Mungkin anda sudah pernah mendengar apa maksud dari negara landlocked atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan negara yang terkurung daratan. Mungkin dari nama bahasa Indonesia tersebut Anda mulai mengerti apa itu negara landlocked.Â
Negara landlocked adalah negara berdaulat yang tidak memiliki wilayah yang terhubungan langsung dengan lautan, yang membuatnya terkurung diantara daratan milik negara lain. Â
Di dunia terdapat 44 negara berdaulat dan 5 negara yang masih belum diakui yang termasuk dalam kategori negara landlocked. Contoh dari negara tersebut antara lain seperti Kota Vatikan yang merupakan negara landlocked terkecil di dunia, Kazakhstan sebagai negara landlocked terbesar dan tetangga kita yang sama-sama dari Asia Tenggara yaitu Laos.
Selain tidak memiliki akses ke laut, jarak tempuh dari negara landlocked ke laut juga sangat jauh seperti contohnya Kazakhstan memiliki jarak terjauh ke laut yaitu 3.750KM.Â
Negara landlocked memiliki  kerugian sebagaimana laut dan garis pantai merupakan sumber daya yang sangat penting. Beberapa kesulitan tersebut antara lain:
1. Sumber daya
Negara landlocked otomatis tidak memiliki akses untuk sumber daya laut, seperti penangkapan ikan, budidaya binatang laut hingga pengalian minyak bumi yang kerap ditemukan di lautan.Â
Negara landlocked juga tidak memiliki akses langsung ke perdagangan maritim, yang penting untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial.
2. Biaya transportasi kargo internasional yang lebih tinggi
Biaya transportasi untuk pengiriman ekspor atau import tentu otomatis akan lebih mahal dibandingkan dengan biaya negara yang terhubung dengan lautan. Walaupun sudah banyak teknologi transportasi penerbangan, untuk pengiriman kargo ekspor-import hingga sekarang melalui transportasi laut adalah pilihan terbaik.Â
Negara-negara landlocked ini harus bergantung dengan negara tetangganya dalam melakukan transportasi yang berpengaruh dalam biaya pengiriman, pajak dan juga bea cukai yang akhirnya membuat negara tersebut membayar 2 kali lipat lebih mahal.Â
Selain biaya yang mahal, juga terdapat kemungkinan terjadinya keterlambatan waktu sampainya barang. Sebuah negara landlocked juga tidak bisa ‘memainkan harga’ karena memiliki kebutuhan yang mengharuskan mereka untuk mengikuti peraturan dari negara tetangganya.
Contohnya adalah negara Bolivia yang terjebak diantara Chilli dan Peru, yang mengharuskan Bolivia untuk melewati kedua negara tersebut sebelum sampai di Samudera Pasifik. Chilli dan Peru otomatis akan memberikan pengaruh karena ketergantungan Bolivia terhadap 2 negara tersebut. Akibatnya adalah Chili dan Bolivia memiliki hubungan yang buruk bila kita lihat dari sejarah kedua negara.
3. Biaya bahan pangan yang mahal
Tentu sebagai sebuah negara, sulit untuk hanya bergantung dengan produksi bahan pangannya sendiri dan diperlukan import dari luar negeri. Di negara landlocked, biasanya harga pangan akan menjadi lebih mahal dipengaruhi oleh sulitnya proses masuknya bahan pangan import tersebut yang akan kemudian mempengaruhi bahan pangan dari dalam negeri.
Hingga sekarang, berbagai kebijakan sudah dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Perdagangan Dunia untuk meningkatkan kesetaraan antara negara landlocked dengan negara yang memiliki akses ke laut dimana salah satunya adalah kebijakan mengurangi bea cukai. Tetapi karena banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah kebijakan, kesetaraan masih sulit untuk diraih.
Menurut United Nations, hampir seluruh negara landlocked termasuk ke dalam daftar negara berkembang atau developing countries, atau negara paling sedikit berkembang atau Least Developed Countries (LDCs), kecuali negara landlocked yang berasal dari Eropa.Â
Alasan mengapa negara landlocked di Eropa bisa menjadi negara maju, seperti Luxemborg. Liechtenstein atau Switzerland, dikarenakan infrastruktur transportasi yang sudah maju menuju akses ke negara tetangga.Â
Berbeda dengan negara-negara landlocked lain yang cenderung memiliki infrastruktur yang buruk dan dikelilingi dengan negara tetangga yang juga masih berkembang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H