Mohon tunggu...
Jeng Mar
Jeng Mar Mohon Tunggu... -

Full-time teacher with an addiction.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Makan Pizzamu Sendiri

14 Agustus 2015   16:31 Diperbarui: 14 Agustus 2015   18:08 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya seorang guru dan ya, saya mengerti manfaat teknologi dalam proses belajar-mengajar. Dalam beberapa kegiatan saya juga menggunakan bantuan internet untuk memudahkan aktivitas kok. Hanya saja dengan kemudahan tersebut, anak-anak muda yang saya temani jam belajarnya ini berubah menjadi anak-anak yang maunya cepat, tidak termotivasi untuk mencari tahu sendiri dan pinginnya orang lain yang 'bekerja' untuknya. Tentu saja ini menggelitik pikiran saya untuk mencari cara bagaimana agar anak-anak ini mau berusaha dan agar apa yang didapatnya itu menteap lama diingatannya.

Sering terjadi dalam kasus saya, anak menanyakan kata lampau atau arti sebuah kata dan inginnya saya memberikan jawab supaya mereka bisa cepat menyelesaikan tugasnya. Nah, masalahnya, biasanya murid yang sama akan menanyakan hal yang sama di lain waktu seolah tidak pernah mempelajarinya sebelumnya. Tentu sebagai orang yang ingin muridnya tambah pintar, saya tak rela ingatan mereka sebatas mengucap, "I forget," dan "I don't know" ketika ibu gurunya ini mengulang pelajaran untuk mengecek apakah mereka sudah mengerti apa belum materi tersebut.

Akhirnya setelah merenungkan cara efektif untuk menanggulangi hal ini selama beberapa hari,saya mendapat ide yang sampai saat ini sering berhasil.

Kelas saya berjalan dalam Bahasa Inggris. Karena ada juga anak-anak yang bersekolah di sekoah yang tidak berbahasa Inggris, maka adakalanya mereka terkendala pada kosakata. Pertanyaan yang sering mereka lontarkan adalah sebagai berikut, "Miss, what is the Past Participle of 'think'? 'Thought,' right?" (Menanyakan kata lampau sebuah kata kerja). Atau, "Miss, what is the meaning of ... (lalu menyebutkan sebuah kata)?"

Saya bukannya pelit atau tidak mau memberitahu jawabannya, tetapi mereka telah dibekali dengan skill menggunakan kamus dan pengetahuan tentang adanya daftar kata (bahkan apabila kata yang dicari tidak terdapat di daftar tersebut maka apa artinya). Sehingga saat mereka dengan entengnya menuntut jawaban,maka sebagai guru saya juga merasa berhak untuk menuntut mereka bertanggungjawab atas apa yang telah kami ajarkan. Saya ingin mereka mengerti bahwa pembelajaran tidak melulu kata-kata yang diucapkan guru, tetapi yang juga mereka lakukan dalam tindak-tanduk sehari-hari.

Akhirnya saya ingat cara Ibu saya dulu menghajar saya belajar Bahasa Inggris (sekalipun Ibu bukanlah guru Bahasa Inggris ataupun pakar pendidikan). Dulu ibu saya menyarankan agar setiap hari menghafalkan dua atau tiga set pola kata dalam susunan simple-past-past participle yang ada di salah satu bagian kamus. Saya dulu membaca bukan dari kamus tetapi dari buku cetak siswa dari sekolah.

Maka inilah yang terjadi di kelas saya pada suatu hari. (Karena kelas saya berbahasa Inggris, percakapan akan saya tulis dalam bahasa tersebut. Tenang, nanti saya terjemahkan. Hihihi. Biar berasa telenovela Amerika Latin).

Murid (M): "Miss, what is the Past Participle of 'think'? 'Thought,' right?"

Teacher (T): "Have you checked the dictionary?"

M: "Aaw..Miss, please!! I am too lazy to do it!"

T: "Really?? Then I am too lazy to tell you."

Murid saya tersenyum antara jengkel dan gemes sama saya karena saya menirukan gayanya berbicara. Akhirnya saya menyetopnya membaca kamus dan saya ajak dia berbicara.

T: "Here's the deal, son. If you were hungry and there was a piece of pizza here, would you like me to eat it for you so you are not hungry anymore, or would you eat the pizza yourself?"

M: "I'd eat the pizza myself, of course!'

T: " Right! This is the same thing. You were hungry, meaning you needed to know the Past Participle of the word 'think' and there was this pizza (tangan saya menunjuk kamus) yet you wanted me to chew the pizza for you. Easily telling you if your guess was right or wrong. I can't believe it."

M: "What??" Tampang murid saya bingung karena ngga ngeh sama maksud saya.

T: "What I mean was, long time ago, I ate my own pizza. I read the dictionary every single day, memorizing two or three sets of words. And now you're hungry but you don't want to 'eat' your own pizza!! Is it, like, you want a piece of what I've eaten? I chewed it and you want me to hand it to you??"

M: "Ew. No."

M: "I'll eat my own pizza. I love pizza."

Nah, akhirnya semenjak hari itu, saya selalu menggunakan cerita ini dan selalu berhasil. They love pizza. And i changed my mind. I am not going to translate this story.

 

Love,

 

Jeng Mar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun