Mohon tunggu...
Wiranto
Wiranto Mohon Tunggu... Guru - Wiranto adalah Guru di SMAN 1 Wonosegoro, Boyolali, Jawa Tengah. Penulis pernah menjadi Pengajar Praktik PGP Angkatan 4. Kini sedang menjadi Fasilitator PGP Angkatan 13. Penulis pernah mengikuti Program Short Course ke University of Southern Queensland, Toowoomba, Australia. Pemenang dan finalis beberapa lomba tingkat nasional, serta menulis beberapa artikel di surat kabar.

Hobi membaca dan menulis terutama cerita anak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyemai Pendidikan Kritis dengan Pemanfaatan Sampah

20 Maret 2019   14:05 Diperbarui: 20 Maret 2019   14:27 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh karenanya, butuh kesediaan dan keikhlasan guru untuk membebaskan anak didik. Guru mesti rela memperkaya dirinya dengan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan. Mereka harus terus belajar dan tidak merasa puas dengan apa adanya diri mereka saat ini. Lantas, ikhtiar macam apa yang bisa dilakukan? 

Pertama, bersikap kritis dalam mencermati setiap fenomena kehidupan. Kemampuan kritis transitif haruslah dimulai dari diri guru. Mereka yang  tidak memiliki kemampuan ini mustahil dapat menularkannya kepada anak didik.

Kedua, menjadi guru yang merdeka. Baik dalam perpikir, mengajar, maupun dalam menyampaikan gagasan. Guru yang mudah ditekan, mudah takluk oleh intimidasi, dan lembek dalam menentukan keputusan bukanlah orang yang tepat untuk mengemban tugas mulia ini. 

Ketiga, mampu mengenali anak dan lingkungannya dengan baik. Pemahaman yang baik terhadap anak dan juga lingkungannya akan sangat membantu guru dalam mengembangkan daya kritis anak guna memahami kehidupannya.

Berkarya dengan barang bekas sampah bisa melatih anak didik berdialog secara kritis dengan persoalan-persoalan kehidupan, bukan untuk menjadi Burung Beo pembebek. Berkembang pula kemampuan mereka dalam menganalisis, menafsirkan, dan membuat hubungan-hubungan yang memunculkan pandangan mendalam, kritis dan solutif atas sebuah persoalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun