Ranjang didorong lagi ke kamar. Barulah aku sadar sepenuhnya. Tadi dokter bilang kalau sudah tidak pusing boleh minum dan makan. "Mas aku sudah tidak pusing, minum". Suami mengambilkan air mineral dengan sedotannya. "Kutinggal sholat Jumat dulu ya?" "Ya". Aku ditinggal sendiri di kamar.
Seusai sholat Jumat di masjid RS, suami menyuapiku makan siang. Duh puasa sejak tadi malam membuat perutku sangat lapar. Ternyata operasi tadi memasang pen sepanjang 20 cm dengan 6 mur di lenganku, jadi seperti Bionic Women....tanganku ada besinya!
Pasca operasi malamnya aku bisa tidur nyenyak. Keadaan di kamar juga lebih nyaman, tidur beralas kasur, dan ranjang bisa dinaik turunkan. Begitu juga kalau lelah tidur ranjang bisa disetel untuk posisi duduk.
Selesai operasi teman-teman guru rupanya baru tahu kalau aku jatuh, beberapa menelpon, terkejut. "Nggak apa-apa kok Bu, saya sehat, yang sakit cuma tangannya!".
Hari Sabtu teman-teman datang menengok. Bahkan pengurus komite datang semua 3 orang. Begitu juga Mbok Ali penjual nasi di waung sekolah langgananku, Mas Pur pekerja bagian kebersihan.
Rombongan kedua teman-teman lebih banyak lagi yang datang, termasuk Ibu Khawa istri Pak KS. "Bu Tuti yang sabar ya? Tapi Bu Tuti sabar banget". Bu Kus datang membawa pesananku bedak Pigeon yang ada cerminnya dan 2 celana dalam. Maklum sejak masuk rumah sakit Kamis sore sampai Sabtu saya belum bedakan dan bercermin. Teman-teman bercanda dan berdoa supaya aku cepat sembuh. Pak Waridi di akhir kunjungannya berpesan "Bu walau sakit hatinya tetap tenang dan bahagia ya". "Ya Pak, terima kasih sudah berbagi kebahagiaan". Mereka berpamitan setelah mendengar cerita  kronologi kejadiannya dan menghiburku. Mereka semua membantu dengan mengangsurkan amplop. Terima kasih teman-teman telah mendukung dengan kehadiran, perhatian, dan doa.
Hari Jumat kemarin Bu Tri dengan Pak Nasir suaminya juga datang menengok sambil membawa uang yang kupinjam untuk biaya RS.
Kupakai bedak yang dibawakan, susah juga berbedak dengan satu tangan. Mas Imam yang membedaki wajahku. Perawat yang masuk saat Mas membedaki berkomentar "Wah Ibu mesra terus dengan Bapak, Bapak nunggu terus ya Bu". "Iyalah Mbak, kan suami terbaik, dan perawat pribadi teladan". Suamiku sangat telaten merawatku, menyeka, memandikan setelah bisa mandi, menuntun kalau ke belakang bahkan sampai menceboki karena belum bisa kulakukan sendiri. Saat makan menyuapi, mengupas apel dan pir, menyisir rambutku .....duh aku tidak salah pilih dan puji syukur punya suami yang sebaik dia.
Akhirnya hari Minggu usai sholat Dhuhur aku bisa pulang. Datang tiga adik sepupuku. Mbak Rini dengan Mas Herman suaminya paginya, siangnya Aning dan Mbak Win masing-masing dengan suami juga Iyas anak Aning. Mereka membawa makanan dan buah.
Setelah administrasi beres, biaya dibayar dan beberapa advis seperti banyak makan, makan asupan yang tinggi protein, tidak berpantang dan jangan untuk mengangkat yang berat-berat tangannya, kami pun pulang. Alhamdulillah rasanya lega bisa kembali ke rumah. Tinggal fase pemulihan. Semoga tanganku bisa kembali seperti sedia kala.
Aku selalu bersyukur bahwa kecelakaan yang menimpaku tidak parah. Aku bersyukur keluarga, suami, teman-teman semua mendukung, penuh perhatian. Cinta dari mereka menyembuhkanku dengan izin Allah SWT.