Akhirnya ya gitu... ndut terus... hahaha...
Itulah, kesalahan saya.
Salah memahami bahwa sebenarnya, nasi box ga dimakan itu bukanlah mubazir. Kan bisa dibawa pulang untuk anak. Bilang aja sayang kalau dikasihkan, pengennya dimakan sendiri.
Salah memahami bahwa nraktir temen itu berarti kita harus makan sama dengan yang ditraktir. Kan kita bisa pilih makanannya yang sesuai. Teh tawar dan ikan bakar tanpa nasi juga oke. Bilang aja kepengen ama yang dimakan temen.
Salah memahami bahwa jika lembur, harus makan, dan makannya harus nasi yang banyak. Bilang aja doyan.
So, sepertinya kali ini gak boleh lagi angin-anginan. Seperi kata Hughes, kita manusia ini diciptakan Tuhan untuk mampu membuat pilihan. Apakah akan memasukkan makanan tertentu ke dalam tubuh kita atau enggak.
Usia sudah kepala empat. Semoga tidak ada lagi excuse dalam diet saya kali ini. Mungkin mesti pergi ke dokter gizi juga supaya tambah semangat. Yuk, mari... resolusi langsing, tanpa alasan....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H