Minggu pagi, bangun subuh dan sibuk masak nasi, mendidihkan air. Masih kusambi dengan menyapu halaman, jalan depan rumah, jalan samping rumah yang lumayan panjang. Samping rumah banyak daun-daun berjatuhan dari pohon pepaya dan jambu biji yang tumbuh di pekarangan.
Selesai menyapu, ganti setrika kupasang. Sambil menunggu nasi tanak kusetrika baju-baju bersih yang menumpuk sampai menggunung saking banyaknya.
Akhirnya pagi mulai beranjak matahari mulai menyinarkan panasnya, aku ke rumah kakek minta kelapa. Mumpung Minggu masak sayur yang bersantan walau belum punya rencana masak sayur apa.
Keluar dari rumah kakek, ada penjual sayur keliling di depan rumah tetangga dikerumuni ibu-ibu yang sibuk memilih sayur. Saya pun ikut memilih. Pilihan jatuh ke lompong atau daun keladi muda, tempe, tahu.
Di rumah saya siapkan bumbu-bumbu sayur lompong. Bawang putih, sedikit kencur, cabe rawit, dan ketumbar dihaluskan dengan garam di cobek. Bawang merah diiris. Kelapa diparut atau diblender diperas santannya. Daun dan batang keladi dicuci bersih dan dipotong-potong atau kalau yang kecil dibiarkan utuh juga nggak apa-apa.
Siapkan wajan di atas kompor, tuangi minyak. Masukkan irisan bawang merah goreng sampai berbau gurih, masukkan bumbu halus, ditambah ebi atau udang rebon dan daun salam. Setelah bumbu berbau harum, tuang santan, tambahkan gula merah, rasakan bumbunya jika sudah pas tunggu hingga santan mendidih. Setelah mendidih masukkan lompong jangan dibolak-balik, biarkan saja sampai matang agar tidak gatal.
Nah jika lompong atau keladi mulai layu, angkat wajan dan matikan api kompor. Sayur lompong yang enak siap dimakan dengan nasih hangat, tempe dan tahu goreng ditambah sambal terasi.....mertua lewat lupa nggak menyapa saking enaknya!
Banjarnegara, Minggu 10 Januari 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H