Oleh Bude Binda
Senin 29 Agustus sekaligus Ramadhan tanggal 29, ibu-ibu sudah sibuk memasak ketupat. Saya ke warung, belanja sayur. Di warung Mbak Nani, masih saudara ramailah kami membicarakan Lebaran. "Lebarannya besok kan?". "Tadi di TV kata pengurus MUI Lebaran Rabu". "Rabu, ketupat sudah direbus...!". "Wah kalau sampai Rabu daging sapinya habis dong". Begitulah berbagai tanggapan tentang lebaran.
"Baru kali ini ya Lebaran kok ditunda". "Yah, nanti tunggu saja pengumuman pemerintah di TV". Saya sendiri dengar selentingan Lebaran Rabu, sedikit kecewa. Dari awal puasa tahunya Lebaran Selasa. Untung juga hari Rabu karena kalau Selasa belum siap, rumah masih berantakan belum rapi, baju tuk ke lapangan juga belum disetrika.
Seusai Maghrib, setelah kami berbuka, sholat Maghrib, semua mata menatap layar televisi di saluran yang menyiarkan sidang isbat secara langsung. Sidangnya lama dan menurutku agak berbelit, masing-masing peserta mengemukakan argumennya. Dari pengamatan sih lebih banyak yang milih Rabu, yang sepakat hari Selasa hanya dari Muhammadiyah, yang minta izin pada Menteri Agama untuk merayakan Idul Fitri pada hari Selasa.
Sementara sidang isbat masih berjalan, beduk Isya terdengar. Usai sholat Isya, ada sudah membaca takbir melalului pengeras suara di masjid. Kami pun bertanya-tanya, kok belum ada keputusan pemerintah sudah takbir? Desaku mayoritas mengikuti lebaran versi pemerintah, jika ada dua versi lebaran.Kalau ada yang ikut hari Selasa, biasanya pengikut Muhammadiyah ya sholatnya di alun-alun Banjarnegara.
Takbiran yang dilakukan anak-anak di masjid masih berkumandang, ketika menteri agama memutuskan bahwa hari raya Idul Fitri jatuh pada Rabu, 31 Agustus 2011. Takbir di masjid, pet....tiba-tiba berhenti. Tampaknya takmir masjid menghentikannya.
Jelaslah sekarang lebaran tertunda jadi Rabu. Keraguan sejak pagi terjawab sudah. Selasa masih ada yang berpuasa, namun beberapa sudah tak berpuasa walau sholat idnya hari Rabu. Saya pernah dengar dari kakek jika ada yang sudah bertakbir dan melakukan sholat id, puasa kita hentikan. Wallohu alam bi sawab.
Selasa usai Maghrib, takbir pun terdengar mengalun dari masjid, beduk bertalu-talu berbunyi, namun karena kemarin juga sempat sudah ada takbir kok jadi rasanya lain ya? Tak seperti kalau hari rayanya sama, rasanya lebih sahdu dan mengharukan.
Tidak ada takbir keliling, walau ibu-ibu sudah menyetorkan ketupat dengan tempe dan tahu goreng. Rupanya panitia tidak siap, yah ketupat disantap anak-anak yang takbiran di masjid.
Suara takbiran ditingkah bunyi mercon yang kadang bikin kaget. Mercon model sekarang selain bunyinya yang memekakkan telinga, juga bisa dilihat karena setelah meledak akan muncul kembang api di langit yang berwarna-warni. Merah, kuning keemasan, berpadu dengan indah, menghias langit malam. Mercon bersahut-sahutan, dari arah utara, barat dan selatan.
Akhirnya pagi harinya lebaran benar-benar tiba. Baju baru dikenakan, halaman dibersihkan, penganan disiapkan di meja. Kami berduyun-duyun ke lapangan untuk sholat Id.
Usai sholat Id, kami pun melakukan tradisi sungkeman. Emak dan bapak duduk di kursi berdampingan, kami sungkem urut dari suamiku, aku, adik dan seterusnya. Seusai sungkeman kami berfoto-foto dulu, mumpung sedang kumpul. Adikku tiga, yang satu di Yogya, satu di Ciamis, dan paling kecil masih serumah  dengan emak dan bapak. Semua sudah menikah.
Acara dilanjutkan berkunjung ke rumah saudara-saudara. Kami jalan kaki saja ramai-ramai. Sungkeman, minum dan makan hidangan lebaran, ketemu saudara yang sedang mudik ke desa....baju baru, sandal baru, makanan enak, hati yang senang. Duh lebaran memang berkesan. Setahun sekali, dan mengulangnya masih menunggu tahun depan. Semoga tahun depan lebaran bisa bersamaan, hingga lebih ramai dan kompak!
Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1432 H Mohon maaf lahir batin.
BUDE BINDA
Banjarnegara, 4 Agustus 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H