Menjelang akhir tahun 2014 masih diberi kesempatan menonton wayang orang legendaris dari kota Solo yaitu wayang orang Sriwedari. Ini adalah kesempatan kedua berpentas di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Untuk tahun sebelumnya (2013) perkumpulan wayang orang Sriwedari ini sempat manggung di Gedung Kesenian Jakarta. Dengan formasi pemain dan pendukung acara yang hampir sama dengan tahun sebelumnya, patut diberi penghargaan dua jempol untuk pertunjukan ini. Luar biasa....
Setahu penulis judul yang betul adalah Petruk Dadi Ratu ( Petruk Menjadi Raja ), Kalaupun judul pementasan diganti dengan Petruk Dadi Guru ( Petruk Menjadi Guru) mungkin kelompok WO Sriwedari ini ingin menampilkan sebuah parodi dalam bentuk wayang orang. Tetapi setelah membaca sinopsisnya ternyata ada sebuah pesan yang disampaikan kepada kalayak, bahwa mengambil lakon Petruk Dadi Guru adalah sebagai cermin yang masih relevan didalam tatanan bernegara ini.
Cerita yang diambil "Petruk Dadi Ratu" sangat pas ditampilkan di minggu minggu ini, karena pada 25 November merupakan Hari Guru. Ini menunjukan bahwa para pecinta wayang telah memberikan penghargaan yang tinggi kepada guru yang telah memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, demikian seperti cuplikan yang diambil dari sambutan Pak Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Bapak Anies Baswedan.
Kehadiran beliau bersama keluarga tanpa protokoler dan jauh dari pencitraan memberikan suasana dalam gedung tetap seperti biasa. Penulis yang duduk dua baris di belakang beliau sedikit menyayangkan, karena Pak Anies, sebelum pertunjukan selesai sudah meninggalkan tempat. Mungkin ada panggilan tugas yang lebih penting walaupun malam Minggu. dan penulis juga melihat sang anak sudah mengantuk.
Mudah-mudahan walaupun pak Menteri tidak menonton sampai selesai, penulis berharap beliau sudah tahu maksud cerita yang dipentaskan. Karena pada akhir cerita tokoh sang Semar banyak memberikan wejangan-wejangan kepada para Dewa ( dalam hal pemimpim) dan rakyat jelata ( Petruk, Gareng, Bagong) janganlah merusak tatanan di alam semesta ini dan jangan suka "gege mongso". Meskipun cerita lakon wayang adalah cerita dari budaya masa lampau, akan tetapi pesan-pesannya masih pas dan relevan jika ditrapkan di jaman sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H