Mohon tunggu...
Kris Budiharjo
Kris Budiharjo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Jemparingan Mataraman gaya Keraton dan gaya Pakualaman Jogja

Pegiat Jemparingan Mataraman gaya Kraton Yogyakarta & gaya Pakualaman, website: KrisAmbar.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jemparingan Jogja - Jangan Sampai Kena Pocong! (2)

5 Oktober 2022   12:41 Diperbarui: 27 Januari 2023   00:22 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pribadi Paguyuban Jemparingan GANDHEWA MATARAM

Sore ini cuaca di halaman Kagungan Dalem Bangsal Kamandungan kraton Jogja lumayan cerah. Banyak abdi-dalem kraton yang berlatih jemparingan Mataraman, dan suasananya pun sangat meriah.

Jemparingan di kraton Jogja ini usianya sudah tua sekali, mulai diajarkan sejak awal kraton berdiri tahun 1755 M.

Setelah 'hilang' di era Sri Sultan HB ke-9, pada 9 September 2012 jemparingan gaya kraton Jogja dihidupkan kembali oleh KRT. H. Jatiningrat, SH.

Beliau memprakarsai berdirinya Paguyuban Jemparingan GANDHEWA MATARAM, yang waktu itu anggotanya terbatas KHUSUS abdi dalem kraton Yogyakarta saja.

Berbekal pengalaman pribadi semasa kecil, melihat paman dan kakak-kakak Beliau berlatih jemparingan kraton di Kemagangan (waktu itu), abdi-dalem senior kraton Yogyakarta yang sering dikenal dengan sebutan Romo TIRUN ini mulai mengajarkan permainan panahan tradisional warisan Sri Sultan HB ke-I ini kepada para abdi dalem, baik punokawan, keprajan, maupun prajurit kraton, bertempat di halaman KDB Kamandungan.

SEJARAH JEMPARINGAN

Jemparingan dalam arti kata 'panahan' : untuk berperang, berburu, atau membela-diri tentu sudah dikenal lama sejak nenek-moyang kita. Jemparingan adalah bahasa Jawa halus / kromo-inggil dari kata 'panahan'. Namun,

JEMPARINGAN dalam pemahaman permainan panahan tradisional MATARAM : yang dilakukan sambil duduk bersila, menggunakan bahan alami dari kayu & bambu, dilakukan dengan berbusana kejawen, dll, dikenalkan di Kraton Yogyakarta, awalnya oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ke-1.

Jemparingan diajarkan di Sekolah TAMANAN mulai tahun 1757 M, bertempat didalam kraton Jogja - lokasinya sampai sekarang masih megah berdiri di kompleks kraton Kilen, sebelah barat Keben -  pojok selatan dari Museum Kareta Karaton (jl. Rotowijayan).

BACA : Dolanan tradisional dari Kraton Jogja

Dok. Kris
Dok. Kris

MEMANAH SAMBIL DUDUK

Jemparingan Mataraman gaya Kraton Jogja dilakukan dalam posisi duduk bersila di tanah / di tikar. 

Untuk pemanah putri duduknya model : 'silo-panggung', duduk bersila dengan lutut sedikit diangkat untuk tujuan kesopanan.

Koq duduk ?

YA ! Sejak awal jemparingan dilakukan dalam posisi duduk karena diajarkan di Kraton Jogja BUKAN untuk tujuan perang, melainkan untuk PEMBENTUKAN KARAKTER KSATRIA MATARAM.

Untuk diketahui, sejak awal Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan tahun 1755 M prajurit kraton sudah bersenjata api ( senapan, pistol, meriam), disamping tentunya senjata perang lainnya : tombak, pedang sabet, dll.

Sikap duduk bersila selain menunjukkan kita tidak dalam posisi 'menyerang' / bermusuhan, juga untuk menunjukkan tata-krama.


Awas, Jangan Sampai kena POCONG !

Eitssst ! Jangan salah-sangka dulu, pocong yang dimaksud dalam permainan jemparingan adalah bola kecil yang ikut digantung dibawah wong-wongan (boneka jerami untuk sasaran panahan).

Seperti kita sampaikan di awal, permainan jemparingan gaya lama ini diajarkan untuk sarana pembentukan karakter ksatria Mataram. Wong-wongan, yang berfungsi sebagai sasaran panahan diberi warna MERAH, KUNING, PUTIH, dan di bawah sendiri ada pocong.

Warna merah di bagian atas wong-wongan, namanya 'mustoko' atau kepala. Kalau anak-panah kita berhasil nancap di mustoko akan mendapat nilai : 3 poin.

Kuning, namanya jonggo (leher). Kalau kita berhasil mengenainya akan mendapat: 2 poin.

Putih, namanya awak atau badan. Nilainya : 1 poin. Tetapi...

HATI-HATI yaa, kawan.. jangan sampai anak-panah kita mengenai bola / pocong, karena nilai kita akan dikurangi 1.

Koq namanya POCONG, sich?

Pocong, artinya dalam bahasa Jawa halus di Yogyakarta artinya : 'pantat'. Klau bahasa Jawa halus logat Surakarta = 'bocong'.

Adalah perbuatan tidak ksatria kalau kita menyerang lawan di bagian kemaluan / vital. Itu sebabnya, kalau ada pemanah yang mengenai pocong, maka nilainya justru akan dipotong / dikurang 1. 

Bukan hanya itu ... biasanya kalau ada yang mengenai pocong, maka bende atau gong kecil akan dipukul bertalu-talu ... semua pemanah biasanya akan ketawa sambil saling bersenda-gurau... Meriahh !!! 

Koq harus ada pocong ? 

Yup, pocong ditaruh di bagian paling bawah target wong-wongan untuk PENGINGAT : "Setiap keinginan, cita-cita, usaha yang baik HARUS tetap selalu WASPADA, jangan sampai kita mengenai atau melakukan cara-cara yang tidak ksatria."

Nah, keren khan... Nilai-nilai ajaran moral, etika, tata-krama, dll diajarkan dalam bentuk PERMAINAN JEMPARINGAN. Mudah diingat - mudah diajarkan, dan pastinya .... MENYENANGKAN  :D

 

Di akhir permainan, biasanya bagi pemanah yang memperoleh biji / nilai paling banyak, akan mendapat hadiah atau tropy.

Pulang ke rumah : dapat sehat, hati happy, dan dapat 'oleh-oleh' yang bisa ditunjukkan kepada Orang-tua atau saudara di rumah. 

Dok. Kris - Gandhewa Mataram Kraton Yogyakarta
Dok. Kris - Gandhewa Mataram Kraton Yogyakarta

Kembali ke AWAL >>

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun