Mohon tunggu...
retno wulan
retno wulan Mohon Tunggu... -

Beroleh kesempatan ke luar negeri sejak tahun 2001, bekerja sekaligus memperluas cakrawala pandang. Awalnya iseng-iseng nulis diary, terus menjajal di Friendster dan Facebook untuk renungan rohani, tapi mau menjajal nih ke kompasiana untuk tulisan soal jalan-jalan di Eropa dan negara sekitarnya. Pandangan sebagai turis lokal tapi juga internasional.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Frankfurt di Mataku... Jilid 2

20 Juni 2010   07:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:25 4024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_172256" align="alignnone" width="150" caption="jalan-jalan sekeluarga"][/caption] [caption id="attachment_172259" align="aligncenter" width="150" caption="insentif pemerintah buat bapak-bapak melakukan work leave mengurus bayi, mendorong kelahiran bayi di Jerman"][/caption] [caption id="attachment_172261" align="alignright" width="150" caption="segway, pilihan transportasi dalam kota"][/caption] [caption id="attachment_172263" align="alignleft" width="150" caption="becak ala Frankfurt"][/caption] [caption id="attachment_172266" align="aligncenter" width="300" caption="toko Asia, jual produk makanan khas Asia"][/caption] [caption id="attachment_172270" align="alignnone" width="178" caption="bus hop on hop off siap membawa jalan-jalan di kota frankfurt"][/caption] [caption id="attachment_172272" align="alignleft" width="150" caption="persewaan sepeda buat keliling kota"][/caption] [caption id="attachment_172274" align="alignright" width="150" caption="mendengar musik di Jazz Keller, Goethestrasse"][/caption] Kota Frankfurt

Menyambung cerita soal makanan dan restauran di frankfurt, mungkin ada baiknya aku juga cerita soal Kota Frankfurt. Kota Frankfurt am Main dikatakan am Main, artinya ditepi sungai Main. Mungkin bisa disamakan dengan istilah Kali Bengawan, kalau Solo ditepi Kali Bengawan. Kira-kira seperti itulah.

Kota ini terkenal sebagai kota perbankan dan dipenuhi gedung-gedung menjulang tinggi (skycrapers). Ini agak unik bagi wilayah Eropa, karena rata-rata kota di Jerman memilikiperaturan akan tingginya bangunan dalam batas tertentu. Walaupun ada juga pengarang buku menulis dan mengatakan bahwa Frankfurtdisamakan Manhattan , New York dengan plesetan Frankfurt Mainhattan karena gedungnya yang menjulang tinggi. Tapi rasanya perbandingan itu, menurutku terlalu berlebihan. Bagaimanapun Frankfurt dengan gedung yang menjulang tinggi di tengah kota, tidak serta merta menjadikannya sebagai kota besar. Aku lebih suka menyebutnya kabupaten Frankfurt, karena kecilnya kota ini.

Banyak yang mengira Frankfurt adalah kota besar karena menjadi tujuan berbagai penerbangan dunia , dan menjadi hub/bandara penghubung ke berbagai destinasi di dunia. Bandara Frankfurt memang besar dan memperkerjakan ratusan ribu orang, tetapi kota Frankfurt adalah tetap kota kecil, dibandingkan Jakarta atau Los Angeles.

Biaya hidup di kota Frankfurt relatif jauh lebih tinggi dibanding kota-kota Jerman lainnya. Sebagai kota pusatperbankan Eropa dan lokasi Bank Pusat Jerman (semacam Bank Indonesia)serta bursa saham (Borse)Frankfurt, maka harga-hargabarang dan makanan di Frankfurt relatif jauh lebih tinggi dibanding Berlin, Dusseldorf, Bonn dan lainnya. Makanya aku senang kalau lagi jalan-jalan keluar kota Frankfurt, kayaknya makanan lebih murah aja. Bayangkan untuk satu buah naga (pitaya fruit) di Frankfurt per buah bisa € 4, sementara di Dresden cuma € 1. Kebayang kan, perbandingan harganya padahal sama-sama di Jerman?

Bahkan sempat adakekecewaan bagi warga eks Jerman Barat dan berharap seandainya  Jerman kembali seperti dulu aja, terbagi Jerman Barat dan Jerman Timur. Maklum umumnyanegara-negara bagian bekas Jerman Timur rata-rata miskin dan pendapatan rendah, karena sedikitnya industri.  Dengan demikian, subsidi silang harus dilakukan oleh Pemerintah, maka jumlah pajak dari negara-negara bagian eks Jerman Barat mengalir ke negara-negara bekas Jerman Timur. Nggak mengherankan, mereka berharap Jerman kalau bisa kembali terpisah seperti dulu. Bayangan mereka dulu, mungkin lebih baik pintu dibuka, tetapi tembok pemisah tetap ada, dan tidak perlu dihancurkan. Mungkin semacam satu negara, dua sistem seperti yang diberlakukan China terhadap HongKong.

Itu pula sebabnya Skinhead menyala-nyala kemarahannya terhadap kulit berwarna di wilayah bekas Jerman Timur terhadap imigran yang datang dari negara-negara sekitar, termasuk Afrika, Asia. Mereka pikir imigran merebut lapangan kerja yang memang sedikit di wilayah Jerman Timur itu. Sikap rasialis tersebut  bisa jadi disebabkan latar belakang ekonomi, semacam ini. Sementara, warga eks Jerman Timur, juga merindukan nostalgia hidup seperti jaman Jerman Timur, tidak perlukompetisi, semua memiliki peluang kerja ynag sama, makanan selalu tersedia, walaupun semua serba pas-pasan. Jangan mengira, kalau Berlin sebagai ibukota negara pasti berpendapatan tinggi. Itu salah. Saat ini, kota Berlin adalah kota yang paling besar jumlah hutangnya, maklum sebagai  ibukota negara eks Jerman Timur,  tidak terdapat industri besar yang cukup untuk memberi lapangan kerja bagi penduduknya. Hal itu juga menjelaskan, mengapa tinggal di kota Berlin jauh lebih murah di banding tinggal di kota Frankfurt.

Tidak heran dengan keadaan semacam itu, banyak orang yang bekerja di Frankfurt tinggal di luar kota Frankfurt seperti Offenbach, Bonn, Mainz, Darmstadt dan kota-kota sekitarnya. Hal ini sangat masuk akal, bayangkan dengan harga berkisarkurang lebih €1000 (atau 12 juta rupiah) palinghanya dapat apartemen dengan satu kamar kalau di Frankfurt, sementara diwilayah sekitar bisa jadi sudah dapat apartemen dengan 3 kamar dann ukurannya diatas 100m2. Apalagi, kalau di Berlin, harga sewa apartemenjauuuuh lebih murah, maklum bekas Jerman Timur dan tingkat pengangguran tinggi. Kalau disewakan mahal-mahal, juga gak bakalan laku.

Aku sendiri sempat sewot waktu di Frankfurt awalnya, melihat harga sewa apartemen yang selangit di tengah kota Frankfurt. Gara-gara akumembandingkan dengan sewa apartemenku dulu di Los Angeles. Dengan harga yang relatif sama sekitar€ 1500, aku bisa dapat sewa apartemen seluas lapangan bola, dengan dua kamar tidur dan ruang tamu yang bisa buat naik sepeda dalam rumah, saking luasnya. Keamanan komplek terjamin dan fasilitas lengkap, ada kolam renang segala dan letaknya ditengah kawasan elit Los Angeles, tiadak jauh dari Beverly Hills dan Farmer Market yang terkenal itu.Walaupun secara umum aku tahukalau biaya hidup di Eropa mahal, tidak menyangka aja bakal semahal itu.

Sekitar 10.000 perusahaan asing berkantor pusat di Frankfurt karena ditunjang jalur infrastruktur yang memadai, seperti bandara internasional Frankfurt yang melayani ratusan tujuan penerbangandiseluruh dunia, serta kereta yang membawa penumpang ke berbagai tujuan kota di Eropa.

Transportasi di Frankfurt

Pilihan transportasiumum di Frankfurtsangat beragam, dariberbagai jenis kereta - Ubahn (kereta bawah tanah), StrassenBahn (kereta yang lewat jalan umum),Regional Bahn (kereta antar wilayah) dan ICE, IC(kereta antar negara bagian), taksi, bus, sepeda, velocity ( semacam becak), segway, dan kapal. Ini menunjukkan mobilitas orang frankfurt sangat tinggi. Naik kendaraan umum begini memang relatif mudah, kita bisa beli tiketnya di mesin yang letaknya ada di setiap stasiun Ubahn. Dan kalau kita rutin menggunakan kendaraan umum, bisa aja lebih tiket bulanan, atau tiket tahunan lebih murah (dapat diskon harga buat dua bulan) yang berlaku dipakai untuk semua kendaraan umum di Frankfurt.

Dengan didukung kendaraan umun yang variatif saja, masihmudah ditemui jalanan macet juga oleh mobil pribadipada jam pulang kantor atau pagi saat berangkat kantor di pusat kota ataupada saat orang yang tinggal dari suburb area berdatangan kembaliatau pergi dari kota Frankfurt pada hari Senin atau Jumat di jalan raya antar kotanya.

Untuk jalan-jalan(sight seeing) di Frankfurt, tersedia bus hop on- hop off yang tempat mangkalnya dekat Paul’s Kirche. Kita bisa naik dan langsung bayar ke sopirnya, yang akan beri tiket, dan kita bisa duduk dimaan kita mau, dan bus itu akan membawa tur jalan-jalan keliling kota Frankfurt. Turnya sendiri tidak lama karena kota Frankfurt kecil, sekitar 45 menit,dan praktis kita sudah lihat semuatempat menarik di Frankfurt. Sightseeing yang lain bisa dengan naik kapal di dekat Romer, Altstadt (kota tua) , yaitu membawa kita hilir mudik melewati sungai Main dan melihat pemandangan kotaFrankfurt. Diatas dek kapal, ada dijual anggur, bir, es krim dan minuman dingin lainnya. Perjalanannya pun juga singkat sekitar 30 menit saja untuk hilir mudik.

Penduduk Frankfurt

Dari pengamatanku, kebanyakanorang-orangFrankfurt berusia sekitar 30an awal hingga 50an, atau bisa dikatakan kota ini dipenuhi dengan orang yang memiliki usia matang dan mapan. Berbeda dengan kota Bonn, yang lebih mirip panti jompo yang besar, karena penduduknyanampak lebih banyak berusia lanjut terlihat dari yang duduk-duduk di alun-alun kota untuk berjemur dan bersosialisasi. Tentu kalau dibanding Berlin sebagai ibukota negara Jerman,jumlah orang mudanya kalah besar.

Penduduk Jerman di kota Frankfurt rata-rata bisa berbahasa Inggris, walaupun kalau kita bisa berbahasa Jerman, tentu lebih menguntungkan.Tapi kalaumemang kita nggak bisa bahasa Jerman, mereka juga maklum , karena kelihatan muka kita orang Auslander (orang asing). Kalau memang modal bahasa Jerman kita terbatas, jawab ajadengan salah satu dari kalimat ini: ‘Ich weiss nicht (nggak tahu) atau keine Ahnung ( gak tahu ya). Kalau orangnya masih mendesak ngomong bahasa Jerman, bilang aja,Ich spreche kein Deutsch, nur Englisch (saya nggak bisa ngomong bahasa Jerman, cuma bahasa Inggris doang). Dijamin lawan bicara langsung ganti bahasa Inggris atau pakai bahasa tarzan. Haahahaha.

Aku jadiingat kalau orang Jerman dah mulai nyerocos, terutama waktu beli makanan, trus dia nawarin berbagai pilihan, dan aku tidak ingat apa saja yang ditawarkan, boro-boro mengucapkan, aku langsung bilang ; bitte? (artinya minta diulang apa yg diaucapkansebelumnya), kalau tetap tidak mengerti, aku langsung bilang ,‘egal‘ (terserah deh). Jadi praktis, aku siap aja, kalau nanti jadinya pesanan makananku gak sesuai harapan..hahahaha..gara-gara bilang egal…

Hal yang menarik diamati di kota Frankfurt, orang-orang nampak lebih rapi dan necis dengan dandanan formal jas berdasi dan baju kantor melenggang di jalan utama pada saat makan siang, untuk sekedar makan di kedai-kedai (Imbiss) atau restaurant yang tersebar di sekitar kawasan perbankan, khususnya di wilayah Westend. Ini jelas berbeda suasana dengan tempat tinggalku sebelumnya di Los Angeles, yang cenderung santai, karena merupakan kota hiburan dunia.

Secara umum, orang Jerman cenderung menunda usia pernikahan hingga benar-benar mapan. Jamak kita lihat di jalan, orang usia awal 40 hingga 50an membawa anak, bukan cucunya ya. Alasannya mudah, pada usia pertengahan 20an adalah usia mengejar karir dan usia 30an mulai menikmati hasil karir itu, biasanya dengan travel ke negara-negara sekitarnya. Maka baru pada usia 40an, mereka berfikir serius untuk pernikahan. Mungkin juga ditunjang kualitas hidup yang baik, bisa dilihat orang disini rata-rata berumur panjang(diatas 80an)mudah ditemui.

Jadi menikah yang mungkin bagi orang Asia sangat terlambat,bagi orang di Jerman hal yang wajar dan biasa. Bayangkan kalau menikah umur 50an, maka anak sudah berumur 30 tahun, sewaktu bapaknya berumur 80 tahun. Harapan hidup yang panjang itulah yang disinyalir membuat orang disini lamban dalam menikah dankecilnya pertumbuhan penduduk. Pemerintah Jerman saking khawatirnya dengan pertumbuhan penduduk yang cenderung menyusut ini, sampai memberikan kebijakanuntuk membayar keluarga yang mau memiliki anak, mengurangi pajak dan memberi waktu cutikantor bagi bapak-bapakyang mau mengurus anaknya yang masih balita. Dengan cuti kerja, mereka tetap dijamin dapat kembali ke pekerjaannya semula loh, begituwaktu cuti selesai.Jadi jangan heran, kalau lihat, siang hari bolong lihat seorang bapak seharian jalan atau belanja, bawa stroller atau nggendong anak tanpa ibunya. Bisa jadi, dia lagi ambil work leave (cuti kerja) buat ngurus anak balitanya. Awal lihatnya, waah..ideal banget ya, lihat bapak-bapak dekat sekali ama anak-anak balitanya, ternyatabisa begitu karena difasilitasi pemerintah…

Bagaimanapun penduduk adalah asset,generasi yang akan membayar pajak nantinya untuk generasi yang lanjut danberusia panjang. Peluang memperoleh santuan sosial untuk anak itu dilirik dengan penuh minat oleh imigran untuk memilki anak sebanyak-banyaknya di Jerman, karena lumaya juga dapat tunjangan anak dari pemerintah bagi siapapun anak yang lahir di Jerman. Kelihatan sekali perbedaan dengan yata, kalau dilihat dijalan-jalan, para imigran dengan segerombolan anak, dan orang Jerman asli hanya menenteng 1 atau 2 anak saja.

Intinya nikmati selama mungkin masa single, karena begitu memiliki anak,makakualitas hidup secara pribadi akan berubah. Cara Berpikir ini membuat orang Jerman memiliki pandangan terhadap anak berbeda dengan orang Indonesia. Biasanya orang tua di Indonesia berpengharapan kalau nanti pada masa tuanya, ia akan dirawat oleh anak-anaknya. Anak menjadi satu investasi, jadi tidak apa-apa berkorban pada masa membesarkan, tapi bisa menuai hasil kemudian kalau anak sudah dewasa dan bekerja. Sementara di Jerman, cara berpikir nyatidak demikian. Anak bagaimanapun ada karena konsekuensi dari perbuatan orangtuanya secara biologis.

Jadi, memiliki anak merupakan tanggungjawab orangtua untuk membesarkan dan agar anak itu kelak bisa hidup mandiri di dunia ini.Jangan heran, kalau melihat orangtuanya kaya raya, tapi anak tidak serta merta memperoleh warisan dari orangtua. Bisa jadi, akhirnya malah harta itu disumbangkan ke Yayasan atau hal lainnya. Dan anak tak berhak menuntut harta itu, karena toh yang bekerja keras orangtuanya dan dia sudah memperoleh bekal cukup untuk berdiri di kaki sendiri. Makanya tak heran, setelah tua, mereka memilih tinggal di pension haus, bersama teman-temannya yang lain yang sudah jompo dan tua hingga meninggalnya, daripada dirawat anggota keluarganya.

Jaminan Sosial

Lalu bagaimana kalau menganggur? Secara umum, setiap orang Jerman dapatmencari pekerjaan melalui agen kerja, dan agen kerja tersebut yang akan membantu mencari peluang kerja. Tapi, kalaupun sudah mencoba tetap tidak dapat, maka mereka tetap dapat hidup normal karena memperoleh santunan sosial dari pemerintah Jerman.Jumlahnya tidak banyak untuk ukuran hidup di Eropa, minimal, sekitar € 500 per bulan. Tapi, bagi rata-rata orang Jerman, khususnya di bekas Jerman Barat ya..termasuk Frankfurt,kalau tidak kepepet banget, mereka nggak mau dapat santuan sosial begini. Maklum kalau mampubekerja juga memiliki prestise sendiridi lingkungan masyarakatnya dibanding memperoleh santuan sosial dari pemerintah.

Makanya, jarang kita lihat orang Jerman jadi gelandangan di jalan-jalan. Umumnya, gelandangan yang di Jerman, adalah limpahan dari negara-negara Eropa Timur yang mencoba mengadu nasib di Jerman. Maklum, tanpa keahlian dan paper works yang jelas, dijamin sulit mencari pekerjaan di Jerman ini.

Imigran Terbesar di Frankfurt? Turki

Oh ya , imigran terbesar disini adalah dari Turki. Saking banyaknya, bahkan sampaiorang Jerman keturunan Turki bisa buat partai. Mungkin mirip orang Latino di Los Angeles, saking banyaknya, akhirnya walikotanya keturunan Hispanik. Bisa jadi ke depan, kalau jumlah populasi orang Turki meningkat tajam dan imigran makin banyak, walikota Frankfurt adalah orang Turki. Secara geografi, lokasi Turki yang memang berada di Eropa, memudahkan mereka melakukan migrasi besar-besaran ke wilayah yang relatif lebih makmur seperti Jerman, termasuk ke Frankfurt.

Usaha mereka umumnya berdagang, dan hal yang menarik dibawa mereka adalah donner kebab (semacam daging asap yang dimakan dengan salad) dimasukkan dalam roti. Rotinya agak keras sepertichapatti India. Mereka juga membuka gerai buah-buahan dengan harga relatif murah, dan biasanya suka teriak-teriak dijalan menawarkan dagangan buah dann sayurannya sambil mengatakan ‘Angebot .. Angebot fürananas nur € 1zwei stuck (penawaran murah, .. nanasdua buah 1 euro..begitu kira-kira maksudnya). Memang sih harganya relatif miring dibanding beli di supermarket. Apalagi kalau lagi musimbuah tertentu, jeruk, apel, anggur sampaimangga bisa murah sekali. Orang Turki di Frankfurt juga terkenal membuka gerai toko daging dengan tulisan halal.

Kehidupan Sosial di Jerman

Lalu bagaimana orang Frankfurt menikmati kehidupan sosialnya?Agak mirip dengan orang Swiss sebenarnya, mereka sangat menyukaimakanan rumah. Makan di rumah, disambung dengan jalan-jalan bersama(spazieren gehen) keluarga sambil membicarakan berbagai masalah dalam keluarga.

Lalu bagaimana dengan orang single? Untuk orang kantoran, ada tempat nongkronguntuk kumpul-kumpul dan ngobrol dengan rekan kerja atau kenalan baru di cafee atau bar. Salah satu tempat terkenal sih di Euro Deli, tempatnya tidak terlalu besar, tapi ramai sekali apabilaada acara working hours party. Atau kalau suka musik jazz, ada satu tempat kecil bernama Jazzkeller  di Goethestrasse yang pada beberapa malam tertentu menampilkan musisi jazz baik dari Jerman maupun negara lain.

Hiburan lainnya tentu nonton bioskop. Banyak bioskop yang memutar film-film Hollywood dan juga film Jerman. Umumnya jadwal film mudah ditemuiditempel di dinding kereta bawah tanah atau di tiang-tiang dekat tempat nunggu bus. Walaupun bisa juga sih, buka di websitenya. Sama seperti di Indonesia, ada harga tiket murah, khusus hari Selasa. Harga tiket bioskop normalnya € 9, tapi kalau pas hari khusus (biasanya hari Selasa) ,bisa € 7. Untuk pelajar, harganya lebih murah (cuma separuh harga normal), asal menunjukkan kartu studentnya. Persis kayak di Amerika.Jerman ini surganya buat student kalau untuk menekan biaya hidup, makanya sampai ada pelajar abadi, saking lamanya kuliah gak kelar-kelar. Hahahaha.Tapi cerita mengenai student, nanti aja dulu ya..

Oh ya, cuma sedihnya, disini rata-rata semuafilm didubbing bahasa Jerman, walaupun film –film Hollywood sekalipun. Kayak nonton telenovela di Indonesia, hahaha..lihatSandra Bullock berdialog berbahasa Jerman..hahaha. Di Frankfurt sendiri, cuma ada satu bioskop berbahasa Inggris, namanya Turm Palast. Cuma jangan bayangkan teaternya mirip yang di Burbank, karena masak ampun saking gedungnya kecil dan jelek.

Waktu pertama kali masuk nonton di Turm Palast, aku pikir aku seperti tidak di Jerman..aku jadi ingat waktu nonton film India di Dady Theater atau Star Thetre di Solo. Kadang-kadang, ada tikus kecil lewat diantara kursi-kursi..hiiiiii. Mungkin bioskop ini untuk mengakomodasi orang asing di Frankfurt dan tidak berbahasa Jerman, jadi kesannya seadanya.Mungkin juga, biar orang-orang yang nggak bisa bahasa Jerman, jadi semangat belajar bahasa Jerman. Maklum,teaterumumnya yang memutar film dengan dubbing bahasa Jerman, relatif bagus dan lapang dan nyaman. Itu pendapatku pribadi ya …

Kalau aku sih, awalnya, terpaksa nonton juga di teater kayak begini..tapi lama.lama, males juga, bayar seharga hampir120 ribu rupiah sekalinonton, teaternya berkualitas rendahseperti itu. Akhirnya aku pasrah nonton film di internet aja, streaming, lebih murah dan nyaman. Aku bisanonton, sambil makan bakso dan selimutan, hahaha. Mending aku beli laptop dengan layar sebesar TV aja, hahaha.

Shopping di Frankfurt

Mungkin ada yang mengira, karena kota Frankfurt penuh gedung menjulang tinggi, pasti pusat perbelanjaannya besar dan mewah. Salah perkiraan itu. Secara umum, orang Jerman tidak terlalu suka shopping seperti halnya orang Asia atau orang China atau orang Amerika. Terlihat dari produk asli buatannya yang terkenal memiliki kualitas tinggi dan awet namun mahal, menyebabkan orang Jermanjarang-jarang berbelanja kecuali sangat membutuhkan. Memang harga barang belum semahal produk Swiss, tapi bagi yang terbiasa berbelanja di Amerika atau Singapura atau di kota Jerman lainnya, kecuali Münich, terasa sekali berbelanja di Frankfurt tidak murah sama sekali.

Mall yang ada di Frankfurt terlihat dari sepanjang Konstablerwache hingga Hauptwache yang letaknya dipusat kota Frankfurt, atau orang menyebutnya Zeil. Namun dari sekian toko yang berderet di jalur perbelanjaan, hanya ada satu mall besar, terdiri dari 5 lantai bernama Zeil, serta dua toko serba ada lainnya seperti Galeria Kaufhof dan Karstadt.

Mau belanja barang bermerk dan mahal? Ada ditemukan di jalan khusus bernama Goethestrasse, bertebaran toko-toko  yang menjual khusus produk Prada, Burberry, Todd, dan lain sebagainya, yang harga tas satu buah bisa mencapai  € 1550. Nah..sudah melotot kan mata? hahaha..emang mahal.

Gimana kalau mau belanja murah? Tunggu aja kalau sudah musim sale. Biasanya musim sale musim panas bulan Juli dan Januari setelahNatal berlalu. Harga diskonnya tearsa bisa sampai 70%, jadi biasanya begitu hari pertama sale, orang kelihatan berjubel di toko-toko untuk cepat cariharga diskon sesuai ukuran, siap cepat dapat. Kadang-kadang orang yang  kalap, main ambil saja, baru belakangan sadar, ternyata celana kekecilan atau kedodoran, karena ngiler lihat harga yang miring untuk produk bermerek.

Tapi memang sih,ramainya nggak sampai calon pembeliantri kemah di depan tokonya kayak Black Day di Amerika. Tapi belakangan, karena ekonomi lagi lesu, beberapa toko kadang melakukan sale beberapa barang dagangannya untuk menarik minat pembeli. Gampang menandai toko yang melakukan diskon harga, karenaditulis dikacanya atau kertas tertempel  dalam bahasa Inggris SALE ab 50% atau ANGEBOT(penawaran khusus) .

Tapi kalau ada yang bertanya apa ada outlet di kota Frankfurt? Tidak. Outlet barang produkharga pabrik dijual di dua tempat di Wertheim Village, kira-kira 2 jam naik mobil dari Frankfurt (walaupun pengelola outlet juga menyediakan bus dari hauptbahnhof atau tempat lainnya yang membawacalon penumpang ke outlet, yang menjual produk-produk bermerk/brand dengan harga relatif miring, dan di Metzingen, Stuttgart, kira-kira juga 3 jam dari Frankfurt. Produk yang terkenal dijual disitu seperti Hugo Boss, dan Braun Buffel. Konon, kalau lagi sale, harga dompet Braun Buffel bisa diobral sampai€ 2 hingga€ 3 saja. Maaf, aku tidak terlalu bisa detil, tapi bisa aja di Google, ketik aja Wertheim Village dan Metzingen, maka ada website dan semua informasi dalam berbagai pilihan bahasa, jadi klik aja bahasa Inggris.

Bagaimana kalau mau beli bahan makanan Asia? Tenang saja..ada beberapa toko Asia (Asia Markt) yang letaknya biasanya tidak jauh dari Hauptbahnhof /stasiun keretadan menjual bahan-bahan makanan , khas Asia, dari indomie berbagai rasa, kecap, sambel, beras, tempe, tahu, kangkung, daun kucai, daun pandan, ikan asin sampai duren, rambutan, mangga, pepaya, singkong.Cuma kalau mau cari daun singkong dan daun pepaya sih nggak ada. Kalau untuk daun pepaya sih kadang bisa pesan ke tokonya,karena harus didatangkan dari Belanda..jauhnya alamak.Tapi, tentu saja harganya dengan euro, jadi jangan membanding-bandingkanlah harga di Indonesia..bisa-bisa batal makan kangkung, terkejut lihat satu ikat kangkung2,60 euro atau sekitar 50 ribu rupiah per ikat..waaaaaaa….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun