Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pengaruh Sebuah Patung kepada Hubungan Jepang dan Korea Selatan dengan Jerman

12 November 2020   15:22 Diperbarui: 28 November 2020   21:43 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah patung perunggu bergambar seorang perempuan muda berpakaian pakaian tradisional Korea Selatan dengan seekor burung dipundaknya terduduk di sebuah kursi dengan raut wajah yang sedih di tepi jalan yang sibuk di Berlin, Jerman. Patung tersebut adalah Statue of Peace atau Comfort Women. Patung ini dibuat oleh Korea Verband, kelompok masyarakat pro-pemerintah Korea Selatan yang tinggal di Berlin dan dibuka untuk umum pada 25 September 2020. Patung ini dibangun dengan biaya dari Korean Council for Justice and Rememberance for the Issue of Sexual Slavery by Japan. Tidak butuh waktu lama, patung ini kemudian membuat hubungan antara Jepang dan Jerman bermasalah.

Comfort women atau dalam bahasa Indonesia disebut Jugun Ianfu merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk kelompok wanita yang terlibat dalam perekrutan secara paksa untuk menjadi pekerja seks bagi tentara Jepang pada Perang Dunia ke-2. Menurut Yoshiaki Yoshimi yang merupakan peneliti yang pertama kali mengkaji comfort women, korban comfort women berjumlah sekitar 50.000-200.000 orang dimana korban terbanyak berasal dari Korea Selatan kemudian diikuti dengan negara-negara yang dijajah oleh Jepang pada Perang Dunia ke-2, termasuk Indonesia. Permasalahan comfort women ini telah menjadi masalah yang membuat hubungan Jepang dan Korea Selatan terus memburuk dimana Korea Selatan menuntut permintaan maaf secara resmi dan Jepang yang tidak mengakui keterlibatannya dalam masalah ini.

Pembangunan patung comfort women merupakan salah satu cara aktivis comfort women dari Korea Selatan untuk menunjukkan ketidaksetujuan atas perilaku Jepang yang dianggap tidak bertanggung jawab. Tujuan dari dibangunnya patung ini juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mencegah kejadian serupa terjadi. Patung ini bisa banyak ditemukan di Korea Selatan, Amerika Serikat hingga Jerman dengan tujuan mendapatkan dukungan internasional. Patung ini bukanlah patung yang pertama di Berlin, tetapi yang ketiga. Namun patung ini membuat panas pemerintah Jepang karena letaknya yang berada di tempat umum dan disetujui oleh pemerintah Jerman setempat.

Respon pemerintah Jepang diberikan langsung 4 hari setelah patung tersebut dibuka, tepatnya pada 29 September 2020. Dikutip dari Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Katsunobu Kato, bahwa patung ini tidak sejalan dengan upaya Jepang untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan Korea Selatan. Ia juga menambahkan Jepang akan berhubungan dengan pihak yang terlibat dalam pembangunan patung ini untuk dipindahkan. Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi juga mengajukan permohonan untuk memindahkan patung tersebut ketika dilaksanakannya pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Jerman, Heiko Maas.

Stephan von Dassel selaku Walikota Mitte, Berlin menyatakan bahwa benar bahwa pemerintah setempat memberikan izin untuk patung ini. Namun izin tersebut diberikan untuk 1 tahun dan sebagai pernyataan untuk menentang kekerasan seksual kepada wanita dalam konflik bersenjata secara umum. Sedangkan patung secara spesifik menyatakan perbuatan militer Jepang pada Perang Dunia ke-2 yang kemudian menyebabkan kejengkelan dari pemerintah Jepang. Pemerintah setempat juga memberikan rekomendasi untuk mengganti kata-kata pada epitaf yang awalnya untuk mengingat korban perbudakan seksual, diganti menjadi masalah kekerasan seksual pada perempuan yang terjadi ketika perang.

Korean Verband kemudian mendapatkan perintah pada 7 September 2020 untuk memindahkan patung tersebut terakhir pada tanggal 14 Oktober 2020 dari pemerintah setempat. Hal ini mendapatkan banyak kecaman dan kritik masyarakat Jepang hingga masyarakat Korea Selatan. Salah satu dari kecaman tersebut adalah the Korean Council yang mengajukan gugatan untuk meminta agar perintah untuk pemindahan patung tersebut dihilangkan. Gugatan tersebut menyebabkan tanggal akhir dari pemindahan tersebut menjadi 13 Oktober 2020. Masyarakat Korea Selatan dan Jerman juga menunjukan ketidaksetujuannya dengan mengorganisir petisi yang menentang penghapusan patung tersebut. Petisi ini telah ditandatangani lebih dari 1.555 orang per 11 Oktober 2020.

Demonstrasi sebanyak 200 orang juga dilakukan didepan patung comfort women untuk menyuarakan ketidaksetujuannya atas keputusan pemerintah setempat untuk pemindahan patung tersebut. Di Korea Selatan, 113 pejabat pemerintah mengirimkan surat ke Kedutaan Besar Jerman di Seoul untuk menyatakan penyesalan dan keprihatinan atas keputusan pemerintah Mitte. Ketidaksetujuan juga diberikan dari Korea Utara yang mendukung kritik Korea Selatan kepada Jepang yang mencoba menghapus patung tersebut, sebagaimana korban comfort women juga berasal dari Korea Utara.

Dengan munculnya ketidaksetujuan atas pemindahan patung tersebut, pemerintah Mitte kemudian melakukan pemungutan suara dimana 28 dari 37 anggota dewa menyujutui bahwa patung tersebut harus tetap dipertahankan. Hasilnya adalah Jerman mengadopsi resolusi baru yang menarik kembali perintah untuk pemindahan patung comfort women tersebut dan patung akan tetap berada disana hingga 18 Agustus 2021. Pada waktu yang bersamaan, pemerintah setempat juga berharap Jepang dan Korea Selatan dapat menyelesaikan masalah ditampilkannya patung ini dengan saling berkompromi.

Keputusan ini pun tidak langsung diterima mentah-mentah oleh pemerintah Jepang. Walikota Nagoya Takashi Kawamura dan Walikota Shinjuku Keninchi Sumioyshi mengirim surat kepada Walikota Mitte Stephan von Dassel atas kekecewaan dan mendesak dihilangkannya patung comfort women. Mereka juga menyatakan bahwa Jerman tidak boleh terjebak dalam hubungan antara Korea Selatan dan Jepang dan masalah ini dapat memperburuk hubungan antara Jepang dan Jerman. Keberadaan patung ini juga ditakutkan akan meningkatnya rasisme atau diskriminasi kepada masyarakat Jepang yang tinggal di Berlin.

Permasalahan comfort women ini telah menjadi masalah dalam hubungan antara Korea Selatan dan Jepang sejak lama. Keberadaan patung ini memberikan pengaruh kepada hubungan Jepang dan Jerman yang tidak dipungkiri akan memberikan pengaruh buruk kepada kerja sama dua negara tersebut. Di sisi lain, keputusan pemerintah Jerman yang mendukung patung comfort women ini juga akan menjadi alasan kemungkinan hubungan Jerman dan Korea Selatan yang akan semakin erat. Ini membuktikan dalam hubungan antar negara dapat dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk sebuah patung yang dimana adalah benda mati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun