Oleh Bude Binda
Hari Senin minggu lalu saya dan teman-teman kerja serombongan pergi ke RS Margono Sukaryo untuk bezuk Bapaknya Bu Risa yang dirawat di sana. Kami sampai di Purwakerta pukul 15.00 WIB. Masuk lewat pintu depan, tanya sana-sini mana ruang ICU. Ditunjukkan ke lorong arah ICU oleh coas yang baik hati.
Sampai di depan ruang ICU Bu Risa sudah menanti kami. Namun ruang ICU kordennya tutup hingga kami tak bisa mengintip dari jendela seperti apa kondisi Pak Supri yang masih belum sadar sejak jatuh dan dioperasi. Pak Supri menurut penuturan Bu Risa, jatuh dari sepeda motor yang diboncenginya karena terkena serangan darah tinggi (hipertensi) hingga kepalanya pusing. Serangan darah tinggi ditambah kepalanya jatuh membentur aspal menyebabkan pembuluh darah pecah dan oleh dokter diberi tindakan operasi. Namun sejak operasi Satu sampai kami menengok Senin atau sudah tiga hari beliau belum juga sadar.
Setelah beberapa saat kami pun berpamitan bersalaman dengan Ibunya Bu Risa, adik, dan Bu Risa. Kami pun membisikkan kata-kata untuk sabar dan tabah.
Waktu ashar sudah tiba, sebelum kembali naik mikrobus, kami pergi ke mushola RS untuk menunaikan sholat.
Setelah kembali ke mikrobus, "Lapar nih, beli soto atau ayam bakar?". "Soto saja hangat di hujan-hujan begini". Sepakatlah untuk beli soto di Sokaraja. Dari RS Margono ke Sokaraja hanya beberapa menit saja. RS ini memang letaknya di pinggir kota. Jika dari arah Purbalingga baru masuk kota Purwakerta.
Di Sokaraja bus berhenti di depan Soto Kecik. Soto Kecik ini terkenal selain Raja Soto Lama. Bahkan letaknya bersebelahan dengan Raja Soto Lama Pak Suradi. Kami pun masuk ke warung, pesan soto dan minuman. Di meja saya berempat pesan jeruk hangat semua.
Perut sudah keroncongan (sedikit ngejazz nih iramanya he he), di meja ada sepiring mendoan kami sikat, walau dingin. Padahal kalau mendoan hangat pasti lebih enak. Datang juga mangkok sotonya yang asapnya masih mengepul. Hemmm.......dingin-dingin karena turun hujan menyantap semangkuk soto yang gurih dengan bumbu pekat warna kuning kunyit, ditambah sambal kacang kuah sotopun jadi kental walau tanpa santan. Rasanya memang enak, gurih, pedas, ada rasa manisnya. Soto ini terdiri irisan ketupat, kecambah/taoge pendek, daging sapi, dan kerupuk aci warna-warni.
Suara-suara obrolan yang riuh, menjadi hening karena kami menikmati suap demi suap soto. Perut jadi hangat dan kenyang. Minumnya juga hangat dan sedikit kecut wedang jeruk tanpa es.
Begitulah, ke luar dari warung soto, kami menyerbu warung sebelah yang berjualan getuk sokaraja. Getuk asli Haji Tohirin. Toko getuk goreng dengan gula jawa ini jadi penuh. Kami sibuk memilih oleh-oleh khas Banyumas. Getuk yang 1 kg Rp21.000,00. Ada pula kripik tempe satu bungkus Rp10.000,00. Sale pisang asap 1 bungkus kecil isi 10 Rp11.000,00. Saya beli oleh-oleh tak sampai lima puluh ribu. Dapat satu tas plastik......
Sotonya satu mangkuk Rp10.000,00. Silakan teman-teman yang pergi ke Purwakerta, atau Purbalingga mampirlah ke Sokaraja. Anda bisa makan soto sokaraja, beli getuk goreng, boleh juga beli lukisan khas Sokaraja yang harganya terjangkau. Masih ada galeri HF yang memajang lukisan-lukisan seniman Sokaraja. Mau batik Sokaraja juga ada. Batik Sokaraja batik khas Banyumas dengan warna dan motif yang khas.
Kalau di Purwakerta ingin beli oleh-oleh pusatnya di Sawangan. Di sana berderet toko/kios oleh-oleh dengan dagangan tempe mendoan, tepung mendoan, jenang jaket, kripik tempe, nopia.
Salam.
BUDE BINDA
Minggu, 6 Mei 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H