Mohon tunggu...
Bude Binda
Bude Binda Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Langkah kecil kita mengubah dunia. Berpuisi di Http://jendelakatatiti.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Reuni

11 April 2011   20:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:54 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya saat yang dinanti-nanti tiba. Selasa 29 Maret. Sejak pagi hatiku sudah harap-harap cemas menanti siang. Akhirnya pukul 13.00 saya janji dengan teman-teman mau datang pukul 13.30. Acara pertemuan paguyuban kutinggalkan setelah ijin pada ibu ketua dan bapak kepala sekolah. Kukemasi laptop  ke tas. Berkemas, lalu meninggalkan ruang pertemuan kuajak Mas Warjo unjuk mengantarku ke kota.

Benar saja perjalanan lancar dan setengah jam kemudian aku sudah sampai di muka toko Santi temanku.

Aku turun dari boncengan Mega Pro Mas Warjo, mengucapkan terima kasih dan turun serta melepas helm dan menyerahkan pada Mas Warjo. Dengan tenang aku berjalan menyalami teman yang sudah datang.

Hanya itu, aku segera duduk di bangku teras rumah Intan yang ada di sebelah toko Santi. Duduk di sampingku Sidi  yang mengajakku ngobrol dan bertukar nomor telepon. Beberapa teman datang, jerit pekik girang bersahut-sahutan. Aku banyak yang pangling, sementara  mereka jarang yang pangling padaku. Menebak tepat namaku, bersalaman, berciuman yang sesama perempuan dan bersalaman dengan laki-laki.

Bambang, Waris, Choirin, Elly, Murdiani, Saefi, Cinto.....ah banyak lagi. Beberapa mobil datang lagi.

Tawa, canda begitu heboh. Akhirnya setelah terkumpul, kami pun berangkat kondangan ke rumah Jarwo di gunung selatan kota. Aku ikut naik mobil Yoyon yang jadi polisi. Di mobil canda, tawa, gosip tentang teman-teman bersliweran.

Hujan turun saat kami sampai, aku yang selalu  bawa payung memayungi tubuhku.

Aku sibuk cerita dengan Cinto yang ada di sampingku, tak lama, Ita memanggilku untuk duduk dengannya. "Tut, kamu ngajar di mana?". Kami pun terlibat obrolan tentang kerja, kuliah, anak, suami. Tak lama kemudian teman lain memanggilku mengajak bergabung, aku pindah ke meja Tri Bakti dan Puji. Cerita lagi tentang pohon jambu yang dulu tumbuh di samping rumah dan biasa dipanjat teman-teman saat main ke rumahku.

Setelah lama kami ngobrol menuntaskan rindu, hujan mereda kami pun berpamitan.

Aku segera berjalan lebih cepat menyusul Amanah dan  berbincang dengannya.

Reuni yang indah sekaligus menyenangkan. Entah kapan lagi kami bisa berkumpul. Semoga di Idul Fitri    mendatang kami bisa kumpul lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun