Mohon tunggu...
Jenifer Cafriati Banjarnahor
Jenifer Cafriati Banjarnahor Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo perkenalkan aku Jenifer Cafriati Banjarnahor,aku merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Aku tertarik terhadap isu isu budaya,ekonomi,politik dunia internasional temukan saya di ig : @jenibn._

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketegangan Laut Cina Selatan

7 Desember 2024   13:32 Diperbarui: 7 Desember 2024   14:25 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Laut China Selatan telah lama menjadi pusat perhatian geopolitik yang melibatkan berbagai negara yang bersengketa serta kekuatan besar dengan kepentingan strategis, seperti Amerika Serikat. 

Konflik ini didorong oleh klaim kawasan, kendali atas sumber daya alam, serta kepentingan untuk mengamankan jalur perdagangan yang melintasi k erdasarkan pendekatan realism konflik di Laut China Selatan bisa dilihat sebagai perebutan kekuasaan antara negara-negara yang memiliki klaim di wilayah ini, terutama Tiongkok, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan. 

Dengan cadangan minyak dan gas yang signifikan, kawasan ini menjadi sangat penting secara ekonomi bagi negara-negara tersebut. Selain itu, Laut China Selatan adalah jalur perdagangan utama, sehingga penguasaan wilayah ini menawarkan keuntungan strategis dan ekonomi yang besar.

Tiongkok sebagai kekuatan utama menggunakan kekuatannya untuk mengklaim sebagian besar Laut China Selatan. Langkah-langkah seperti pembangunan pulau buatan dan pangkalan militer di perairan ini menunjukkan pendekatan agresif Tiongkok dalam memperkuat klaimnya. Sementara itu, negara-negara seperti Filipina dan Vietnam berusaha untuk menyeimbangkan dominasi Tiongkok dengan membangun aliansi dengan kekuatan besar, terutama Amerika Serikat, demi menjaga stabilitas dan memperkuat posisi. 

Peningkatan aktivitas militer oleh Tiongkok dan kehadiran angkatan laut Amerika Serikat di Laut China Selatan telah meningkatkan ketegangan di kawasan ini. Tiongkok memperluas infrastruktur militer di beberapa pulau dan mengerahkan kekuatan angkatan laut untuk mempertahankan klaimnya. Sebagai respons, Amerika Serikat melakukan patroli "kebebasan navigasi" di perairan ini sebagai bentuk penegasan bahwa Laut China Selatan adalah wilayah internasional.

 

Kehadiran militer dari berbagai pihak memperbesar risiko konfrontasi yang bisa memicu konflik lebih luas, tidak hanya antara negara-negara yang bersengketa, tetapi juga dengan melibatkan kekuatan besar. Ketegangan ini menunjukkan bagaimana Laut China Selatan telah menjadi medan persaingan strategis antara Tiongkok dan Amerika Serikat, yang masing-masing memiliki tujuan untuk memperkuat posisi geopolitik mereka di kawasan Asia-Pasifik.  

Negara negara Asean mengalami kesulitan akan hal ini karena telah berada dalam posisi yang sulit dalam menghadapi cara untuk mengurangi dominasi China di LCS.

Namun di sisi lain negara negara ASEAN juga sangat bergantung secara ekonomi terhadap China. Oleh sebab itu sangat sulit untuk mencapai suatu kesepakatan bersama antara negara negara di ASEAN. Sejauh ini ASEAN telah berupaya untuk mengurangi ketegangan yang terjadi yaitu dengan cara mengatur perilaku perilaku negara di Kawasan ini, namun hasilnya masih sangat terbatas dikarenakan perbedaan kepentingan negara yang menjadi penghambat kegiatan diplomasi.

 Selain melalui aktivitas militer dan diplomasi, negara-negara yang bersengketa juga menggunakan media sosial untuk membentuk opini publik mengenai Laut China Selatan. Platform seperti Twitter, Facebook dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi dan memperkuat klaim masing-masing negara baik untuk mobilisasi dukungan nasional maupun untuk memengaruhi opini internasional

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun