Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sejarah Gelap Sinovac Biotech: Kasus Penyogokan oleh CEO

7 Desember 2020   17:59 Diperbarui: 7 Desember 2020   18:42 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ini milik M Agung Rajasa (Antara Foto)

Sinovac Biotech adalah sebuah perusahaan biofarmasi yang berpusat di Beijing, China dan dibangun pada tahun 1999. Perusahaan ini menjadi sebuah perbincangan hangat di Indonesia, sebagaimana CoronaVac yang merupakan vaksin Covid-19 buatan Sinovac kemungkinan besar akan digunakan oleh Indonesia dan pada tanggal 6 Desember 2020, 1,2 Juta dosis vaksin tiba di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Selain CoronaVac, sebelumnya perusahaan ini telah menjual vaksin buatannya seperti Healive (untuk Hepatitis A), Bilive (untuk Hepatitis A+B), Anflu (untuk Influenza), Panflu (untuk H5N1 atau Flu Burung) dan Panflu.1 (untuk H1N1 atau Flu Babi).

Dari China sendiri, selain Sinovac Biotech juga terdapat Sinopharm Group yang merupakan perusahaan biofarmasi milik pemerintah China dan CanSino Biologics. Walaupun masih belum ada kepastian apakah Indonesia akan menggunakan vaksin dari Sinovac, Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut serta dalam melaksanakan uji klinis ke relawan untuk mendapatkan angka keefektifitas dari CoronaVac. Negara lain yang ikut serta selain Indonesia adalah Brasil, Chile, Filipina dan Turki.

Kasus Penyogokan oleh CEO Sinovac Biotech

Kasus korupsi dan kurangnya transparasi sudah kerap terjadi di industri farmasi dari China sebagaimana korupsi dan transparasi memang sangat kerap terjadi di seluruh industri di China. Hal tersebut juga terjadi kepada pemilik Sinovac Biotech, yaitu Yin Weidong, yang melakukan penyuapan sebanyak $83.000 atau sekitar 1,1Milliar Rupiah kepada Yin Hongzhang yang merupakan Wakil Direktur dari China Food and Drug Administration. Pengadilan dilakukan pada tahun 2016 dan penyuapan ini dilakukan dari tahun 2002 hingga 2011.

Yin Hongzhang mengakui menerima uang suap tersebut dengan ganti mempercepat sertifikasi vaksin Healive (vaksin untuk Hepatitis A) milik Sinovac. Penulis mengarisbawahi walaupun penyuapan ini tidak terjadi dalam proses sertifikasi CoronaVac, tetapi perilaku penyuapan ini mungkin bisa membuka cara pandang baru sebagaimana penyuapan ini adalah sebuah pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh World Health Organization.  

Akhir dari kasus penyuapan tersebut dinyatakan bahwa CEO Sinovac, Yin Weidong, tidak dikenakan denda dan dipenjara dan tetap di posisinya sebagai CEO dan mengawasi produksi CoronaVac. Sedangkan Yin Hongzhang, dijatuhi hukuman penjara selama 10 tahun pada tahun 2017 karena selain menerima penyuapan dari Sinovac, ia juga menerima sogokan dari 7 perusahaan biofarmasi lainnya.

Selain penyuapan kepada Yin Hongzhang, terdapat 20 pejabat pemerintah dan petinggi rumah sakit di 5 provinsi di China yang mengaku di depan pengadilan telah menerima penyuapan dari karyawan Sinovac Biotech dari tahun 2008 sampai 2016.

Akhir dari kasus tersebut juga sama, 20 orang yang menerima uang suap tersebut dipenjara dan CEO Sinovac dinyatakan "tidak melakukan pelanggaran atau perilaku tidak pantas" menurut laporan penyelidikan internal.

Pengaruhnya ke vaksin CoronaVac

Menurut Dr. Artur L. Caplan, direktur divisi etika medis di New York University Langone Medical Center dalam wawancaranya dengan The Washington Times menyatakan bahwa sejarah penyuapan yang dilakukan Sinovac menimbulkan keraguan atas klaim Sinovac terhadap vaksin buatannya, CoronaVac.

Ia juga menambahkan selain sejarah buruk tersebut, Sinovac juga tidak pernah mempublikasikan klaim data yang membuat vaksin buatan Sinovac ini meragukan dalam sisi medis maupun moral.

Sejarah buruk yang dilakukan oleh Sinovac Biotech seharusnya menjadi salah satu pertimbangan calon pelanggan tetapi tetap ada negara yang memilih Sinovac dengan alasan harga yang lebih terjangkau dan juga suhu penyimpanan yang lebih rendah daripada Pfizer, BioNTech dan Moderna. Karena alasan tersebut, menurut Artur Caplan, membuat beberapa negara menjadi tidak ada pilihan lain selain Sinovac.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun