Mohon tunggu...
Kris Budiharjo
Kris Budiharjo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Jemparingan Mataraman gaya Keraton dan gaya Pakualaman Jogja

Pegiat Jemparingan Mataraman gaya Kraton Yogyakarta & gaya Pakualaman, website: KrisAmbar.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beda Jemparingan MATARAM dg MATARAMan (1. Bandul)

25 Desember 2022   12:47 Diperbarui: 25 Maret 2023   16:23 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/kamus-dan-leksikon/794-bausastra-jawa-poerwadarminta-1939-75-bagian-14-l

Jemparingan adalah permainan panahan-tradisional yang berasal dari Kraton Yogyakarta. Permainan ini tercatat sudah ada sejak tahun 1757 M, dan merupakan salahsatu mata pelajaran di Sekolah Tamanan, yg lokasinya ada di dalam kompleks kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. 

Jemparingan yang masyarakat kenal sekarang - untuk memudahkan penyebutannya, saya pakai istilah jemparingan Mataraman MODERN - walaupun 'akarnya' dari kraton, tapi sebenarnya BUKAN berasal dari kraton Yogyakarta seperti banyak ditulis di artikel-artikel online atau sosial media.

'BUKTI' yang mau kita bahas kali ini adalah : BANDUL jemparingan

1. Penamaan :

  • Target sasaran jemparingan MATARAM di Kraton Yogyakarta namanya : wong-wongan
  • Menurut Bausastra (kamus bahasa jawa) : lesan, atau wong-wongan
  • di Jemparingan MATARAMAN / jemparingan Modern (luar kraton) : bandul

    Catatan :
    Di dalam kraton Yogyakarta TIDAK DIKENAL istilah 'bandul jemparingan'.
    Saya pribadi beberapa-kali mendapat pertanyaan dari para abdi-dalem kraton yang menjadi pelatih & pengurus Paguyuban jemparingan Mataraman GANDHEWA MATARAM, karaton Ngayogyakarta Hadiningrat : ''dek Kris, bandul itu apa?'' - "koq ada tulisan di flyer : Jemparingan Bandul N***. Bandul itu apa?" - dll.

    Selama saya belajar di kraton Yogyakarta dan di Pura Pakualaman, para pemanah yang sudah sepuh (senior citizen) juga menyebut sasaran jemparingan dengan istilah : wong-wongan (bukan bandul).

sumber : https://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/kamus-dan-leksikon/794-bausastra-jawa-poerwadarminta-1939-75-bagian-14-l
sumber : https://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/kamus-dan-leksikon/794-bausastra-jawa-poerwadarminta-1939-75-bagian-14-l

MANA YANG BENER? Wong-wongan atau bandul jemparingan?

Saya pribadi pelaku, pegiat, dan mengajarkan jemparingan sejak 2016.
Kebetulan berkesempatan jadi pendamping (di jemparingan Mataraman / jemparingan Modern, sebenarnya TIDAK ADA istilah 'coach') di salahsatu klub jemparingan 'tertua' di Yogyakarta; dan juga ... sampai sekarang dipercaya menjadi penggladhi jemparingan MATARAM gaya karaton Yogyakarta di KDB. Kemandungan (khusus untuk masyarakat Umum).

Baik istilah wong-wongan maupun bandul, tidak ada yang salah.
Hal ini hanya membuktikan bahwa jemparingan MATARAM Kraton Yogyakarta sudah memakai istilah lesan ataupun wong-wongan sejak Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri (1755M) sampai SEKARANG, dan tertulis juga di bausastra atau kamus bahasa jawa; sedangkan jemparingan Mataraman MODERN yang dikenal masyarakat sekarang ini BUKAN berasal dari Kraton Yogyakarta, melainkan dari luar (budaya) kraton Yogyakarta, dan tidak didukung dengan literasi yang cukup (penamaan bersifat lokal, yang bisa atau boleh juga berbeda-beda di lain tempat / lokasi). 

Jemparingan MODERN. Foto by Bpk. Kris Budiharjo
Jemparingan MODERN. Foto by Bpk. Kris Budiharjo

Dari konsultasi dengan para sesepuh / pemanah sepuh, salah-satunya pak Bambang 'Merpati" Yuwono, jemparingan Mataraman yang menggunakan busur secara miring / diagonal (jemparingan MODERN.red) baru MULAI ADA sekitar akhir tahun 70an atau awal tahun 80an, di luar kraton / luar Yogyakarta.

2. Warna :

  • di jemparingan MATARAM Yogyakarta dulu hanya 2 warna : merah (mustoko / kepala) -nilainya 3 poin; dan putih (badan / awak) - nilanya 1 poin.
    Di bawah wong-wongan digantungkan bola kecil yang disebut pocong (bahasa kromo-inggil gagrag Yogyakarta untuk penyebutan : pantat) - bila pemanah mengenai bagian pocong, nilainya dikurangi 1 poin.  

  • di jemparingan Modern (busur miring) wilayah Yogyakarta ASLI-nya bandul 2 warna : merah dan putih.
    warna merah disebut : molo, nilainya 3 poin; warna putih disebut badan, nilainya 1 poin.

Catatan :
Bagi penjemparing yang berasal dari Luar Yogyakarta (khususnya dari Jawa Tengah), NAMA bagian-bagian bandulnya sedikit berbeda :

  • warna merah pada bandul : polo
  • di bagian paling bawah bandul, ada bagian yg di cat warna hitam, biasa disebut : bol.
    (kata 'bol' sendiri dalam bahasa Jawa Ngayogyan dianggap kurang sopan, artinya : anus, lubang dubur / silit (jawa)
  • Kalau istilah 'pantat' dalam kromo-inggil bahasa jawa Ngayogyan disebut 'pocong'; di Surakarta disebut : 'bocong'
    .
  • sekarang di beberapa klub / event gladhen Nasional di Yogyakarta mulai ada yang menggunakan bandul 3 warna, seperti lazim dipakai klub jemparingan dari Surakarta = merah (polo /molo), nilai 3 poin - kuning (jangga / leher), nilai 2 poin - dan putih (badan/awak), nilai 1 poin. Tapi tetap ... tidak ada 'bol'-nya.

Simak info menarik seputar JEMPARINGAN di : www.JEMPARINGAN.COM

bersambung ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun