Dari konsultasi dengan para sesepuh / pemanah sepuh, salah-satunya pak Bambang 'Merpati" Yuwono, jemparingan Mataraman yang menggunakan busur secara miring / diagonal (jemparingan MODERN.red) baru MULAI ADA sekitar akhir tahun 70an atau awal tahun 80an, di luar kraton / luar Yogyakarta.
2. Warna :
- di jemparingan MATARAM Yogyakarta dulu hanya 2 warna : merah (mustoko / kepala) -nilainya 3 poin; dan putih (badan / awak) - nilanya 1 poin.
Di bawah wong-wongan digantungkan bola kecil yang disebut pocong (bahasa kromo-inggil gagrag Yogyakarta untuk penyebutan : pantat) - bila pemanah mengenai bagian pocong, nilainya dikurangi 1 poin.  - di jemparingan Modern (busur miring) wilayah Yogyakarta ASLI-nya bandul 2 warna : merah dan putih.
warna merah disebut : molo, nilainya 3 poin; warna putih disebut badan, nilainya 1 poin.
Catatan :
Bagi penjemparing yang berasal dari Luar Yogyakarta (khususnya dari Jawa Tengah), NAMA bagian-bagian bandulnya sedikit berbeda :
- warna merah pada bandul : polo
- di bagian paling bawah bandul, ada bagian yg di cat warna hitam, biasa disebut : bol.
(kata 'bol' sendiri dalam bahasa Jawa Ngayogyan dianggap kurang sopan, artinya : anus, lubang dubur / silit (jawa) - Kalau istilah 'pantat' dalam kromo-inggil bahasa jawa Ngayogyan disebut 'pocong'; di Surakarta disebut : 'bocong'
. - sekarang di beberapa klub / event gladhen Nasional di Yogyakarta mulai ada yang menggunakan bandul 3 warna, seperti lazim dipakai klub jemparingan dari Surakarta = merah (polo /molo), nilai 3 poin - kuning (jangga / leher), nilai 2 poin - dan putih (badan/awak), nilai 1 poin. Tapi tetap ... tidak ada 'bol'-nya.
Simak info menarik seputar JEMPARINGAN di : www.JEMPARINGAN.COM
bersambung ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H