Pilkada Bupati Banjarnegara telah terlaksana Minggu 24 Juli 2011 lalu. Terlepas dari kekurangan di sana-sini, pemilihan berjalan lancar tanpa kendala berarti. Hasil pemilihan telah ditetapkan KPU dengan peraih suara tertinggi pasangan Sutejo Slamet Utomo dan Hadi Supeno. Besar suara 39%.
Rakyat Banjarnegara punya harapan yang tinggi terhadap pasangan bupati dan wakil bupati periode 2011-2016. Banjarnegara yang baru terentas dari kabupaten miskin di Jawa Tengah, punya segudang potensi. Tinggal mau dan mampukan pemimpin baru ini menggali potensi menjadi kekuatan riil daerah Banjarnegara sehingga meningkatkan kesejahteraan rakyat Banjarnegara.
Barangkali usul pertama untuk langkah seorang pemimpin baru merangkul semua calon. Tiga pasangan calon lain pun pemimpin di bidangnya masing-masing. Mereka juga potensial untuk diajak bekerja sama membangun Banjarnegara.Lupakan persaingan dan "permusuhan" saat berkompetisi untuk menuju R1D dan R2D (nomor mobil dinas bupati dan wakil Banjarnegara). Kini semua adalah mitra untuk bersama-sama membangun Banjarnegara.
Tidak lupa pula merangkul bupati dan wakil bupati periode 2006-2011 Bapak Jasri dan Bapak Suharjo. Mereka punya program yang perlu dilanjutkan atau yang bahkan belum terealisasi, sehingga terjadi kesinambungan.
Potensi Banjarnegara antara lain di bidang pertanian. Sentra salak di Madukara, Sigaluh, Pagentan. Sentra durian di Sigaluh, sentra pisang dan kelapa di beberapa kecamatan. Juga sentra industri gula kelapa di Susukan dan Rakit. Perikanan air tawar di Purwanegara, Mandiraja. Dan komoditas lain yang masih bisa dikembangkan.
Barangkali tugas pemerintah memfasilitasi dan memudahkan petani dalam meningkatkan dan memasarkan ahsil pertaniannya dengan mengaktifkan dan mengoptimalkan Petugas Pertanian Lapanngan (PPL). Memudahkan petani saat membutuhkan pupuk bersubsidi, membimbing petani khususnya salak pondoh yang ingin disertifikasi salaknya sehingga dapat dieksport seperti yang sudah dilaksanankan petani di Gunung Giana Madukara.
Potensi wisata, membangun infrastruktur jalan yang mulus untuk menuju tempat wisata. Dieng Kulon/Batur yang telah mendunia perlu ditingkatkan wisatawan domestik maupun asing sehingga memberi kontribusi PAD. Demikian juga akses dari arah Banjarnegara (Karangkobar, Pejawaran, Batur) jalan dibuat lebih nyaman sehingga turis tidak selalu lewat Wonosobo, sehingga hotel dan rumah makan di Banjarnegara ikut mendapat pemasukan.
Tempat wisata juga diperhatikan kebersihannya dan fasilitasnya. Konon turis membutuhkan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) di Batur/Dieng.
Perhatikan pula tempat wisata lain yang potensial menjadi tempat kunjungan yang menarik. Taman Rekreasi Seruling Mas, Curug Pitu di Kemiri Sigaluh, Wisata Batik di Gumelem Susukan, Wisata Keramik di Klampok, dan tempat-tempat lain.
Makanan khas Banjarnegara memilik dawet ayu yang bahkan menjadi ikon minuman Banjarnegara yang telah menasional. Ada pula buntil, manisan Carica, keripik kentang, soto Krandegan (soto bersantan), keripik salak, combro kering, dan lain-lain. Wisatawan  yang datang ke Banjarnegara dapat berwisata kuliner dengan rumah makan yang bertabur di sepanjang jalan raya dari Tunggoro dibatas dengan kabupaten Wonososbo memanjang hingga Klampok berbatasan dengan kabupaten Purbalingga. Hanya sayang belum ada rumah makan khusus yang menyediakan makanan dan minuman khas Banjarnegara (buntil, soto, dawet ayu) yang buka hingga malam hari, sehingga wisatawan yang datang malam pun bisa menikmati dawet ayu di malam hari. Potensi yang belum digarap.
Di bidang pendidikan Banjarnegara telah memiliki Poli Teknik di Kenteng. Pendidikan dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, SMK yang menyebar ke hampir semua kecamatan. Tinggal bagaimana supaya guru penyebarannya merata, dan peningkatan mutu hingga senjang antara sekolah di kota dengan sekolah di desa/pinggiran tidak terlalu jauh. Perlu dilakukan langkah-langkah strategis hingga siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan dasar (SD-SMP) bisa lebih tinggi lagi partisipasinya atau bahkan 100%. Mengingat  membangun suatu daerah artinya membangun manusianya. Pendidikan investasi untuk masa depan. Syukur jika pemerintah kabupaten mau menambah dana untuk sekolah selain BOS dari pusat, pendidikan gratis benar-benar bisa terlaksana tanpa tambahan pungutan apa pun. Semoga bisa menjadi kenyataan.
Tak kalah penting   dari program-program di atas adalah mencegah kebocoran dana baik dari pusat (APBN) mau pun daerah (APBD) mau pun dana lain. Jika Banjarnegara bisa bebas dari korupsi, suap, dan nepotisme alangkah indah dan salutnya semua rakyat! Harapan paling diinginkan seluruh masyarakat, bukan rahasia lagi pemilihan langsung yang membutuhkan banyak biaya membuat mata masyarakat akan langsung menyorot dengan tajam, jujurkah kelak bupati dan wakil bupati baru?
Semoga menjadi perhatian dan komitmen.
Rakyat kecil punya keinginan dan kebutuhan sederhana yaitu dapat mencari nafkah dengan aman, jalan-jalan aspal mulus hingga ke pelosok desa/gunung, membuat KTP/KK mudah dan murah, jika sakit berobat di PUSKESMAS murah bahkan jika bisa gratis, dan mudah pula mendapat layanan bagi pemegang kartu Jamkesmas. Jika ingin menyekolahkan anaknya murah.
Rakyat juga ingin disapa pemimpinnya, alangkah baiknya kelak bapak bupati dan wakil rajin anjangsana/silaturahim ke desa-desa. Sehingga semua masalah rakyat dapat dilihat dan dirasakan secara langsung untuk dicarikan solusinya.
Demikian harapan dari saya, salah seorang rakyat warga Banjarnegara.
BUDE BINDA
Banjarnegara, Jumat 5 Agustus 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H