang dilakukan oleh Malaysia adalah dengan membawa koki terkenal Malaysia ke acara makanan di luar negeri, investasi dari pemerintah untuk restoran Malaysia di luar negeri dan membuka pasar malam di kota-kota besar di luar Malaysia.

Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut penulis, Indonesia masih harus banyak belajar dari Thailand. Indonesia tidak memiliki program khusus untuk diplomasi kuliner seperti negara-negara disebutkan di atas sehingga diplomasi kuliner dari Indonesia belum memiliki fokus yang jelas. 

Hal ini tentu disayangkan dengan kenyataan Indonesia memiliki budaya yang beragam tercemin dengan makanannya.

Hingga sekarang, kuliner Indonesia masih berada dibawah program pariwisata Wonderful Indonesia yang dipegang oleh Kementerian Pariwisata. Gastrodiplomacy versi Indonesia yang disediakan Indonesia sekarang biasanya hanya dengan menyajikan makanan khas Indonesia kepada petinggi dari negara lain ketika mengunjungi Indonesia. 

Penulis juga menemukan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata bekerjasama dengan restoran Asia di luar negeri untuk menyajikan menu khas Indonesia, dengan harapan dapat menarik wisatawan. 

Selain itu, pemerintah Indonesia juga mengenalkan makanan Indonesia melalui Kedutaan Besar Indonesia di luar negara dengan membuka festival makanan.

Kita tentu tidak hanya dapat berbangga dengan Rendang, Nasi Goreng atau Bakso yang menjadi World's 50 Best Food dan disebut-sebut Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ketika kunjungannya ke Indonesia pada tahun 2010, karena penulis yakin Indonesia memiliki banyak makanan khas lainnya yang memiliki potensi untuk go international. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun