Mohon tunggu...
Bude Binda
Bude Binda Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Langkah kecil kita mengubah dunia. Berpuisi di Http://jendelakatatiti.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Mawar

7 Januari 2013   13:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:24 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Bude Binda

Rumah mungil,  berhalaman luas. Itu mimpiku dulu. Bahkan dengan jelas kulukis detil rumahku, bercat putih, dengan halaman berumput hijau, ada bunga alamanda kuning di taman. Di pagari tanaman teh-tehan. Oh rimbun dan hijaunya.

Akhirnya saat ku dewasa terwujud juga sebagian mimpiku, walau tak sama persis. Rumah mungil bercat biru. Halaman tak seberapa luas, lumayan ditanami rumput hijau. Bunga mawar merah, putih, kuning, merah jambu menghias pekarangan. Ada juga jambu yang tengah berbuah. Pohon duku, mangga, dan rambutan kutanam. Bahkan pepaya dan cabe. Sementara yang rimbun menyemak di sudut kemangi.

Kalau aku perlu lalapan tinggal petik di halaman. Makan berlauk tempe goreng dan sambal terasi pun nikmat ditambah lalap ketimun dan kemangi memetik sendiri.

Kemangi ini bibitnya dari halaman rumah Paman Darpo. Pamanku sepupu ayah yang dulu guru matematikaku SMP. Beberapa tanaman ini kenangan dari rumah teman atau saudara yang pernah kubertandang ke tempat mereka. Ada pohon berduri dapat dari Pak Setyo, bunga Lili dari Pak Adi. Mawar putih mengambil dari halaman sekolah tempatku mengajar. Menjadi lebih berkesan karena saat  memandang teringatlah asal mereka.

Rumah mungilku, yang kecil berkamar dua. Cukuplah untuk hidup damai dan tenang suami istri. Bercengkerama, berdiskusi, bermesra, sekali-kali bertengkar.

Pemandangan ke arah sungai Serayu  membuat rumahku istimewa. Dari samping  rumah sungai nampak di kejauhan. Airnya mengalir tenang. Lamban seperti malas, kecuali kalau turun huja deras. Air akan mengalir cepat dan suaranya terdengar bergemuruh.

Kami, aku dan suamiku memilih rumah ini karena letaknya yang agak di luar kota, namun tetap dekat dengan pusat kota kecilku. Ke rumah sakit sekitar  300 meter, ke alun-alun 1 kilo meter. Bahkan ke perpusda tempat favoritku hanya  15 menit waktu tempuhnya dengan kendaraan bermotor.

Rumahku kuberi julukan rumah mawar. Pagarnya hitam bercorak mawar merah. Ditanami mawar warna-warni. Mawar bunga kesukaanku. Tentu selain alamanda, anggrek, melati dan banyak  lagi. Aku suka bunga. Romantis kan  rumah mawar?

Bude Binda

Banjarnegara, Senin 7 Desember 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun